Lagi, Perempuan Jadi Korban Komuditi

By : Mila Sari, S. Th. I
Pegiat Opini, Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif

Seperti berita yang dilansir oleh media voaindonesia.com pada 24/06/2019 lalu, bahwa sebanyak 29 WNI dinikahkan dengan orang China dan dipaksa bekerja tanpa upah. Mereka diduga menjadi korban perdagangan orang yang melibatkan sindikat China dan Indonesia. Di China, para korban kerap dianiaya oleh  suaminya dan dipaksa berhubungan seksual bahkan ketika sedang sakit sekalipun.  Selain itu, juga dilarang berkomunikasi  dengan keluarganya di Indonesia. SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) menduga, pernikahan ini sebetulnya merupakan praktik perdagangan manusia.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mengungkapkan, korban-korban tersebut berasal dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Modusnya dengan diiming-iming harta dan hidup enak dengan berbagai fasilitas yang diberikan. (Sindonews.com)

Perdagangan manusia di era ini, seharusnya tidak lagi terjadi. Sebab manusia sudah merdeka, jadi tidak wajar bila masih diperjualbelikan. Namun kenyataannya, hal ini tetap saja terjadi. Tidak hanya sekarang, tapi kasus ini sudah berlangsung lama. Hanya saja sepi dari media dan pemberitaan publik.

Di musim perang, wajar saja ada manusia yang diperjualbelikan sebab mereka diperoleh dari hasil tawanan perang yang kalah dalam pertempuran. Bahkan di pasar-pasar pada saat itu ramai yang menjual manusia, apakah untuk menjadi budak, anak angkat atau pasangan hidupnya setelah  di dimerdekakan. Namun sekarang, khususnya di Indonesia sendiri, seperti yang dicantumkan dalam draf UUD Kemerdekaan RI, bahwa sesungguhnya ; "penjajahan telah dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Nyatanya, perdagangan manusia masih saja terjadi, tentunya dengan cara-cara yang licik, tersembunyi dan kejam.

Tindakan penjualan orang akan terus berlangsung, khususnya terhadap anak-anak dan perempuan, dan ini merupakan ancaman yang paling berbahaya dari penerapan sistem kapitalis. Yang mengutamakan materi di atas segalanya hingga melanggar batas-batas kehormatan, kemuliaan dan kemanusiaan. Sedangkan Islam memandang manusia dengan pandangan yang mulia, diciptakan dengan sesempurna bentuk. Membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah Swt sang pencipta dan pengatur seluruh aspek kehidupan ini. Dari sini jelas, bahwa kapitalis tidak mampu tuk memuliakan dan memanusiakan manusia. 

Sedangkan Islam datang mengangkat derajat hidup perempuan ke atas tampuk  kemuliaan. Mengembalikan fitrahnya sebagai seorang perempuan yang akan berdedikasi untuk mencerdaskan kehidupan generasi dan kaum perempuan, menjadi seorang istri yang akan meneguhkan jihad suami demi kemuliaan dien ini dan menjadi ibu yang ditangannya lahirlah generasi para pejuang, generasi para ulama, generasi para pemimpin yang akan mengantarkan ummat ini ke gerbang kemuliaan.

Tak sepantasnya kaum hawa tergoda oleh iming-iming yang tak pasti, sebab sejatinya hidupnya sudah ada yang berkewajiban menanggungnya. Saat belum menikah, ada ayah, saudara laki-laki atau pamannya yang akan menafkahi. Saat telah menikah, ada suami yang menggantikan peran mahram dalam menafkahi, menjaga dan saling bekerjasama mengurus rumah tangga dan bila tak ada suami masih ada kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga terdekat dan negara yang menanggung penghidupannya.

Tentu ini semua tidak dapat kita rasakan, bila belum mengambil Islam sebagai aturan kehidupan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita bangkit untuk memperjuangkan penerapan syari'at layaknya seperti yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Swt, para sahabat, para Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah Allah Swt yang telah menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan ini. 

Jangan sampai kita mengkhianati perjuangan mereka dengan tetap bertahan dalam kehidupan yang diatur oleh selain Allah Swt ini, yang hanya menciptakan kezaliman demi kezaliman dalam hidup. Padahal telah nyata kerusakan yang ditimbulkan, semata karena sampai saat ini kita masih bertahan dalam sistem kehidupan yang sesat lagi menyesatkan ini. Sudah saatnya kita keluar dari keterpurukan, agar keberkahan hidup kembali tercurah dari langit dan bumi. Tidak hanya di bumi pertiwi, namun keseluruh penjuru bumi ini. Itu semua tentu dengan diterapkannya islam sebagai sebuah aturan kehidupan, dengan adanya seorang Khilafah yang siap sedia menjalankan aturan tersebut, menerapkan Islam di dalam negeri dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru alam.

Wallahu a'lam bishshowab
Previous Post Next Post