SMAN 1 Tapan Terindikasi Ubah Nilai

Nn, Pessel -- Mutu pendidikan di Sumatera Barat (Sumbar) akan merosot, jika masih ada permainan yang tak lazim dilakukan, tetapi itu dilakukan oleh pihak sekolah. Seperti halnya yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dalam menetapkan siswa yang berhak menerima PMDK untuk melanjutkan ke perguruan tinggi baru-baru ini, terkesan direkayasa.

Modus yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam proses tersebut kuat dugaan dengan cara menukar nilai lapor siswa terhitung dari kelas 1 hingga kelas 3 dan di daftarkan melalui internet. Terkuaknya persoalaan ini ketika siswa yang dinilai pintar dan peringkat kelas 1 dan 2 di sekolah tersebut tidak mendapat bagian sebagai siswa undangan (PMDK-red). Anehnya, ada diantara yang mendapatkan jatah khusus untuk PMDK tersebut bukan tergolong siswa berprestasi, sehingga menimbulkan rasa curiga dan cemburu dari siswa yang pintar dan juara kelas di sekolah tersebut, seperti Ruri Oktavia, Elpina Fareza dan Meri Yosefa.

Karena merasa dirugikan, maka ke tiga siswa berprestasi tersebut ketika itu didampingi pihak keluarganya, Desi, mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Pessel di Kota Painan. Mereka datang dari jarak yang cukup jauh, Nagari Tapan dengan maksud untuk melaporkan kekecewaannya kepada pihak dinas.

Menurut Ruri Oktavia ketika itu di Dampingi Kakaknya yang bernama Desi di Painan pekan lalu menyebutkan bahwa dirinya merasa dirugikan oleh pihak sekolah yang tidak memberikan kesempatan untuk berkompetensi melalui jalur khsusus melanjutkan ke perguruan tinggi. Dirinya merasa punya hak untuk mendapatkan jatah sebagai siswa undangan melalui program PMDK. 

Ini cukup beralasan sekali, sebut Ruri Oktavia menegaskan. “Saya peringkat kelas mulai dari kelas satu hingga kelas tiga, tetapi tidak mendapat kesempatan untuk itu. Bahkan lapor saya sempat ditahan pihak sekolah ketika saya tamat kemarin, karena saya kurang puas dan ingin membandingkan dengan nilai teman-teman yang memperoleh PMDK itu,” kata Ruri yang diamini dua temannya.

Lanjut Ruri, dirinya merupakan siswa yang diutus sekolah untuk mengikuti lomba fisika tingkat Kabupaten Pessel, bahkan ketika itu dia berhasil meraih pemenang 1. Sementara itu, peluang PMDK yang didambakannya malah nihil. “Mungkin saja karena saya orang miskin dan tidak bisa memenuhi system yang diinginkan pihak sekolah untuk memuluskan jatah PMDK tersebut yang menjadi penghalangnya,” imbuhnya.
Habis pikir, kata Ruri lagi,kami sengaja meluangkan waktu dan biaya untuk mengadu nasib ke Dinas Pendidikan Pessel untuk meminta keadilan. “Apalah daya, nasi sudah jadi bubur.dan kami tidak bisa apa-apa, perjuangan kami ini hanya untuk dijadikan pengalaman bagi adik-adik tingkat kami di sekolah agar tidak diberlakukan hal yang sama,” pintanya.

Karena niat untuk melanjutkan ke bangku kulyah, kata Ruri lagi, dirinya bersama rekannya Elfina dan Meri mencoba untuk menguji kemampuan dan berkompentensi melalui jalur (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). “Alhamdulillah saya lulus di Universitas Negeri Padang jurusan Fisika dan rekan saya Meri lulus di Universitas Andalas, jurusan Fisika sedangkan Elfina terpaksa harus bersabar dulu menghadapi ujian karena belum berhasil,”.

Untuk menelusuri kebenaran informasi tersebut waratawan Koran ini menghubungi pihak sekolah dengan maksud untuk konfirmasi. Ketika itu mencoba menghubungi Kepala SMA Negeri 1 Tapan, Drs. Herman tetapi tidak berhasil dihubungi. Hanya saja sempat mendapatkan keterangan dari Wakil Kepala SMA Nergeri 1 Tapan, Darlismawati yang akrab dipanggil  ibuk Ayang.

Darlismawati mengakui bahwa adanya siswa tamatan SMA Negeri 1 Tapan yang berprestasi tidak mendapatkan jatah PMDK. Ini hanya kesalahan teknis dari pihak sekolah dalam memasukan nilai di system online via internet. “Bukan karena disengaja terjadi perobahan nilai, itu karena komputernya yang salah, bukan kami yang merobah nilai tetapi hanya berubah abjat nama siswa yang bergeser,” dalihnya.

Menurut Darlismawati, setiap siswa berhak mendapatkan PMDK, tetapi untuk mengikuti proses PMDK tersebut tergantung nasib. “Siswa yang mendapatkan PMDK itu nasip-nasipan, kita sudah mengikuti prosedur.ketika kita mengetahui adanya perubahan nilai yang tidak sesuai abjat nama siswa, kami tidak bisa berbuat apa-apa, termasuk kepala sekolah,” tuturnya.

ditanya tentang adanya siswa yang tergolong tidak berprestasi mendapatkan jatah PMDK, malah dia terkesan mengelak dan berdalih dengan pembicaraan lain. Hal ini semakin meyakinkan bahwa adanya unsur kesengajaan merubah nilai siswa.

Pihak Dinas Pendidikan Pessel, Yan ketika di hubungi menyebutkan pihaknya tidak terima dengan alasan yang dipaparkan oleh Darlismawati yang menyebutkan perubahan nilai siswa hanya computer yang berjalan sendiri. “Tidak mungkin computer berubah sendiri tanpa ada yang merobah, kalaulah itu terjadi kita akan proses,” tegasnya, sambil mengarahkan siswa yang merasa dirugikan tersebut untuk membuat surat laporan kedinas.

Atas laporan yang dilakukan tiga orang siswa yang merasa dirugikan tersebut ke dinas Pendidikan Pessel, informasi terakhir yang diterima telah dilakukan pemanggilan Kepala SMA Negeri Tapan untuk dimintai keterangan. Bagaimana status siswa yang telah mendapatkat jatah PMDK dibeberapa Universitas Negeri yang ada dan tindakan apa yang akan diberikan kepada pihak sekolah nantinya, tunggu saja. tim
Previous Post Next Post