Perjalanan Hidup Kakanwil Kemenag Sumbar

N3, Sumbar ~ Perjalanan hidup Kakanwil Kemenag Sumbar, Salman mulai dari staf hingga mencapai pucuk pimpinan tertinggi pada instansi yang dipimpinnya penuh kegigihan. Sebagai anak kampung asal nagari Pasir Lawas Kabupaten Tanah Datar ini mengenyam pendidikan pada pesantren yang ada di daerahnya. Putra kedua dari pasangan Kaharuddin Gindo Nan Tanang dan Saribanun Al memiliki 2 orang saudara laki-laki yaitu Hari Mulyadi dan Raymon Hidayat dengan selisih usia masing-masing 6 tahun. Salman kecil sering membantu pekerjaan ibunya seperti memasak nasi dan merebus air tanpa harus disuruh.

Salman menyadari ibunya sudah lelah bekerja sebagai pedagang beras di pasar. Begitu sang ibu pulang, bukannya kue yang di tanya melainkan apakah umi beli ikan atau belut. Kalau ada dibeli umi maka Salman membersihkannya di dekat kolam atau tabek. Selain itu dia juga mengambil air dengan parian yang terbuat dari batung di pincuran sumber air dikampungnya yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. Begitupun halnya dengan padi yang sudah di jemur maka akan diproses di heler untuk menjadi beras.

Alternatif sendiri sebelum pergi sekolah menjujung beras ke pasar atau balai dari rumah berjarak sekitar 7 km lewat pematang sawah menyeberangi sungai. Hanya Salman yang bisa membantu pekerjaan umi karena kakaknya sekolah dan kos di Batusangkar. Kesibukan umi sebagai pedagang beras harus pindah-pindah jualan hari balai Selasa di Pasir Lawas, hari balai Rabu di Sungai Tarab berjarak sekutar 3 km dari rumahnya.

Pada tahun 1979 dan 2009 terjadi galodo dikampungnya dan pincuran tempat sumber air ikut hancur. Hanya surau yang tersisa dari musibah galodo tersebut. Setelah peristiwa galodo tahun 1979 tersebut, masyarakat kampungnya  punya inisiatif untuk bikin kamar mandi. Sementara pincuran yang menjadi sumber air orang kampungnya dulu difungsikan kembali setelah peristiwa galodo tahun 2009. Salman juga menceritakan tentang kakak dan adiknya yang berprofesi di bidang swasta namun memiliki istri PNS.

Peristiwa galodo Pasir Lawas tahun 1979 itu benar-benar beekesan bagi Salman, ketika itu dia masih tahun kedua kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Entah mengapa, begitu kuat keinginan untuk pulang kampung. Begitu siaran radio diputar ternyata kampungnya kena galodo. Kemudian Salman pergi ke rumah pak eteknya Azwar Siry di Bandar Purus dan keesokan paginya Salman pulang ke kampung lewat terminal Lintas Andalas. Seluruh orang Pasir Lawas dapat prioritas untuk diberangkatkan ke kampung melihat keluarga mereka. Salman bersyukur kedua orangtuanya selamat dari musibah.

Pondok pesantren Madrasah Islamiyah di Gurun Sei Tarab Tanah Datar. Libur hari Ju'mat ke PGA Bukittinggi sampai kelas 5. Kemudian Salman pindah ke PGA Yayasan Islam dan ujian akhir ke PGA Negeri.

Dalam menentukan jenjang pendidikan saat ini sebagian besar orangtua yang mengikuti keinginan anak. Sedangkan anak-anak dulu selalu ikut kata orangtua. Sesuai arahan orangtuanya mengarahkan dia mengambil kuliah IAIN.

Suasana pendidikan di pesantren sangat menentukan arah masa depannya. Sejak mengenyam pendidikan di PGA, Salman sudah suka berorganisasi dan terpilih sebagai ketua kelas dan organisasi kesiswaan sebagai cikal bakal untuk menjadi pemimpin sebagai Kakanwil Kemenag Sumbar. Dalam kehidupan sehari-hari Salman juga tidak memilih kawan bahkan dia juga berteman dengan seorang pembalap dan preman di kampung. Kedekatannya dengan preman kampung itu pernah di larang orangtua karena kuatir membawa pengaruh negatif. Dalam keseharian Salman tetap melaksanakan Shalat dan mengaji. Terkadang Salman juga dicemooh oleh temannya ini sok alim.

Akhirnya sang teman mulai sadar berubah menjadi pemuda baik dan taat beribadah, bahkan Salman juga mendengar dari orang kampungnya teman premannya itu membuat surau dan selalu azan ketika waktu shalat masuk.  Tanpa paksaan lewat kebiasaan baik sebagai muslim membuat sang teman tersadar, pungkas Salman.

Salman melanjutkan kuliahnya di Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol pada bulan Januari 1978. Jurusan itu memang pilihannya karena suka memberi ceramah. Jurusan Tarbiyah lebih mengarah ke bidang pendidikan. Gelar sarjama muda diraihnya pada tahun 1981. Untuk masuk doktoral setelah dia harus selesai dulu dan menyelesaikan  S.1 tahun 1985. Pada tahun 1986 Salman mencoba cari kerja dengan me lamar kerja sampai di Jakarta. Pada tahun 1987 keluar SK CPNS. Pada tahun 1986 Salman ikut juga tes Wamil dan lulus. Namun proses pendidikan di Magelang agak lama, lagi-lagi orangtua berperan memberi masukan agar dia memilih pekeejaan sebagai PNS karena SK sudah keluar sejak tahun 1987.

Saat itu Salman baru menikahi putri Dekannya A. Gafar, MS bernama Agrina Amalia berasal Cupak Solok yang juga adik kelasnya masuk sebagai mahasiswi IAIN tahun 1983. Dari perkawinan itu lahir 4 orang anak yaitu Ilham Agung Saputra, sekarang kerja di Bank Muamalat Batam, kelahiran tahun 1988. Anak kedua seorang putri bernama Rezkika Sari Saputri kelahiran 1989 dan tamatan Akbid sudah berkeluarga. Anak ketiganya seorang laki-laki bernama Wahyu Agrisal Saputra kelahiran tahun 1996, sekarang tahun pertama kuliah Fakultas Sistem informatika UPI dan terakhir Sangra Suci Putri kelahiran tahun 1998, sekarang Kelas 12 di SMAN 12 Padang.

Satu hal yang menarik soal mobnas Nopol BA 33 selalu  terparkir di kantor. Mobil jenis toyota fortuner itu hanya digunakan untuk operasional dinas dan tidak perlu dibawa ke rumah dinas. Rumah pribadinya berada di Kompleks Pemda Sei Lareh. Salman hanya ikuti aturan saja karena untuk operasional cukup butuh 1 mobil.

Sehari-hari Salman harus olah raga jalan pagi atau fitnes hingga keluar keringat. Selain itu dia juga butuh kebersamaan dengan keluarga tercinta lewat hobi nyanyi bersama 2 putrinya. Mereka sering ikut lomba dan menang.

Salman juga memberi perhatian khusus untuk kerukunan umat beragama termasuk aman dari seluruh lini, tingkat kesadaran pemahaman dan perhatian pemerintah memberi kesejukan umatnya. Rukun dan damai, pemuda lintas agama terjadwal pernah dikumpulkan di puncak lawang. Usia remaja sma dan mhsw. Organisasinya. Dipa utk kegiatan 40 org. 3 hari. Kegiatannya penerimaan materi dan out bond serta diskusi. Misinya rukun dan damai.

Semua terwujud lewat koordinasi lintas sektoral. Harapannya terhadap umat beragama di Sumbar agar kedamaian tetap berlanjut serta kerukunan tetap terjaga demi keutuhan NKRI, tegasnya.

5 nilai budaya kerja untuk menjaga keberagaman tersebut yaitu Integritas, Profesinalitas, Inovasi, Tanggungjawab dan Keteladanan.

Penerapan manajerial three manager top diterapkannya sebagai Kakanwil dengan tampil sebagai pimpinan dengan menerapkan 5 nilai budaya tersebut. Tampil sebagai orangtua, teman dan sahabat terhadap staf dan sasaran kerja tercapai sebagaimana mestinya.

Sasaran kerja tercapai dengan baik. Dia menerapkan Middle and Lower Manager. Salman dengan jajarannya menerapkan suasana kerja penuh keakraban dan komunikatif. Diusahakan jangan ada yang merasa tersinggung.

Penilaian audit hasil laporan kinerja terbukti Sumbar sebagai Duta Akrual lewat penyerapan anggaran. Selesai kerja sesuai target. $$
Previous Post Next Post