Demokrasi bukanlah Solusi, Mari Tinggalkan!

Oleh: Naning Dharmawijaya, Amd.
Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok
 
Demokrasi, hanyalah ilusi, bukan solusi untuk mengentaskan permasalahan di dunia. Tak layak untuk dijadikan sistem, apa lagi memimpinnya. Faktanya, kita bisa dilihat dari beberapa definisi dan sejarah lahirnya demokrasi dengan pelaksanaan demokrasi itu sendiri akan berbanding terbalik.

Adapun beberapa definisi demokrasi menurut para ahli Barat di antaranya Abraham Lincoln mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.  Charles Costello mendefinisikan demokrasi yakni sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
Begitu juga menurut, John L. Esposito, mengatakan demokrasi adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Setiap warga negara berhak ikut serta, dengan terlibat aktif maupun mengawasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dalam sejarahnya, sistem demokrasi sudah mulai dipraktikkan sejak zaman Yunani kuno. Yang berkaitan dengan keberlangsungan negara, rakyat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan. Artinya, seluruh masalah kenegaraan harus dibicarakan langsung dengan rakyat.

Bentuk pemerintahan yang demokratis  pertama kali diperkenalkan di negara bagian Athena oleh Cleisthenes pada abad ke-6 SM. Saat itu, Athena menganut demokrasi langsung dengan dua ciri utamanya, yakni pemilihan warga secara acak untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.

Di majelis Athena, seluruh warga (terkecuali wanita, budak, orang asing, pria di bawah usia 20 tahun) memiliki hak berbicara dan memberi suara. Meski dibuat oleh majelis, demokrasi di Athena berjalan dengan diawasi langsung oleh rakyat dan rakyat akan menyuarakan pendapatnya  atau pengadilan untuk membantu kendali politik.

Jika kita lihat dari definisi dan sejarah lahirnya demokrasi dari negara Barat, maka setiap orang mempunyai hak yang sama, tidak ada perbedaan dalam mengemukakan pendapatnya. Namun realitasnya, penerapan sistem demokrasi sebagai aturan, banyak melahirkan pahamisme karena mengusung sekularisme, kapitalisme sehingga menghasilkan turunannya  pluralisme, individualisme, sarkasme, paganisme dan masih banyak lagi.

Slogan ‘dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat’  hanyalah sebuah kata mutiara yang indah didengar, namun faktanya banyak membuat keresahan, kebobrokan, kesulitan dan kehancuran. baik dari para pemimpinnya yang korup, maupun rakyatnya dihimpit kesulitan hidup.

Demokrasi menciptakan kebebasan tanpa batas dengan empat pilar kebebasan yang dijamin oleh penguasa yakni: Pertama, kebebasan beragama (pluralisme, semua agama sama dan bebas untuk pindah agama tanpa adanya sanksi). Kedua, kebebasan berpendapat, untuk menjatuhkan, melecehkan Agama. Ketika Islam dihinakan(sarkasme), penguasa tidak bertindak tegas pada pelaku kezaliman. Ketiga, kebebasan dalam kepemilikan, menguasai kepentingan umum. Keempat, kebebasan bertingkah laku (melakukan berbagai kemaksiatan).  Naudzubillahi mindzalik.

Dari keempat pilar di atas tampak jelas kerusakan dan kebobrokan demokrasi karena dibuat oleh manusia itu sendiri melalui wakil rakyat. Para wakil rakyat inilah sebagai penjaga demokrasi  yang akan mati-matian mempertahankannya hanya demi kepentingan tertentu, baik dari kelompoknya dan hawa nafsu duniawi saja.

Oleh karenanya,  sistem demokrasi  itu batil dan haram bagi kaum Muslim untuk menerapkannya karena bertentangan dengan  sistem Islam. Sistem demokrasi hanya bersandar pada rakyat (segelintir orang yang mempunyai uang banyak). Rujukan yang menonjol dari demokrasi adalah suara mayoritas dalam menentukan kebenaran tanpa melihat perbuatan itu halal atau haram. Mereka tetap saja melakukannya. Maka sudah jelas, demokrasi bukan solusi dan way of life, mari tinggalkan.

Meskipun Islam mengakui adanya perbedaan pemikiran di tengah-tengah manusia dan ini suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri, namun Islam tidak pernah rela dan menganggap demokrasi sebuah kebenaran. Semua pemikiran di luar Islam yang tidak di bangun di atas dasar akidah Islam adalah sebuah pemikiran yang batil dan tidak ada kebenaran di dalamnya.

Karena yang benar itu hanyalah Islam satu-satunya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah ali-Imran ayat 19 yang artinya, “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” []
#DemokrasiRacuniPeradaban atau #DemokrasiMatiMematikan
#DemokrasiSistemKorup

Post a Comment

Previous Post Next Post