AKHIRI NAKBA (MALAPETAKA) PALESTINA DENGAN TEGAKNYA DAULAH ISLAM

Source: Screenshot google
Penulis: Cahyapena

“Dan terjadi lagi, kisah lama yang terulang kembali...."
 
Lirik di atas merupakan lirik lagu dari sebuah grup band ternama di Indonesia. Lirik yang begitu pas untuk kondisi Palestina yang sampai saat ini belum menemukan titik terang.

Tepat di hari Jumat, 5 Agustus 2022, zionis Israel kembali menyerang Gaza. Sebanyak 43 warga yang tewas termasuk 15 orang anak dan sebagian besar dari warga sipil, sedangkan 300 orang luka-luka. Penyerangan ini bermula dari penangkapan terhadap salah seorang pimpinan Jihad Islam, Bassam al-Saadi. Serangan ini dilakukan pada hari Senin di Jenin. Kemudian hari berikutnya, zionis Israel melakukan pengeboman terhadap sebuah apartemen di Gaza yang menyebabkan tewasnya seorang komandan Jihad Islam, Tayseer al-Jabari. Mereka mengklaim bahwa ini sebagai bentuk pertahanan untuk mengantisipasi serangan balik terhadap Jihad Islam (suara.com, 9/8/2022).

Potret kejadian ini tentu menjadi duka yang berkepanjangan bagi kaum muslim. Sebab, berulang kembali kekejian zionis Israel terhadap Palestina. Negeri-negeri muslim hanya bisa prihatin dan mengecam. Namun, hubungan baik dan normalisasi dengan Israel tetap mereka lanjutkan. Sebagaimana pernyataan AWG yang menuntut supaya para pemimpin dunia maupun komunitas internasional tidak sekedar gimmick diplomatik saja sedangkan disisi lain terus menjalin kerjasama begitu mesra terhadap zionis (Republika.com, 7/8/22). Itu merupakan bentuk penghianatan terhadap Palestina.

Peristiwa yang berkepanjangan ini merupakan bentuk dari ketiadaan kesatuan kepemimpinan umat Islam dan merupakan praktek nasionalisme di masing-masing negeri. Maka tanah dan nyawa muslim tidak bisa dilindungi. Sebab sekat nasionalisme inilah negeri-negeri muslim tidak mampu memberikan perlindungan penuh terhadap saudara muslimnya. Dan berharap perlindungan pada organisasi internasional yang dikendalikan oleh Amerika Serikat dan gengnya seperti PBB dan sejenisnya ibaratkan mengharap sesuatu yang mustahil terjadi. 

PBB yang katanya organisasi perdamaian namun nyatanya melanggengkan penjajahan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ahmad Khozinuddin, S.H., seorang advokat muslim mengatakan bahwa PBB bukan lembaga yang menjaga perdamaian, tetapi secara de facto dan de jure menjaga penjajahan. Secara de facto, PBB mendukung Israel artinya sebagai penjajah, sedangkan secara de jure, Israel hadir sebagai negara. (Tintasiyasih.com, 7/7/2021). 

Israel merupakan salah satu negeri yang lupa sejarah. Sebagaimana slogan yang mengatakan kacang lupa kulitnya. Dulu, orang-orang Yahudi numpang hidup dan meminta pertolongan terhadap daulah Utsmaniyah sebab merasa tidak aman atas ancaman dan persekusi orang-orang Kristen pada saat itu. Kaum Yahudi mengungsi di berbagai wilayah termasuk daulah Utsmaniyah. Sebelumnya kaum Yahudi sudah melakukan pertemuan khusus dan membahas ingin mendirikan negara independen. Kaum Yahudi melihat ada sebuah wilayah yang tepat dan aman yaitu Palestina. Kemudian ingin membeli dan mendatangi Sultan Abdul Hamid II, tetapi pulang dengan tangan hampa. Khalifah menolak mentah-mentah tawaran itu meski dengan tawaran limpahan emas. Sebab penolakan tersebut, kaum Yahudi atas pemimpinnya Teodore Harzel, membuat konspirasi sampai berhasil menurunkan Sultan Abdul Hamid II dari kepemimpinanya.

Pada perang dunia I terjadi perpecahan antara blok sekutu dan blok sentral. Pada saat itu, Daulah Utsmaniyah masuk pada Blok Sentral. Inggris dan Prancis membuat perjanjian Sykes-Picot secara diam-diam dan membagi-bagi wilayah Daulah. Sampai akhirnya Inggris mendukung gerakan Zionis mendirikan negara yang dikenal sebagai deklarasi Balfour. Wilayah Daulah dibagi layaknya kue besar yang dipotong kecil-kecil, termasuk Palestina dikuasai Inggris. Dan itu menandakan bahwa dunia Islam yang menjadi pelindung umat Islam resmi dihapuskan 3 Maret 1924. 

Selanjutnya Inggris membuka lebar-lebar pintu kaum Yahudi masuk ke wilayah Palestina. Hingga pada Perang Dunia II, Inggris merekrut kaum Yahudi menjadi pasukaan militernya. Namun, kembali kaum Yahudi lupa seperti kacang lupa kulit. Mereka membuat kerusakan dan membumihanguskan orang-orang Inggris dan ingin menguasai Palestina. Inggris tidak kuasa dan meminta petolongan terhadap PBB sampai terjadi voting pembagian wilayah Palestina menjadi dua; wilayah orang Arab dan wilayah orang Kristen (kaum Yahudi). Inggris mundur dan meninggalkan wilayah Palestina dan segala yang ditinggalkannya diambil alih oleh kaum Yahudi. Mereka memanfatkan itu untuk mencapai tujuannya menguasai Palestina. Korban yang tewas jangan ditanya, sangat banyak. Tepat tanggal 14 Mei 1948, Zionis mendeklarasikan kemerdekaannya. Kemudian sehari setelahnya yaitu 15 Mei menjadi hari nakba (malapetaka) oleh warga Palestina. Hingga sampai hari ini, Palestina masih menjadi wilayah jajahan Zionis atas dukungan militer dari Amerika Serikat. 

Oleh karena itu jangan sampai kita terperdaya. Tidak ada harapan sama sekali untuk kondisi Palestina saat ini selain tegaknya Daulah Islam. Sebab, saat ini kondisi kaum muslim berada di bawah kendali sistem kapitalisme dengan asanya sekularisme yang memisahkan agama mengatur seluruh sisi kehidupan. Negeri-negeri Barat menjajah kekayaan-kekayaan negeri-negeri kaum muslim atas nama kerjasama.

Keamanan dan kesejahteraan Palestina beserta negeri-negeri muslim yang terjajah lainnya hanya dapat tercapai dengan petolongan Allah Subhanahu Wa Taala atas tegaknya Daulah Islam. Negara adidaya yang telah menguasai dua per tiga dunia dengan masa kejayaan 1.300 tahun. Orang-orang yang hidup didalamnya adalah rakyat yang heterogen. Mereka dijamin hak-haknya, dipastikan kesejahteraan dan keamaannya dengan aturan Islam, dan diikat dengan akidah Islam. Pemimpinnya merupakan junnah/perisai yaitu pelindung bagi rakyatnya. Terdepan dalam melindungi rakyatnya dari serangan musuh. Tanah Palestina merupakan tanah Mulia dalam Islam. Oleh karenanya isu Palestina bukanlah sekedar isu kemanusiaan, melainkan isu politik Islam. 
Wallahu a'lam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post