Kerinduan Mudik Yang Tertahan



Cerpen Ditulis Oleh
H.Suryadi Asmi, SE.MM
(Direktur Utama Bank Nagari)

SUASANA halal bihalal Idul Fitri yang digelar selama tiga hari dikediaman rumahku, usai sudah. Silaturahmi teman sejawat serta relasi kerja baik dari Kota Padang, maupun dari berbagai daerahpun telah tercurah. Meski demikian, ku akui….memang masih ada dari teman dan relasi kerja yang belum sempat tersambangi, mungkin melalui tulisan ini akan dapat menyampaikan permintaan ma’af ku. Minal Aidzin Walfaa Aidzin, Mohon Ma’af Lahir dan Batin, maklum deh…… orang sibuk heee heeeeeheee. 

Akantetapi memasuki hari ke empat, kerinduan yang tertahan, akan kampung halaman (pulang kampung), tak bisa terbendung lagi. Nyanyian sang petani dan hijaunya hamparan sawah, telah bermain dipelupuk mata. Sambil terus menerawang, satu persatu, barang bawaan untuk persiapan pulang kampungpun ku masukkan kedalam mobil. Sementara sang Isteri dan anak-anak juga telah siap, dan turut membantu. 


Kami berangkat dengan menggunakan mobil pribadi. tujuan utama kami adalah Kota Padang Panjang, yaitu kediaman rumah mertuaku. Kemudian baru dilanjutkan kekampung halaman ku di Solok. 


Karena pada saat itu bertepatan dengan arus mudik, perjalanan ketujuanpun tersendat-sendat. Apalagi sampai di air terjun lembah anai, kemacetan yang panjang telah menanti. Pada hari biasa, jarak tempuh Kota Padang ke Kota Padang Panjang hanya memakan waktu satu setengah jam, namun kali ini menjadi tiga jam.
 

Aku membayangkan, setiap nafas yang ada pada setiap pengendara, sudah pasti dipenuhi kegelisahan sesekali keluar umpatan dari mulutnya.  Namun bagiku, ini merupakan hal yang biasa, karena bsewaktu masa dinas di Ibu Kota Jakarta, aku telah biasa terjebak macet.

Meski jalan kendaraan beringsut-insut, akhirnya kami sampai juga di Kota Padangpanjang. Perjalanan yang melelahkan itupun terobati, karena keadaan alam yang sangat indah dan udara yang dingin masih sangat bersih dan segar terhirup memenuhi rongga dada.


Lari mobil mulai dapat dipacu dengan kecepatan 40 km/ jam, Persis dipersimpangan jalan lampu merah dekat pasar, mobil kubelokkan kearah kanan, menuju arah Batusangkar dan Danau Singkarak. Sebab kalau jalan lurus, akan mengarah ke Kota Bukittinggi.


Lebih kurang 10 menit berjalan, kamipun telah sampai dihalaman rumah mertuaku. Mobil lalu kuparkir, dan tak lama berselang, dipintu masuk telah menanti senyuman lembut sang mertua. Dari senyumnya, tergambar kebahagian dan keharuan saat kami melangkahkan kaki dan sungkem dihadapannya. Bersambung…………

Previous Post Next Post