Keserakahan Yang Melanda Keturunan Orang Minang

YENI   
 Penulis Adalah Salah Seorang Guru Biologi 
Disalah Satu Sekolah Kota Padang

IDE untuk menulis cerita ini awalnya aku melihat ketidakberdayaan kemanakan untuk melawan kekuasaan mamaknya yang serakah ,,, dengan mata kepala  saya ,,, seorang mamak yang begitu serakah,,, dengan keserakahannya dia menjual seluruh hasil jerih payah orang tuanya,,, kebiadaban mamak tersingkap ketika harta berada di depan matanya,,, ia ingin menguasai semua harta peninggalan orang tuanya,,, nalurinya sebagai manusia telah hilang karena harta,,, apa harta itu??? Siapa harta itu??? Kenapa setelah melihat harta hubungan mamak dengan kemanakan putus yang tak berbekas,,,,kehidupan ini telah ditutupi kabut yang hitam,,, siapa yang akan melindungi kemanakannya dari cengkeraman seorang mamak yang serakah???

Kita semua berpikir sebesar apa pengaruh harta itu dalam kehidupan,, sampai-sampai saya pernah mendengar gara-gara memperebutkan sepetak tanah kemanakan membunuh mamaknya sendiri,, siapa yang salah??? Apakah  Kemanakan, mamak, atau harta.... kalau bercerita tentang kemanakan dan mamak orang minang sangat kenal dengan kata-kata itu,, karena mamak itu sangat berpengaruh besar terhadap kemanakannya ,, pepatah mengatakan “anak dipangku kemanakan dibimbing, urang kampung dipatenggangkan”....pepatah itu sangat lekat diingatan orang minang,,,, ajaran itu diturunkan sampai ke anak cucu,, dan sekarang ada pelajaran budaya alam minang kabau di sekolah... orang minang garis keturunannya matrilineal jadi mengikuti garis keturunan ibu misalnya orang minang mempunyai banyak suku seperti koto, tanjung, jambak, dan lain-lainnya, jika seorang ibu bersuku jambak, maka anaknya juga bersuku jambak,.

Begitu juga dalam pembagian harta, setiap perempuan orang minang mendapatkan haknya jika orang tuanya meninggal maka harta yang ditinggalkan oleh orang tuanya diberikan kepada pihak perempuan,, dan jika anak perempuan kawin itu  meninggal maka harta yang tinggal itu akan turun kepada anaknya yang perempuan,,, sedangkan mamaknya hanya menjaga, mengelola, dan membagi harta itu dengan adil kepada kemanakannya,,,jadi berdasarkan adat, mamak tidak mendapatkan bagian, tapi kenapa sekarang ini mamak lebih berkuasa dari pada kemanakan dalam soal harta??? Sudah terbalik dunia ini,,, begitulah cerita jalan kehidupan mamak dan kemanakan di abad ke-21 ini. 

Tuhan menganugerahi keserakahan tapi sejauh mana sebagai seorang manusia mengendalikannya. Nafsu menghitam putihkan itu semua, karena nafsu, seorang mamak berlaku tak adil kepada kemanakannya, lalu kemana ajaran adat selama ini?? Apakah tidak berlaku lagi di zaman sekarang ini?? Apakah sudah hilang?? Geleng kepala di buatnya. Padahal adat merupakan aturan yang dilakukan sejak dahulu kala, sebuah adagium urang Minang “ adat basandi sarak, sarak basandi kita bullah” artinya segala pekerjaan dan perbuatan hendaklah selalu mengingat adat dan agama, “Adat di isi lumbago di tuang”  artinya melakukan sesuatu menurut adat kebiasaan, dan “Adat sepanjang jalan cupak sepanjang betung” artinya melakukan sesuatu ada caranya. 

Semua adagium itu membuktikan bahwa adat itu harus mengalir sampai akhir zaman, dan harus mendarah daging sampai ke generasi berikutnya, dengan itu sebagai seorang minang harus selalu ingat akan adatnya, jangan sampai pupus karena zaman. Jadi  jika kita seorang mamak urang minang cobalah bersikap adil terhadap kemanakannya. Jangan karena harta semua pandangan menjadi buta. Gunakanlah sikap yang arif dalam bertindak, agar kedepannya bisa terjalin hubungan yang harmonis antara mamak dan kemenakan. **

Post a Comment

Previous Post Next Post