Gebyar Takhasus Ceria (1)


By Ummu Aisyah 

Kamis 18 Februari 2021 adalah hari yang  istimewa bagi para santri Khoiru Ummah Rancaekek Bandung. Gelaran acara ini, merupakan agenda takhosus terakhir bagi kelas 6 angkatan ke 3 di semester kedua ini. Takhosus bukanlah acara rutin semata, tetapi benar-benar diadakan demi dapat dicapai target kelulusan. Yaitu minimal muthqin 3 juz setengah. 

Takhosus kali ini, diikuti juga oleh kelas 5 dan sebagian dari kelas 4. Bagi kelas 5, takhasus adalah  untuk persiapan menghadapi di kelas 6 nanti. Begitu pun dengan kelas 4, untuk latihan, agar di kelas berikutnya, yaitu 5 dan 6 lebih mudah. Pada awalnya, para santri ada beberapa yang kurang antusias. Namun, dengan berjalannya waktu dan pendampingan, alhamdulillah semuanya semangat. Untuk capaian hafalan baru maupun muroja'ah, berapa pun hasilnya harus di syukuri, semoga takhasus berikutnya bagi adik kelasnya lebih berkualitas lagi.

Sebagai pembukaan, di isi oleh kultum Kak Sajid, motivasi dalam menghafal Al-Qur'an. Seluruh peserta takhasus antusias menyimak penyampaian dari Kakak pembimbingnya. Dan selanjutnya urutan roundwon acara, satu per satu tunai, takhasus pun tak terasa hampir tiba dipenghujungnya.


Alhamdulillah, di hari Sabtu, takhasus pun berakhir. Ditutup dengan cerita pengalaman yang memotivasi dari para pembimbing Kakak SMA STPKU Sumedang. Ada Kak Imad, Kak Fikran, Kak Tiar, Kak Sajid, Kak Zaki, Kak Alda dan Kak Azka.

Yang pertama memaparkan pengalaman dan juga motivasinya adalah Kak Sajid, yang sudah mampu menyetorkan 30 juz di kelas 8. Kini yang sudah muthqin adalah 19 juz.

Kak Sajid bercerita, jika waktu SD sempat berpindah-pindah sekolah karena sesuatu hal. Kemudian di SMP masuk ke Pesantren di salah satu Kota di Indonesia.

Masuk pesantren tersebut sangat ketat dan syaratnya Masya Allah. Jika dituliskan, sepertinya terlalu panjang. Namun, singkatnya, Kak Sajid mampu melewati ujian itu, yang diantaranya menerjemahkan surat Al-Baqarah per kata, dalam waktu 3 hari, tilawah 6 hari 3 x khatam. Tanpa melakukan apa pun kecuali makan, shalat, mandi dan tidur. Perjuangan yang sangat dahsyat sebetulnya. Sementara perjuangan anak-anak SD belum sampai pada tahap itu.

Kak Sajid selalu memohon doa kepada Allah di sujud terakhirnya. Masya Allah. Kak Sajid begitu rinci menjelaskan tahap demi tahap dalam menghafal Al-Qur'an. Nampak begitu berkesan. Hari Sabtu itu adalah ulang tahunnya yang ke 16. Namun, baginya biasa saja, justru yang paling berkesan untuk Kak Sajid adalah, interaksinya dengan Al-Qur’an. Masya Allah. Terlebih, sebagai seorang muslim, memang tidak ada ritual ulang tahun. Karena itu budaya dari barat.

Diusianya yang sangat belia, sungguh luar biasa tekadnya. Pernah di tanya terkait niat dari menghafal Al-Quran, dorongan sendiri atau karena siapa? Jawabannya dengan pede, karena niat diri sendiri. Padahal Kak Sajid tahu, dibalik itu ada dorongan orang tua yang sedikit memaksa menjadikannya sebagai penghafal Al-Quran. BarakaLlaahu shalih, antum anak shalih dan itulah wujud kesungguhan seorang anak dalam baktinya kepada orang tua. 

Tentu saja, dari lelahnya sebuah perjuangan, menjadikan ia berhasil menyelesaikan setoran 30 juz di kelas 8. Di saat Kak Sajid lulus SMP, ia mulai berfikir, SMA-nya akan dilanjutkan di mana. Ia sadar betul, jika tetap di sekolah tersebut, maka siap-siap akan dikader oleh sebuah partai tertentu. Akhirnya, qadarullah, Kak Sajid dan orang tuanya memilih STPKU Sumedang. Dengan membawa hafalan muthqin 19 juz. BarakaLlaahu shalih. 

Kemudian Kak Sajid pun mengulas tayangan semalam untuk semua santri yang luar biasa. Yaitu kisah Si Fadhil yang malas menghafal Al-Quran. Ia bersemangat menghafal Al-Quran ketika Ibunya telah meninggal. Kak Sajid pun bertanya kepada seluruh santri. "Apakah kalian harus semangat menghafal Al-Quran menunggu Ibu kalian meninggal?" Para santri pun menjawab tidaaak. 

Masya Allah, ini pelajaran yang sangat berharga. Dalam kisah Si Fadhil itu, menyesal telah membuat Ibunya sedih di dunia. Itulah sebuah penyesalan. Semoga semua santri-KU tidak demikian. Untuk anak-anakku, bahagiakanlah orang tua kalian di dunia dan di akhirat. 

Kemudian Kak Sajid melanjutkan nasihatnya. "Jadilah penghafal Al-Quran sejati. Sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-hijr ayat 9 :

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan pasti Kami pula yang memeliharanya. 

Al-hijr ayat 9

Kalian jangan hanya hafal saja, tapi harus mengamalkan. Menjadi mujtahid, tetap semangat. Ketika datang malas, mintalah motivasi kepada guru, jangan main game terus, sementara hafalan diabaikan. Masya Allah Kak Sajid. Semoga nasihatmu sampai ke hati adik-adikmu ini nak! Tulusmu, semoga menjadi pemecah rumitnya hati dalam taat adik-adikmu kepada Allah Swt. Bersemangatlah terus, karena kalian telah Allah pilih menjadi penghafal Al-Quran. Untuk yang akhwat pun demikian. Walaupun ana tidak mendengar semangatnya dari suara, Isya Allah semangatnya terus membara walaupun dalam hati. Masya Allah tabarakallah Kak Sajid.

Storytelling 
21/02/2020
Rancaekek Bandung

Post a Comment

Previous Post Next Post