Ivent Temu Sastrawan Numera

Nn, Padang --  Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) yang rencananya akan berlangsung di Padang pada 16-18 Maret 2012 mendatang ikut mempromosikan pariwisata Ranah Minang, kota Padang khususnya. Sebagai tuan rumah, layaknya amanat Sapta Pesona, iven TSN ini diharapkan dapat meninggalkan kesan dan kenangan yang indah bagi peserta.

“Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung kesuatu daerah atau wilayah di negara kita. Kita harus menciptakan suasana indah mempesona dimana saja dan kapan saja. Karena mengundang peserta dari luar negeri (Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dll), TSN kita harapkan memenuhi unsur Sapta Pesona itu,” ujar Sastri Bakry, Ketua Pengarah TSN-1 dalam sebuah perbincangan di Padang.

Dengan kondisi dan suasana yang menarik serta nyaman, jelas Sastri Bakry, wisatawan akan betah tinggal lebih lama di daerah yang dikunjunginya, merasa puas serta memberikan kenangan yang indah dalam hidupnya. 

“Bila perlu, usai acara TSN, peserta tidak langsung pulang ke daerah asal mereka, melainkan tinggal dalam beberapa waktu untuk berbelanja di sejumlah objek wisata, sehingga uang pun semakin banyak berputar. Masyarakat juga yang akan menikmati hasilnya,” kata Sastri.

Harapan akan dapat berkunjung ke kota Padang yang indah alamnya banyak disebut oleh para sastrawan Malaysia yang berencana akan memenuhi undangan panitia untuk mengikuti iven TSN tahun ini di Padang. Bahkan, penyair asal Melaka Djazlam Zainal menulis sebuah puisi atas kerinduannya terhadap kota Padang, dan puisi itu tersebar di jejaring sosial facebook.

Dalam puisinya itu, penyair Djazlam Zainal menulis: //kota padang telah memanggil-manggil namaku/ antara sayup-sayup gunung singgalang/ dan deburan ombak selat melaka... //. Dari puisi itu terbaca kalau penyair Malaysia ini sangat ingin berkunjung ke kota Padang, tak sabar ingin menikmati keindahan alamnya, khususnya panorama pantai Padang yang namanya telah mendunia itu.

Dalam bait puisi berikutnya Djazlam menulis: //kota padang telah memanggil-manggil namaku/ telah kudengar dari bisik pedagang dari kota ke kota/ tadi malam rama-rama putih entah dari mana/ datang melamarku dari jendela yang sengaja kubuka/ aroma baunya acap benar-rasanya kukenal/ pada tanggal-tanggal yang pernah dia datang//.

Tak hanya melukiskan keindahan kota Padang lewat puisi, pembicaraan di kalangan sastrawan Malaysia yang semuanya aktif berbagi informasi di jejaring sosial itu juga banyak menyebut nama “Rendang Padang” yang baru-baru ini mendapat pengakuan dunia sebagai makanan paling enak dan lezat. Kerinduan para sastrawan negeri jiran itu untuk menyantap nasi kapau dengan lauk rendang Padang menjadi diskusi yang menarik di laman facebook.

Bagi sastrawan-sastrawan Malaysia, tambah Sastri Bakry, Ranah Minang bukanlah negeri asing. Sebagian besar sastrawan Malaysia mempunyai akar kedaerahannya di Minangkabau, sebut saja diantaranya Sastrawan Negara Dato’ Ahmad Kamal Abdullah (Kemala), Siti Zainon Ismail, Latiff Mohidin, A. Wahab Ali, Dharmawijaya, Sutan Shahril Lembang, A. Ghafar Ibrahim, Rosmiati Sya'ary, dan beberapa nama lainnya. 

“Ini sebuah kebahagiaan bagi kita bahwa banyak sastrawan Malaysia yang berdarah Minang, kita satu akar budaya, yaitu budaya Melayu yang sangat menonjolkan keramahan, budi pekerti yang baik, lembut bertutur kata, serta santun berkarya,” ujar Sastri.

Dia berharap, usainya acara TSN di Padang nanti, timbul kesan yang mendalam dan menyenangkan serta akan selalu diingat peserta sepanjang masa. Tentu saja, kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan.

“Sebagai tuan rumah, insya Allah kita akan tetap berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada tamu-tamu kita nantinya, agar kenangan itu tercipta. Mudah-mudahan,” tambah Sastri Bakry lagi.

Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) di Padang, Sumatera Barat, Indonesia, yang akan berlangsung pada 16-18 Maret 2012 murni kegiatan yang mengusung sastra dan budaya. Tidak ada unsur kepentingan lain di dalamnya, apalagi politik. Acara ini bersifat silaturahim sesama sastrawan dan penulis-penulis muda yang diharapkan menjadi penerus tongkat estafet bangsa, mewarisi nilai-nilai budaya Melayu yang menjadi akar kebudayaan Indonesia khususnya dan negeri-negeri serumpun Melayu lainnya.Zardi

Post a Comment

Previous Post Next Post