Akhlak dan Etika Masyarakat Perkotaan di Era New Normal

By ; Erna Habibah- YG Class
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta PGRI

Covid -19 atau Corona adalah virus mematikan yang menyerang paru-paru dan menurunkan imunitas badan seseorang, telah mewabah hampir seluruh dunia. Musibah yang diderita oleh semua bangsa bukan hanya kematian warga negaranya, tapi juga memberikan kerugian materi dan non materi. Kerugian ini tidak hanya menggoncangkan jiwa setiap warga negara di dunia, tapi juga melumpuhkan perekonomian dunia. Hal ini telah berlangsung selama 6 bulan ini. 

Musibah Covid – 19 ini disikapi dengan berbagai macam etika dan akhlak baik sebagai warga negara maupun bangsa. Seperti Italia dan Cina, ribuan orang meninggal setiap harinya selama hampir dua bulan di awal tahun 2020. Hal ini sangat berdampak buruk pada kestabilan emosi yang mempengaruhi akhlak dan etika mereka sebagai warga negara. Banyaknya kasus bunuh diri karena tidak mau dirawat atau karena tidak memiliki keluarga lagi, memperburuk situasi negara.  Saling menyalahkan antara negara Cina dan Amerika juga terjadi sehingga menambah kegundahan masyarakat dunia secara keseluruhan.
Demikian pula dengan Indonesia sebagai bangsa yang berkembang, Indonesia juga merasakan dampaknya. Awal Maret 2020, pengumuman Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta, bahwa memastikan beberapa peserta acara festival positif covid-19. Saat itu juga, Anies memperkenalkan konsep PSBB kepada masyarakat  Jakarta. Namun, sangat disayangkan respon sebagian besar masyarakat tidak mengubris bahkan cenderung negatif. Tapi setelah pemerintah pusat, Presiden Jokowi secara resmi menetapkan PSBB dan protokol kesehatan, barulah masyarakat merespon secara serius. 
Sikap ini sebagai warga negara khususnya warga muslim Jakarta, tidak selaras dengan  Al-Qur'an Surat. An-Nisa’ ayat 58 yang berbunyi s
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. An-Nisa’: 58)

Ayat 58 surat An nisa ini telah jelas menyampaikan secara tersurat, bahwa Allah telah memerintahkan untuk menyampaikan amanat kepada mereka yang berhak menerimanya. Amanat berupa berita musibah dan bahaya virus Covid-19 telah dengan jelas disampaikan oleh Gubernur Anies Baswedan saat itu. Ini sebagai bentuk tanggung jawab gubernur kepada warganya. Seharusnya sebagai warga muslim jakarta, kita mengikuti saran dan anjuran beliau, khususnya PSBB saat itu.
Lalu diayat berikut nya yaitu 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ
 كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa’: 59).
Secara gamblang, ayat ini mengajak warga muslim Jakarta untuk tidak hanya menaati Allah dan Rasul, tetapi juga menaati Ulil Amri, yaitu pemimpin negara ataupun wilayah dimana kita berdiam. Kepatuhan kita sebagai warga muslim Jakarta adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul. Ketaatan inilah yang seharusnya dapat membantu program ataupun rencana pemerintah untuk menanggulangi wabah ini berjalan lancar. Kesamaan pemikiran dan tindakan dalam  menghadapi wabah Covid-19 ini juga seharusnya jauh lebih baik dan cepat penanganannya bila warga Jakarta saling mendukung dan membantu.

Perbedaan pendapat tentang keadaan wabah Covid-19 seharusnya menjadi kekhawatiran semua pihak baik warga maupun pemimpin. Hal ini wajar terjadi karena bedanya pemahaman dan pengetahuan tentang Covid-19. Seperti yang termaktub pada ayat Al Qur’an sebelumnya, bila terjadi saling beda pendapat maka dikembalikan kepada ajaran telah ditetapkan dalam Al Qur’an dalam menangani wabah ini. 
Saat ini, Pemerintah telah mencoba untuk menerapkan NEW NORMAL LIVING di masa pandemi ini. Secar bertahap, baik pemerintah kota maupun pusat mulai menetapkan secara bersama konsep New Normal yang harus dipatuhi oleh seluruh warga negara. Namun, ini kembali kepada kita sebagai warga negara dalam menyikapinya. Apakah kita masih terus bersilang pendapat atau bersikap semaunya ? Atau membantu pemerintah sebagai Ulil Amri untuk mendukung dan menyukseskan program New Normal ini?.

Dukungan kita sebagai warga negara dalam mematuhi semua protokol kesehatan sangat mempengaruhi kemajuan kehidupan perekonomian, pendidikan serta kebudayaan. Semakin sadarnya warga untuk menjaga protokol kesehatan dimanapun, melakukan physical distancing, membatasi pergerakan kerumunan dan selalu menjaga kebersihan rumah serts lingkungannya, maka akan segera membantu pemerintah menanggulangi dampak negatif dari wabah ini. Seperti tersurat dalam surah Ar Rad ayat 11 yaitu ;

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Pada surat di atas, jelaslah kita sebagai pribadi muslim yang tingal di sebuah wilayah dan berbangsa  sepatutnya bersama sama dengan pemerintah saling dukung mendukung untuk mengubah nasib bangsa kita, Indonesia di era New Normal ini. . Terlebih lagi sebagai warga negara yang berlandaskan Pancasila, tentunya kita akan menjalani setiap sila silanya, khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Segala perselisihan dan kesulitan yang berdampak buruk dapat ditolak dan diatasi bersama untuk kepentingan semua pihak.
Previous Post Next Post