Dilan Penyubur Sekulerisasi

Penulis : Fathya Habibah
(Pelajar, Member Komunitas Remaja Islam Peduli Negeri)

Huru hara Dilan kembali menyeruak di negeri yang konon sebagai tempat lahirnya para aktor dan aktris dengan lakonan terbaik. Yaps, negeri Indonesia tercinta. Belum lekang dari ingatan kita, khususnya remaja, tentang film Dilan 1990 yang terkategori film bergenre romantis versi remaja. Dan tentu dengan segala pro kontra dari seluruh kalangan masyarakat. Begitu larisnya film ini hingga pelosok negeri pun sibuk membicarakannya.

Banyak yang berpendapat, bahwa film Dilan tidak layak dipertontonkan, baik di layar kaca maupun media massa lainnya. Pasalnya, film ini dianggap menampilkan banyak adegan yang tidak seharusnya dilakukan oleh mereka sebagai pelajar.

Hanya dengan melihat covernya saja, dapat kita tebak bagaimana kelanjutan ceritanya. Sepasang siswa siswi ingusan berseragam putih abu-abu dengan gamblangnya berpelukan. Posisi siswi wanita bersandar pada pundak siswa laki-laki seolah tak bertulang diatas sebuah sepeda motor tua. Bagaimana tidak, hal ini justru dapat memicu bergejolaknya naluri kasih sayang penonton. Terutama remaja yang berada dalam fase baper (bawa perasaan) tingkat tinggi, gitu katanya.

Rasa penasaran ingin menirunya tentu timbul, setidaknya mengkhayalkan pun pasti takkan terelakkan dalam pikiran mereka. Hal inilah yang seharusnya kita hindari agar tidak menjerumuskan remaja kedalam lubang perzinahan. Namun, tidak sedikit pula yang mendukung diputarnya film Dilan 1990 ini. Sebab film ini dianggap sebagai bentuk dari kesederhanaan dari kehidupan percintaan anak manusia. Mengingat dari tahunnya, 1990 adalah masa yang penuh dengan kesederhanaan dan kepolosan, masih terikat dengan aturan adat dan budaya yang berlaku.

Herannya, pernyataan ini dipaparkan sendiri oleh pemimpin negara ini. Pertanyaannya, apa yang ada dibenaknya? Sehingga membiarkan film Dilan dipertontonkan dengan bebas dengan dalih kesederhanaan?. Belum lagi terjawab deretan pertanyaan, seakan tidak puas dengan Dilan series pertamanya, sang sutradara kembali sibuk menyelesaikan Dilan series kedua.

Yahh, film yang baru saja meluncur di seantero negeri, Dilan 1991. Apa lagi ini?. Bahkan terhitung beberapa hari lalu, diadakan hari peresmian Dilan di kota Bandung. Dengan jumlah pengunjung yang cukup fantastis. Remaja sekuler dengan latahnya bersikap antusias menyambut film baru ini, tentu hanya seriesnya saja yang baru. Dengan jenis film yang sama, alur cerita tak berubah, bahkan dengan mudharat yang lebih besar.

Ya Rabb.. Inikah generasi yang akan menghidupkan lentera kemenangan ditengah tengah dunia? Segala bibit pembunuh dari Barat mereka tanam di negeri ini, aturan Islam mereka hiraukan, pergaulan bebas sebagai wujud kekinian. Bukankah Rasulullah Saw pernah bersabda: "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia adalah bagian dari kaum tersebut"(HR. Abu Dawud).

Remaja kini telah menambah potret hitam generasi muda yang telah buram. Tidak ingatkah kita, jauh sebelum kita terlahir, ratusan bahkan ribuan pemuda dengan semangat jihad dan fikrul mustanirnya membangkitkan kawula muda dari masa yang terkungkung dalam sistem Barat kedalam nyamannya pangkuan sistem Islam.

Salah satunya, Muhammad Al Fatih. Pemuda 18 tahun yang rela mengorbankan masa mudanya hanya untuk memikirkan Islam. Dengan pencapaian terbesar adalah takluknya konstantinopel atau yang kita sebut sekarang negara Turki. Lalu sekarang, kemana perginya semangat membara itu? Pemikiran Islam yang tertancap kuat di dalam diri seorang muslim?.

Saatnya menyatakan penolakan terhadap film Dilan dan deretan film sejenisnya. Mau dibawa kemana nasib generasi muda jika terus menerus diracuni dengan pemikiran sekuler Barat yang terbungkus sebuah film tak bermoral?. Tapi sohib, diantara kita pasti masih bingung, bagaimana caranya? Dengan kita masih hidup di dalam sistem sekarang ini?. Solusi pertama dan satu-satunya solusi terbaik kembali kepada aturan Allah dengan menerapkan sistem Islam. Sistem yang telah dicampakkan dengan sengaja oleh seorang boneka pengkhianat. Namun, tentu saja hal itu tidaklah mudah kita raih kembali, jika generasi sekarang tidak seperti yang ummat harapkan, yang lupa bahwa ada Allah SWT pemberi kehidupan.

So, tunggu apalagi, tekad kan langkahmu sohib menuju kehidupan dalam naungan Islam yang dirindukan seluruh ummat di seluruh dunia. Perubahan ada dalam genggaman mu pemuda, bersiaplah!.
Bidznillah...
Wallahu alam bishawaab..
Previous Post Next Post