Harga pangan di sejumlah daerah terpantau mengalami kenaikan, mulai dari beras hingga cabai rawit merah. Dan ini di keluhkan masyarakat akibat kenaikan harga pangan tersebut. Salah satunya di ungkapkan oleh waluyo, seorang warga di kawasan Petukangan jakarta selatan.
Dia mengaku cukup terbabani dengan kenaikan harga pangan terutama yang sering di konsumsi. Dia mengaku, untuk keperluan belanja bulanan biasanya bisa terpenuhi dengan biaya 1 juta. Namun, karena adanya kenaikan jadi perlu mengambil dari alokasi dana lainnya. (liputan6, 26/11/2023).
Kekhawatiran masyarakat dengan kenaikan harga pangan tersebut terus berlanjut hingga pergantian tahun. Masalahnya, pada momen Natal dan tahun baru biasanya harga- harga ikut melonjak karena imbas dari meningkatnya permintaan. Keluhan ini bukan hanya dari satu atau beberapa orang warga, namun ini menjadi keluhan masyarakat luas di berbagai daerah di indonesia, apalagi yang berpenghasilan rendah atau di bawah rata-rata.
Masyarakat sangat mengharap pemerintah bisa menjaga fluktuasi harga apalagi menjelang akhir tahun. Kalau bisa pemerintah mengadakan intervensi ke pasar-pasar agar harga bahan pokok bisa stabil dan tidak memberatkan masyarakat. Ikatan pedagang pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat banyak bahan pokok yang mengalami kenaikan, padahal biasanya, harga pangan naik ketika permintaan melonjak.
Di sejumlah pasar di Indonesia bahan pangan terpantau masih terus bergerak naik, dalam setahun terakhir, harga beras dan bahan pokok lainnya mengalami kenaikan gila gilaan. Menurut badan pangan nasional (Bapanas) ada sekitar 9 komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga lebih dari 10 persen dari harga acuan atau eceran yang di tetapkan pemerintah. Diantaranya, beras premium, bawang merah, bawang putih, daging sapi murni, telur ayam, dan gula konsumsi. (CNBC.indonesia)
Naiknya sejumlah harga bahan pangan di Indonesia menjadi isu klasik yang terus terjadi berulang kali. Kebutuhan pokok masyarakat naik, namun masyarakat juga tak mampu berbuat banyak, dalam menghadapi siklus kenaikan bahan pangan tersebut. Kondisi perekonomian yang semakin berat dirasakan oleh banyak pihak terkhusus masyarakat kalangan bawah.
Mahalnya harga pangan membutikan negara gagal dalam memberi jaminan kebutuhan pangan murah. Seharusnya negara mampu melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan sehingga masyarakat selalu terpenuhi kebutuhan bahan pangan dengan mudah.
Namun, alih-alih menyelesaikan justru masalah ini semakin tak teratasi, ditambah banyaknya jumlah PHK yang juga terus meningkat sehingga bukanya teratasi justru masyarakat semakin terbebani karena hilangnya mata pencaharian mereka.
Mengapa Terjadi?
Hal ini disebabkan oleh sistem ekonomi yang digunakan hari ini merupakan sistem ekonomi Kapitalis, yang berkaitan erat dengan para pemilik modal. Harga pangan sangat bergantung kepada kuantitas dan permintaan di pasar.
Jika jumlah barang di lapangan langka, sementara permintaan di pasar kian tinggi, maka akan berimbas pada tingginya penetapan harga jual. Sehingga inilah yang menyebabkan harga menjadi melambung tinggi, ketika permintaan tidak sesuai dengan stok pasar.
Di lain sisi, terdapat permainan nakal dari para pemilik modal dengan cara menimbun stok pangan yang bertujuan untuk menciptakan kenaikan harga di tengah masyarakat. Mahalnya harga pangan seperti yang di temukan di sejumlah daerah menunjukkan negara gagal menjamin kebutuhan pangan murah. Negara seharusnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga.
Karena berbagai persoalan yang terjadi di dalam dan luar negeri misalnya dengan terus mengontrol pasokan barang kebutuhan tersebut dari mulai pemasukan, stok dan pengeluaran barang terkontrol, sehingga jika terjadi kekurangan pasokan bisa menambah dari wilayah yang memang terpantau cukup aman atau mempunyai stok lebih. Juga memastikan tidak adanya penimbunan barang yang biasa di lakukan oleh segelintir orang untuk memanfaatkan situasi.
Kebutuhan pokok masyarakat seharusnya menjadi tanggung jawab negara, baik itu sandang pangan, papan pendidikan, kesehatan dan keamanan. Namun hari ini, mustahil terwujud, ketika negara hanya menjadi regulator saja, dimana negara hanya sebatas mitra dari pengusaha yang sama sekali tidak berpihak kepada rakyat nya.
Rakyat dianggap sebagai beban bagi negara, ketika bahan pokok seperti cabai merah ataupun cabai rawit menghilang, solusi yang di tawarkan oleh menteri adalah dengan menanam cabai, bawang, bahkan padi, atau ketika harga daging mahal, mereka menyarankan untuk memakan bekicot, dan masih bnyak lagi kebijakan-kebijakan nyeleneh, bukan memberikan solusi tuntas, tetapi hanya sebatas guyonan yang sama sekali tidak menyentuh akar permasalahan yang sedang di hadapi masyarakat saat ini.
Lantas, bagaimana solusi agar kondisi ini kembali stabil? Perlu dilakukan pengkajian dan pembahasan yang serius dan sistematik, khususnya tinjauan dalam pandangan Islam.
Islam menjadikan penguasa sebagaai ra’in yang wajib mengurus rakyat dan memenuhi kebutuhannya. Negara harus melakukan segenap cara untuk mewujudkan hal itu. Dan Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjaga kestabilan harga pangan di Tengah umat.
Negara, seharusnya mampu mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan dengan berbagai cara, dengan melihat letak masalahnya adalah tata kelola dan penguasa yang abai, dan di dalam Islam terbukti bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat dan menjamin setiap kebutuhan pokok rakyat. Dengan mengembalikan fungsi negara, yaitu menjadi penanggung jawab dan pelindung bagi rakyat nya, dan ini semua hanya ada di dalam sistem pemerintahan Islam.
Rosulullah saw bersabda "imam (khalifah) raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya. (HR Ahmad dan Bukhari)
Wallahu'alam
COMMENTS