Kerjasama Dengan Asing Demi Atasi Stunting?

Maryam Sakinah
Pegiat Literasi

Sebagai upaya pencegahan stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Gerakan Makan Telur Bersama” di Lapangan Desa Kebumen, Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah pada hari Ahad (25/9/2022). 
 
Sebanyak 15.077 butir telur  telah disiapkan untuk dikonsumsi bersama. Belasan ribu telur itu didapat dari peternak di Kabupaten Kendal. Kepala BKKBN mengapresiasi ide kegiatan ini sebagai program yang sangat inovatif. Apalagi telur sangat melimpah di Kendal. 
 
Stunting adalah sebuah paradoks. Bagaimana tidak, persoalan balita gagal tumbuh ini terjadi di Indonesia. Negeri yang sangat terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan tanah yang subur. Saking suburnya, tongkat ditancapkan pun bisa bertunas. Masyaa Allah. Namun, di balik semua kelebihan itu,  ironisnya, Indonesia adalah negara kelima dengan angka stunting tertinggi di dunia. Prevalensi stunting di Indonesia masih di angka 24,4%.  
 
Dengan kondisi ini, tidak heran jika stunting menjadi persoalan prioritas pemerintah dengan BKKBN sebagai leading sector. Salah satu upaya percepatan dan penguatan penanganan penurunan angka prevalensi stunting, BKKBN menggandeng sejumlah mitra swasta dan asing. Kerjasama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani oleh BKKBN bersama Tanato Foundation, PT. Aman Mineral Nusa tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, PT Bank Central Asia tbk, serta Amerika Serikat melalui USAID 

Adanya kerjasama dengan swasta dan asing ini menegaskan berlepas tangannya pemerintah dari tanggung jawabnya menyejahterakan rakyat. Pemerintah terang-terangan enggan membiayai sepenuhnya upaya pengentasan stunting. Bila serius, idealnya ada upaya terus-menerus baik preventif dan kuratif untuk meniadakan angka prevalensi stunting, bukan dengan program-program insidental, seperti gerakan makan telur bersama. 

Di sisi lain, kerjasama dengan asing ini berpotensi menjadi pintu masuk program-program mereka. Sudah jamak diketahui, Barat tidak mengenal budaya makan siang gratis, no free lunc,h kata mereka. Artinya, ketika asing memberikan bantuannya, mereka berharap adanya pamrih.  

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah upaya mengeksploitasi potensi generasi dan mengarahkan pembangunan SDM sesuai kepentingan mereka. Bila ini terjadi, maka generasi mendatang sudah pasti akan kehilangan identitasnya. Mereka laiknya orang Barat yang berkulit sawo matang. Perilaku dan sifatnya sebelas dua belas dengan mereka. 

Upaya berlepas tangan pada persoalan stunting ini tentu saja sangat berbeda bila dibandingkan dengan pemerintahan Islam. Sebagai sebuah ideologi, Islam mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan bahkan yang paling pelik sekalipun. Dalam sistem pemerintahan Islam, khalifah diwajibkan bertanggung jawab melayani seluruh hajat hidup rakyatnya dan memastikan seluruhnya terpenuhi dengan baik. Pemenuhannya pun bukan sebatas komunal dengan survei ala kadarnya, tapi sampai pada si Fulan di tempat A dan Fulan di tempat B semuanya tercukupi kebutuhannya. Dengan begini, bukan hanya stunting yang teratasi. Seluruh kebutuhan rakyat pun akan terpenuhi sebab masa depan Islam dan kaum muslimin ada pada kualitas generasinya. Jika sedini mungkin mereka terpenuhi hajat dan kualitas hidupnya terjamin, niscaya kegemilangan peradaban Islam akan terus memancar.  
 
Demikian pula dengan penerapan sistem ekonomi Islam, khalifah akan memastikan pengaturan pengelolaan kekayaan alam sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Khilafah akan mengelola harta milik umum dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya kesejahteraan rakyat sehingga seluruh kebutuhan pangan dengan kualitas terbaik akan terpenuhi. Kemudahan mengakses pangan yang halal dan thayib (bergizi) tentu akan menghindarkan balita dari risiko stunting.  
 
Tidak itu saja, Islam yang mengutamakan kebersihan (suci dari hadats) praktis akan memudahkan masyarakat mendapatkan air bersih untuk MCK dan air minum. Masyarakat otomatis akan teredukasi demi sempurnanya pelaksanaan ibadahnya.  Demikian pula dengan ibu-ibu, mereka akan memberikan makanan yang halal dan thayib saja bagi keluarganya. 
 
Suasana penuh iman dan takwa meliputi seluruh negeri.  Pemangku kebijakan khilafah akan memastikan mereka benar-benar memelihara seluruh urusan rakyat. Seluruh lembaga akan bahu-membahu mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Mereka sadar bahwa amanahnya akan dimintai tanggung jawabnya kelak di akhirat. Pada akhirnya bukan hanya stunting yang tersolusi tuntas, tetapi seluruh persoalan generasi pun teratasi.

Post a Comment

Previous Post Next Post