LEDAKAN GLOBAL KASUS COVID KEMBALI TERJADI

Oleh: Nurul Rabiatul Adawiyah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan tren peningkatan kasus covid-19 di sejumlah negara dipengaruhi sejumlah faktor. Setidak-tidaknya ada tiga penyebab utama. "Pertama, relaksasi yang terlalu cepat dan tidak melalui tahapan-tahapan," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para kepala daerah se-Indonesia secara virtual di Istana Merdeka,dikutip (Medcom.id , 26 Oktober 2021).

Kedua, protokol kesehatan (prokes) yang mulai kendur, misalnya kebijakan lepas masker di sejumlah negara. Ketiga, lemahnya pengawasan prokes ketika pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Jokowi menginstruksikan prokes di sekolah dijalankan secara ketat. Terutama di sejumlah area potensi kerumunan seperti kantin dan tempat parkir. (Medcom.id, 25 Oktober 2021).

Lucunya pemerintah mengimbau untuk memberhentikan sejumlah kegiatan seperti pernikahan dan  menutup sekolah-sekolah sedangkan disisi lain pemerintah melakukan reaktivitasi sektor pariwisata demi menambah pundi-pundi keuangan negara yang dibilang semakin memprihatinkan, bahkan diketahui di bali menyambut perhelatan akbar world super bike (WSBK)  di mandalika pada November 2021. Juga menggelar pertemuan G20 summit.

Pihak pemda bali malah optimis bisa segera membuka kembali pariwisata internasional dengan alasan sudah berhasil melaksanakan program vaksinasi jauh melampaui target minimal. Juga sudah mengklaim sudah menyiapkan grand design pariwisata yang memperhatinkan berbagai aspek keamanana.

Semestinya pemerintah fokus untuk segera mengatasi pandemi demi kesehatan rakyat dengan mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki. Karena pemulihan ekonomi akan berjalan optimal jika persoalan pandemi bisa diselesaikan. Tentu tidak hanya cukup dengan mengandalkan program vaksinasi dari prokes yang itu pun terkena asal jalan. Butuh solusi komprehensif yang dilandasi political will dari seluruh pemangku kebijakan.

Penegakan 3T (tracing, testing, dan treatmean) harus dilakukan dengan penuh kesungguhan. Begitupun lembaga dan infrastruktur kesehatan, juga para nakesnya harus di-support penuh oleh negara. Yang tak kalah penting negara harus di didik dan diurus dengan benar.

WHO juga mengakui bahwa pandemi masih jauh dari selesai. Banyak negara mengalami ledakan baru yang disebut sebagai ancaman gelombang ketiga covid-19. Saat ini kasus covid-19 tercatat 17.374. Angka ini turun signifikan dibanding ketika gelombang II menyerang di juli 2021. Meski demikian pemerintah meminta warga tetap waspada akan ancaman gelombang ketiga covid-19. Apalagi masyarakat kerab abai akan protokol kesehatan di sejumlah kegiatan seperti pernikahan dan pariwisata.

kami imbau seluruh masyarakat patuh. Kita masih jaga-jaga gelombang ketiga pada libur natal dan tahun baru. Kita harus hati-hati tegas manteri koordinator bidang maritim dan investasi luhut binsar panjaitan dalam keterangan pers kemarin. (CNBC Indonesia, 19 Oktober 2021).

Semestinya kita tak boleh lupa bahwa melonjaknya kasus covid-19 di indonesia diawali dengan kelalaian dan kesombongan para pejabat menghadapi virus yang belum dikenal karakternya. Bukankah jatuhnya dan wafatnya jutaan korban covid diawali dengan 1 atau 2 kasus yang tidak ditangani dengan benar dan pintu perbatasan yang dibuka lebar? Perlu diketahui meminimalisasikan wabah tidak hanya cukup dengan menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker atau hanya sekedar menutup sekolah-sekolah. Namun, disisi lain pariwisata dibuka, orang asing bebas masuk, bendara-bendara tidak ditutup, dengan alasan pemulihan ekonomi.

Betul bahwa negara harus melakukan pemulihan ekonomi. Namun ini bukanlah solusi, apalagi tak dipungkiri bahwa dibalik semua kebijakan ini ada kepentingan para pengusaha yang sedang diperjuangkan. Sedangkan rakyat hanya menikmati resehannya saja.

Hari-hari terakhir, sistem kesehatan Singapura juga bahkan nyaris kolaps. Per 26 september, jumlah infeksi covid-19 disana sudah hampir mendekati angka 2 ribu infeksi per harinya. Akibatnya jutaan wargapun harus menjalani PSBB

Secara total ada 4.235,384 kasus sejak pandemi terjadi dengan 142.999 kematian. Dan ada 47 kematian baru. Pernyataan ini tentu tidak main-main pasalnya disejumlah negara juga kini kembali dilanda ledakan covid-19.

Terutama di negara Cina juga ditemukan hampir 200 kasus covid-19 yang semakin melonjak dalam seminggu terakhir. Ini telah membuat negara itu mengunci tiga kota. Usai mengunci kota Ellin di provinsi Mongolia dalam dan Lanzhou di provinsi Gansu, China mengunci kota Heihe di provinsi Heilogjiang. Sebanyak 1,6 juta penduduk dan meminta warga tinggal di rumah dan di larang berpergian kecuali mendesak di wilayah yang terbatas dengan rusia. ( Makassar.terkini.id, 31 Oktober 2021).

Tambahan ini membuat total kumulatif kasus di china menjadi 96.938 kasus dengan 4.636 kematian. Kasus terbaru muncul pertama kali 17 Oktober dari kelompok wisata dan menyebar ke 11 provinsi. Sama halnya, lonjakan kasus covid-19 juga melanda sejumlah negara di eropa, dimana kasus naik 18% pada pekan lalu

Rusia juga melaporkan rekor tertinggi tujuh hari rata-rata lebih dari 35.800 kasus baru pada hari selasa, atau 10% lebih tinggi dari minggu sebelumnya. Ukraina juga mengalami kenaikan 43% dalam rata-rata kasus per-minggunya bila dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Dinegara Eropa lainnya seperti Kronasia, Denmark, Norwegia dan Polandia masing-masing juga mencatat peningkatan kasus rata-rata mingguan lebih dari 70%.

Ini menegaskan kegagalan WHO yang menjadi rujukan dunia dalam penanganan pandemi karena prespektif kapitalistiknya. Yang dimana sistem kapitalis benar-benar gagal dalam menjamin kesehatan rakyat.

Sulitnya penanganan pandemi dimasa sekarang sejatinya mengkorfirmasi buruknya sistem yang ditegakkan. Oleh karena itu, fakta ini semestinya menyadarkan umat tentang pentingnya menggagas dan menempuh jalan perubahan yang benar yakni kearah tegaknya sistem kepemimpinan Islam yang bersifat global.

Berbeda dengan sistem Islam dan khilafah yang bersandar pada wahyu, penyelamatan nyawa diatas kepentingan ekonomi yang menghantarkan pada konsistensi mengambil pendapat para ahli dalam menyelesaikan wabah. Penegakan hukum syariat inilah yang akan melahirkan kemaslahatan.

Bahkan, bukan hanya untuk segelintir orang, tetapi untuk seluruh masyarakat. Sistem politiknya pun tak akan memberi celah hegemoni negara luar atau kelompok orang terutama para pemilik kapital.

Begitupun bentuk negara yang global, akan memudahkan negara menetapkan yang dibutuhkan demi menyelesaikan persoalan. Sekaligus mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang ada di berbagai wilayah negara, semisal menerapkan kebijakan lock down atau penguncian. Tentunya juga bukan Cuma sekedar lockdown tapi sandang-pangan rakyat pula ditanggung oleh negara.

Khilafah akan menjadi leader dalam mencontohkan penanganan pandemi tanpa kebijakan pelonggaran karena faktor ekonomi dan tidak ada hambatan melakukan 3T karena kurangnya biaya atau terjadinya ketimpangan vaksin akibat dominasi negara produsen.

Sistem keuangan akan menjamin kesejahteraan orang per orang. Karena dalam Islam ada pengaturan bahwa sumber daya alam yang luar biasa besar merupakan salah satu milik umat yang wajib dikelola negara demi kepentingan seluruh rakyat

Terbayangkan, betapa besar sumber pemasukan kas negara, sehingga semua hal yang saat ini jadi kendala, akan mudah diselesaikan. Negara bahkan akan punya modal besar untuk mengembangkan berbagai penelitian yang dibutuhkan, seperti vaksin, obat-obatan dan semua hal yang menunjang.

Alhasil, bangsa ini akan menjadi negara besar sekiranya mereka mau kembali mengambil Islam sebagai ideologi dan dasar negaranya. Tak perlu lagi mengais-ngais perhatian dari bangsa asing sebagaimana yang terjadi saat ini.

Allah SWT, Berfirman: كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ Artinya, Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.(Qs.Al-Imran:110).

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post