Ulama dan Penguasa

Penulis : Sumiati  
(Praktisi Pendidikan dan Member AMK )

Di Era ini, kedzaliman kepada para ulama terus bergulir, makin hari makin membuat sesak di dada. Tidak banyak yang bisa dilakukan umat dalam kungkungan sistem kapitalis ini. Ulama sangat rentan dimanfaatkan oleh manusia-manusia serakah pengejar dunia, atau jika ulama lurus maka persekusipun seringkali terjadi. Hal ini betapa menyakiti hati ulama dan umat, bukan satu kali atau dua kali ini terjadi, namun berulangkali. Walaupun demikian, tentu tidak terlalu heran dalam sistem kapitalis hal ini terjadi, karena sejak lampaupun terjadi, jadi ini bukan hal baru, namun kasus yang berulang dan berulang. 

Berikut hubungan para Imam dan ulama  dengan pemerintah di zamannya masing-masing :

1. Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit rahimahullah, dari Kufah, Irak (hidup th 80 H – 150 H). Ditangkap, dipenjara, dipecut, disiksa & dipaksa minum racun oleh pemerintah lalu meninggal dunia kerana tidak setuju dengan peraturan pemerintah yang bertolak belakang degan syari'at Islam dan menolak dijadikan hakim.

2. Imam Malik bin Anas rahimahullah, dari Madinah (hidup th 93 H – 179 H)
Dipecut lebih kurang 70 kali oleh pemerintah karena sering mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan peraturan pemerintah.

3. Imam Syafi’i Muhammad bin Idris rahimahullah, lahir di Ghazza, ‘Asqalan, kemudian pindah ke Mekkah. Beliau bersafar ke Madinah, Yaman dan Irak, lalu menetap dan wafat di Mesir (hidup th 150 H – 204 H).
Tangan dan kakinya dirantai lalu dibawa menghadap pemerintah dan hampir-hampir dipancung karena dituduh sebagai penyebar aliran menyimpang & pemecah belah masyarakat.

4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dari Baghdad, ‘Irak (hidup th 164 H – 241 H).
Dipenjara oleh pemerintah dan di pecut dengan rotan bahunya hingga sobek bajunya karena mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan kehendak pemerintah. Imam Ahmad pernah disuruh mengakui Alquran sebagai makhluk, bukan sebagai kalamullah, tapi imam tetap tidak ingin mengakui, sehingga beliau dibelenggu dan dipenjara bertahun-tahun oleh penguasa saat itu. Penyiksaan dilakukan karena penguasa merasa lebih benar dari ulama.

5. Imam Nawawi, lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H. Ulama ini di asingkan akibat protes atas tindakan pemerintah yang menyalah gunakan uang rakyat. 

6. Abu Husin An Nuri, seorang tokoh sufi yang hidup pada abad ketiga hijriah (wafat 295 H). Al-Nuri berasal dari Khurasan dan dibesarkan di Baghdad. Ditangkap oleh pemerintah akibat menentang kebijakan negara yang memperbolehkan minuman keras.

7. Sufyan Ats-Tsauri,  lahir di Kufah pada tahun 96 H (716 M) dan wafat di Bashrah pada bulan Sya'ban tahun 161 H ( 778 M). Ulama ini ditangkap dan dihukum gantung karena melakukan protes dan menegur kebijakan pemerintah yang menyalahi syariat agama. Para penguasa hanya inginkan ulama itu sebagai tameng, untuk melegitimasi hukum untuk membodohi umat.

Dan masih banyak ulama-ulama  lain yang mendapat perlakuan tidak adil oleh penguasanya. 

Walau mereka terdzalimi, sejarah mencatat  bahwa karya-karya para ulama di atas masih dibaca dan dijadikan rujukan ribuan tahun setelah mereka wafat. Bahkan oleh orang-orang yang senang mengkriminalisasi ulama sekalipun, mereka mengamalkan pemahaman fiqih ulama terdahulu yang sudah didzalimi. Dan sejarah jarang mengingat nama-nama penguasa atau kelompok yang memfitnah, mengkafirkan, dan menyiksa mereka.

Pada akhirnya, yang akan dikenang dan abadi di hati adalah kontribusi muslim untuk ilmu dan umat; bukan caci-maki, fitnah, kafir-mengkafirkan, bid’ah-membid’ahkan, dan perselingkuhan dengan penguasa untuk membungkam mereka yang berbeda. Kita semua akan dihakimi oleh sejarah peradaban umat sebelum kelak akan berhadapan dengan Sang Maha Hakim.

Sehingga jika dimasa sekarang didapati ulama-ulama yang terdzalimi penguasa adalah sesuatu yang biasa bagi mereka yang  istiqomah kepada syariat islam. 

“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. 7:128)

Islam begitu memuliakan para ulama, Rasulullah saw bersabda:

العلما ء ورثت الا نبيا
Ulama adalah pewaris para nabi. 
Keberadaannya menjaga aqidah umat, mendidik umat, dan menjadi penasihat para penguasa, yang seharusnya penguasa selalu meminta arahan ulama dalam menjalankan pemerintahannya. Saat ini umat harus lebih cerdas, mengambil ibrah dari yang terjadi di masa lalu, bukan lebih taat kepada penguasa yang keliru, harus membuka mata hati, hilangkan tabir cinta dunia, agar kebenaran tampak di depan mata.

Allaah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

(Q.S.4:59)
Wallaahu a'lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post