Era Disrupsi Membuat Pengangguran Makin Depresi



Oleh : Rina Tresna Sari, S.Pd.i 
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif

Dunia seolah tanpa batas, itulah istilah yang menggambarkan kehadiran teknologi di tengah-tengah kita.  Bagaimana tidak, kehadiran teknologi yang canggih membuat dunia dalam genggaman. Apa saja yang diinginkan dapat dicari dan dicapai tak terbatas waktu, bahkan jarak. Ya, zaman kian berkembang, dunia kini telah memasuki zaman dimana daya saing serta tantangan menjadi lebih lebih besar dari sebelumnya. Era ini disebut juga dengan era disrupsi. 

Apa itu era disrupsi? Menurut KBBI disrupsi adalah hal yang tercabut dari akarnya. Apabila diartikan dalam bahasa sehari-hari maka dapat berarti perubahan yang mendasar atau fundamental. Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya. (Kompasiana.com)

Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis dan industri. Kemunculan transformasi teknologi menjadi  dampak  yang paling signifikan di Indonesia. Kehadiran teknologi bak pisau bermata dua. Di satu sisi banyak memberikan manfaat dan di sisi lain bisa merugikan manusia. Namun, kenyataan ini tak bisa dibendung karena sudah menjadi konsekuensi dalam menyambut kehadiran teknologi. 

Termasuk adanya PHK massal yang kemudian menjadi dampak bagi sebuah perusahaan untuk menghadapi era tersebut. Pada beberapa sektor usaha, trend era disrupsi ini menjadikan perusahaan-perusahaan sangat berpotensi untuk mengurangi jumlah tenaga kerja manusia.  Era disrupsi telah membuat kesempatan kerja bagi orang lain  harus tergadaikan. Ada beberapa posisi pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia, tetapi harus dipangkas dan digantikan dengan teknologi, kecerdasan buatan atau robot pintar.  

Trend ini yang kemudian diikuti oleh Indonesia, alhasil gelombang PHK besar-besaran dilakukan oleh beberapa perusahaan. Sebagaimana dilansir oleh Media Indonesia -PT Indosat Tbk mengakui telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 677 karyawannya pada Jumat (14/2). Perusahaan menyebut PHK tersebut merupakan langkah dari upaya transformasi perusahaan untuk bertahan di era disrupsi (mediaindonesia.com, 15/02/2020)

Adapun Krakatau Steel, sejak 1 Juni 2019 lalu merumahkan 300 karyawan outsource.
Dan akan terus berlanjut hingga Juli dengan merumahkan 800 karyawan. Angka itu belum termasuk karyawan organik di BUMN baja tersebut.

PHK massal juga terjadi di Batam, kepulauan Riau. Sebanyak 2.500 orang di sana terpaksa kehilangan pekerjaan akibat di-PHK karena tutupnya dua pabrik di sana. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan dua pabrik itu ialah PT Foster Electronic Indonesia dan PT Unisem Batam. (CNN.com,16/08/2019)

Setahun terakhir ini, pemutusan hubungan kerja (PHK) di dunia industri memang semakin masif saja. Baik perusahaan baja, manufaktur, hingga telekomunikasi. Bahkan, startup yang sudah menjadi unicorn pun tak luput dari “badai” PHK ini.

Kelatahan mengikuti tren era disrupsi yang tanpa dipersiapkan tersebut bisa menjadi boomerang bagi rakyat, dimana kesejahteraan rakyat tergadaikan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan lapangan kerja yang terbatas, yang tidak sebanding dengan jumlah SDM-nya. Maka tak ayal angka pengangguran pada usia-usia produktif kian bertambah. Hal ini akan selalu terjadi bila negara menerapkan sistem ekonomi kapitalis, dimana jika terjadi perlambatan ekonomi, perusahaan akan berhitung antisipatif. Daripada gulung tikar, lebih baik lakukan efisiensi. Yaitu memangkas jumlah tenaga kerja.

Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan kondisi dimana periayahan ekonomi berada di tangan Negara Khilafah. Dalam skala makro, khilafah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan stabilitas ekonomi juga dijaga. Begitupun Islam memiliki pandangan tersendiri terkait sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Allah karuniakan akal yang jernih untuk berpikir. Semestinya akal akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa jika dioptimalkan dengan baik. 

Seharusnya potensi manusia ini dapat bersinergi dengan teknologi. Dan hal ini butuh peran negara untuk meriayyah dan memfasilitasi, dengan memberikan pelatihan dan pendidikan. Selain itu juga memberikan ruang agar SDM yang ada dapat diberdayakan untuk pembangunan negara menjadi lebih baik. Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali kepada sistem ekonomi Islam yang lahir dari petunjuk Illahi.

Wallahua'lam Bish showwab

Post a Comment

Previous Post Next Post