Halal Bi Halal BI Cabang Padang

Padang, Nn ~ Bertempat di Gedung Nantongga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII menggelar Halal Bi Halal Idul Fitri 1434 Hijriyah (Selasa 27/08). Acara dihadiri Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang sekaligus memberikan siraman Rohani, hadir dalam kesempatan tersebut, Walikota Padang Fauzi Bahar, Direktur Bank Nagari Suryadi Asmi, Kepala Dinas Perdagangan Sumatera Barat Afriadi Laudin, Kabiro Perekonomian Wardarusmen, serta perwakilan perbankan yang ada di Sumatera Barat.

Pada sambutannya, Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah VIII Mahdi Mahmudy mengatakan, beberapa bulan terakhir Indonesia menghadapi tekanan signifikan oleh merosotnya harga komoditas ekspor. Bahkan target ekspor di Indonesia sebesar 6 koma 4 persen selama Triwulan 2 Tahun ini tidak tercapai. Prosentase ekspor hanya tembus pada angka 5 koma 8 persen. Hal itupun diperparah dengan melemahnya kurs rupiah yang mencapai 10 ribu hingga 11 ribu rupiah per dollar amerika.

 Namun demikian, Mahdi Mahmudy berpendapat, gejolak ekspor Indonesia belum berdampak terhadap pergerakan ekspor di Sumatera Barat, mengingat aktivitas ekspor impor Sumatera Barat relatif kecil. Akan tetapi kemungkinan buruk, khususnya terhadap ekspor sawit tetap harus diwaspadai, karena harganya cenderung melemah. Menurunnya harga sawit, otomatis langsung dirasakan oleh petani sawit, terlebih yang luas lahannya kecil, mengingat ongkos produksi tidak seimbang dengan harga jual.

“ Kalau dampak langsung akibat gejolak ekonomi global dan melemahnya kurs kita saat ini yaitu ekspor impor. Barang impor tentu akan mahal, sedangkan ekspor belum tentu menguntungkan, karena permintaannya menurun dan harga juga rendah, contohnya sawit. Dampak menurunnya ekspor sawit tentu dirasakan langsung oleh petani sawit yang lahannya kecil, ujarnya.”

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Mahdi Mahmudy, sector ekspor sawit di Sumatera Barat bisa terus terpuruk jika ekonomi global tidak kunjung membaik, karena dapat mempengaruhi permintaan ekspor dari negara-negara Asia yang menjadi mitra seperti Singapura, Cina dan India.

Hal senada juga diungkapkan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno seusai Halal Bi Halal. Kurs Rupiah yang melemah, secara logika menguntungkan ekspor karena pendapatannya dollar. Namun demikian tetap harus dilihat skala ekspornya besar atau tidak.

“Kita belum bias menentukan untung atau tidak ekspor. Datanya belum jelas berapa besarnya ekspor. Tapi yang jelas melemahnya rupiah membuat barang import akan mahal. Tapi ekspor kita kan lebih banyak dinbanding impor, impor bahkan tidak ada. Namun demikian Kita tetap akan membuat kebijakan mempermudah izin ekspor impor di tengah gangguan ekonomi global terangnya.”

Menanggapi kondisi komoditi ekspor Sumatera Barat seperti Sawit, Karet, Gambir yang mungkin mengalami penurunan akibat gangguan ekonomi global, Ketua Kamar Dagang Indonesia-Kadin Sumatera Barat Asnawi Bahar berpendapat, Pemerintah harus segera mengambil langkah cepat mencari mitra ekspor selain negara-negara asia dan eropa . Selain itu, negara tujuan ekspor harus benar-benar negara yang membutuhkan, bukan untuk diperdagangkan lagi.

“ Dengan merosotnya harga komoditi, tentu yang dirugikan petani kita. Barang tertimbun di gudang tidak keluar, terjadi penyusutan. Kita, khususnya Pemerintah harus cepat mengambil kebijakan mencari Negara tujuan ekspor baru, jangan hanya singapura dan India atau eropa saja. Kebanyakan saat ini ekspor kita ke Negara lain itu, nantinya dijual lagi ke Negara lainnya. Kalau bias cari Negara yang benar-benar pemakai, bukan sekedar transit.”

Ketua KADIN Sumatera Barat Asnawi Bahar menambahkan, Pemerintah Pusat juga harus mendorong dan memperhatikan komoditi ekspor Sumatera Barat, meskipun tidak mendatangkan Devisa yang besar bagi Nasional, namun sangat berarti bagi keberlangsungan ekonomi di daerah.**
Previous Post Next Post