Sedih Itu, Fitrah Kah?

Oleh : Nurul Husna, S.Pd
Pendidik SMPT Muhammadiyah Blangkejeren dan Aktivis KosMus Galus

"Jangan bersedih atas apa yang telah berlalu, kecuali kalau itu bisa membuatmu bekerja lebih keras untuk apa yang akan datang, Terkadang, orang dengan masa lalu paling kelam akan menciptakan masa depan yang paling cerah". (Khalifah Umar bin Khattab)

Menurut KBBI sedih adalah sebuah perasaan berduka yang jauh dari kata baik-baik saja, perkataan Khalifah umar bin khattab diatas menjadi salah satu penyemangat kita untuk tidak larut dalam sebuah kesedihan, tidak akhirnya menjadi manusia-manusia yang mendapatkan julukan sadboy or sadgirl. Jadi, apakah kita boleh bersedih?.

Jelas boleh, sedih adalah salah satu dari fitrahnya manusia, manusia yang tau bahwa sifatnya lemah, terbatas dan serba kurang, maka hal-hal semacam kesedihan akan hadir ketengah-tengahnya. Yang tidak diperbolehkan itu adalah sedih yang berlebihan atau menyedihkan sesuatu yang tidak harus untuk disedihkan, bahkan haram hukumnya untuk disedihkan. Seperti kisah seorang pemuda menangis yang viral di tiktok karena ditolak cintanya.

Dikutip dari LOMBOK INSIDER-Beberapa waktu lalu, viral di TikTok rekaman Fajar, seorang remaja tanggung asal Gorontalo yang menangis di aplikasi TikTok. Tangisan Fajar terjadi gara-gara dia merasakan ditolak oleh gadis pujaan hatinya. Video Fajar yang menangis pun diteruskan berkali-kali ke berbagai platform media sosial dan segera menjadi viral sehingga ditonton ribuan kali. Fajar pun menjadi bahan perbincangan juga lelucon dan tawa.

Beginilah mirisnya hidup dijaman kapitalisme yang serba bebas, segala sarana prasarana diciptakan untuk membentuk remaja-remaja yang sadboy ataupun sadgirl. Menciptakan manusia yang arah pandangnya jauh dari kehidupan agama, segala yang membuatnya puas ketika terpenuhinyalah naluri baqo' dan na'u saja, tanpa memikirkan naluri tadayyun. Yang padahal naluri tadayyunlah merupakan kepala atau pangkal dari naluri yang lainnya. Ketika naluri tadayyun atau hubungan kita dengan sang pencipta baik, maka yakinlah naluri yang lain akan berjalan dengan baik. Namun, hari ini peran sekuler menjauhkan masyarakat khususnya para pemuda yang merupakan bibit unggul untuk mendobrak peradaban dari peran agamanya sendiri. Jadi tak heran, jika gen Z hari ini disebut dengan generasi stroberi, yang artinya dimana mereka biasanya memiliki ide dan kreatifitas yang tinggi, namun saat diberi sedikit tekanan mereka mudah hancur layaknya buah strawberry.

Selain itu kapitalisme juga mendukung para remaja dengan menyuguhkan media-media yang akhirnya mendorong mereka menjadi remaja-remaja yang lemah, dengan memviralkan konten-konten sampah yang seharusnya dijauhkan dari para remaja, contohnya seperti kisah pemuda gorontalo yang patah hati karena ditolak cintanya, prank sembako berisi sampah dan masih banyak lagi. Sehingga hari ini, 'ga keren kalau ga buat konten seperti itu'. Sehingga arah pandang ini pulalah yang akhirnya menjadikan pemuda-pemuda yang ketinggalan mengidap penyakit mental illness. 

Satu dari tiga pemuda (10—17 tahun) Indonesia memiliki masalah kesehatan mental (mental health), sedangkan satu dari dua puluh pemuda Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir ini. Artinya, sebanyak 15,5 juta pemuda mengalami masalah kesehatan mental dan 2,45 juta pemuda mengalami gangguan mental. Data tersebut berdasarkan dari hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dikerjakan melalui kerja sama antara beberapa universitas di Indonesia, salah satunya UGM. Selain itu juga ada universitas luar negeri dari Australia dan Amerika Serikat, serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mirisnya lagi, angka bunuh diri Remaja juga makin meningkat dan depresi menjadi faktor tertingginya. Berdasarkan data WHO, pada kalangan remaja berusia 15—29 tahun, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua terbesar setelah kecelakaan. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 80% kasus bunuh diri di Indonesia dilakukan oleh pemuda dan faktor terbesarnya adalah putus cinta, disusul faktor ekonomi, keluarga, dan lingkungan sekolah. Kenakalan dan kejahatan pemuda pun tidak luput dari faktor yang memengaruhi kesehatan mental mereka, seperti kecanduan narkoba, seks bebas, perundungan, hingga tawuran, begal, dan geng motor.

Sedih adalah fitrah yang diberikan oleh Allah. Bahkan islampun menyusuh manusia untuk bersedih dikala mengingat dosa-dosanya, boleh kita bersedih ketika kehilangan orang yang kita cintai, kehilangan harta, dan lain sebagainya. Namun tetap dengan kesedihan yang sewajarnya saja, tidak akhirnya berlarut-larut, sampai mogok makan, mata bengkak, tidur tidak nyenyak, yang akhirnya malah mendzolimi diri kita sendiri yang pada dasarnya itu merupakan sebuah  perbuatan dosa. Bahkan sampai mempost ke media sosial hingga viral, yang seolah-olah kitalah manusia yang paling sedih dipermukaan bumi.

Coba kita berkaca kepada para sahabat bagaimana mereka meluapkan kesedihannya dan apa yang menyebabkan mereka menjadi bersedih. Bagaimana kita melihat sosok umar yang kuat, kokoh, bahkan setanpun takut dengannya.  Disiang hari dia bak singa yang menakutkan, ketika dimalam hari dia bersimpuh dihadapan sang pemilik hati, menangisi dosa-dosanya dan memohon ampun kepada Allah. Seperti inilah seharusnya ekspresi kesedihan yang dipancarkan kaum muslimin, sedih karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya dan berjanji akan bertobat nasuha, tobat yang sebenar-benarnya.

Lalu bagaimana kita bisa menetralisir kesedihan kita?. Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam QS. At Taubah : 40, yang artinya :
"...,Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita,..." 
Ini artinya Allah menyuruh kita untuk segera move on dari masalah kita. Allah menyuruh kita untuk kembali kepadanya. Sesungguhnya Allah sangat menyukai seorang hamba yang meraung-raung mengadukan masalahnya kepada-NYA.
Untuk itu agar kita tegar dalam menghadapi kesedihan kita dengan melakukan beberapa cara berikut;
1. Tidak membesar-besarkan apa yang telah hilang dan sadar bahwa itu adalah hal  yang memang mungkin terjadi.
2. Bersikap sabar.
3. Berdo'a.
4. Memperkuat iman.
5. Mendekat pada Al Qur'an.

Allah memberikan ujian kesedihan pada kita semata-mata untuk menaikkan level ketaqwaan kita ketika mampu melewatinya. Maka jangan katakan "Ya Allah, masalahku sangat besar, Tapi bilang. Masalah, Allah itu maha besar". Dan Maha baiknya Allah menyampaikan dalam surat cintanya bahwa Allah memberikan bersama 1 kesulitan ada 2 kebaikan yang Allah berikan (QS Al insyirah : 6 - 7). Yang ketika kita mampu menghadapinya dengan baik, maka kitalah pemenangnya!. Wallahu'alam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post