Euforia Kampanye 16HKtP, Solusikah ?


By Ummu Azka

Momen 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HKtP) ditetapkan secara global mulai 25 November sampai 10 Desember. Tanggal 25 November dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada Mirabal Bersaudara yang dibunuh karena melawan aktivitas politik dan menggugat kediktatoran rezim Rafael Trujillo di Republik Dominika pada 1960.

Berkaitan dengan hal tersebut, Organisasi Perempuan Mahardhika melakukan aksi nasional untuk memperingati 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan. Aksi ini digelar di 4 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Banjarmasin, Makassar, dan Samarinda. 
Untuk kampanye tahun ini, mereka menyoroti tekanan yang terjadi pada buruh dan pekerja wanita di pabrik garmen, makanan, minuman, dan pakaian. 

Mereka memandang bahwa pekerja wanita dibebani jam kerja yang tinggi namun dengan penghasilan yang jauh dari kelayakan. Belum lagi mereka harus menghadapi krisis yang berimbas pada minimnya permintaan barang hasil produksi. Hal ini secara otomatis membuat mereka putus kontrak dam seolah kehilangan masa depannya. 

Kondisi tersebut diperburuk dengan perlakuan yang didapat para pekerja wanita di tempat kerja, seperti pemberlakuan kebijakan efektifitas jam kerja seminggu 30 jam yang berimbas pada beban kerja yang semakin berat serta target yang dipasang perusahaan semakin mengikat. Lantas apakah kampanye 16 HKtP yang diadakan serempak akan berimbas positif terhadap perbaikan nasib perempuan di negeri ini? 

Perlu digarisbawahi, sektor ketimpangan yang dianggap sebagai ketidak adilan terhadap perempuan di atas tentu tak serta merta muncul begitu saja. Jika dicermati, kondisi di atas hanyalah "buah" yang jatuh dari diterapkannya kebijakan global tepatnya Barat,  Millennium Development Goals (MDGs) yang merupakan sebuah paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan, pendidikan, diskriminasi perempuan, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit, dan perbaikan kualitas lingkungan. Imbas dari kebijakan ini mengharuskan perempuan memiliki andil tinggi dalam perekonomian. Disebarlah opini : perempuan berdaya, perempuan bekerja. Serta slogan lain yang akan mencabut perempuan dari posisi yang seharusnya. 

Inilah goals yang dirancang kapitalisme sekuler untuk mencabut perempuan sebagai "akar" bagi terciptanya sebuah peradaban, menjadi budak budak produksi yang menukarnya dengan rupiah semata. Di sisi lain, pemerintah semakin menipiskan peran guna melegitimasi bahwa saat ini kaum perempuan memang butuh pemberdayaan dalam sektor ekonomi. 

Hasilnya? Perempuan negeri ini yang mayoritas adalah kaum muslimah menjadi abai dengan kewajiban utamanya sebagai ummu warabbatul bait, serta madrasatul ula bagi anak-anaknya. Sebuah peran signifikan yang sejatinya dipegang erat sampai kapanpun oleh seorang perempuan. 

Karena bagaimanapun, generasi yang terdidik oleh perempuan yang baik akan menjadi estafet berharga bagi peradaban. Inilah yang telah dibuktikan oleh Islam dan aturannya tatkala diterapkan dalam kehidupan. Dunia mengenal sosok perempuan luar biasa seperti , Ibunda Khadijah yang telah setia menemani perjuangan Baginda Rasulullah saw dalam hidup dan dakwahnya hingga kita dapat mengecap keindahan Islam saat ini.  Ada pula Ibunda Aisyah dengan usia belia menjadi guru para sahabat yang nantinya melahirkan generasi para ulama. Kemudian sosok Fatimah Al Fihriyah yang dikenal sebagai pelopor berdirinya pendidikan tinggi.  Lubna Alqurtubiyah dan lain lain menjadi saksi bahwa perempuan dalam islam bisa menjadi sosok mulia yang memberikan sumbangsih besar bagi terciptanya peradaban gemilang. Merekalah perempuan shalih dan terdidik yang tumbuh dalam suasana keimanan dan periayahan terbaik sistem Islam. 

Dari kantung-kantung perempuan shalih tersebut niscaya lahir generasi yang tangguh dan layak mengampu amanah mengelola bumi dan isinya dengan aturan yang telah Allah tetapkan. Sungguh, keteraturan inilah yang dimaksudkan dari penciptaan manusia di muka bumi. 

Allah SWT berfirman : 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).

Wallahu alam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post