Penghinaan Nabi, Umat Butuh Perisai


Oleh: Maryam 
(Tim Pena Ideologis Maros)

Baru-baru ini penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW kembali terulang, bukan hanya sekali, dua kali namun kasus serupa sudah sangat sering terjadi. Baik dalam maupun luar negeri. Penghinaan terhadap Rasulullah SAW kini kembali dilontarkan oleh pejabat dari salah satu partai politik india yang menyebabkan bentrok antara umat hindu dan muslim, akibatnya banyak diantara umat muslim terluka dan dua orang pemuda yang syahid karenanya . dilansir dalam Republika.co.id.  Sabtu (11/6/2022), bentrokan antara umat Hindu dan Muslim di India timur memakan korban dua remaja pada Jumat (10/6/2022). Bentrokan ini buntut dari pernyataan menghina yang dilakukan pejabat Bharatiya Janata Party (BJP) kepada Nabi Muhammad SAW. 

Muslim di india adalah minoritas, kekerasan terhadap kaum muslimin kerap kali terjadi. bukan hanya sekali namun berkali-kali dengan pemicu kasus yang berbeda. Mulai dari penghinaan terhadap nabi bahkan sampai pada pelarangan hijab. Aksi protes selalu dilakukan namun tidak ada pembelaan dan hukum tegas terkait hal tersebut.

Kasus penghinaan terhadap nabi tersebut menuai kecaman dari beberapa negara muslim termasuk indonesia mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua politisi India. Pesan ini telah disampaikan kepada Duta Besar India di Jakarta," cuit akun Twitter resmi Kemenlu, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (7/6/2022).  Dan oleh negara-negara Arab. Pada Pusat perbelanjaan besar di Arab Saudi, Kuwait, Bahrain menghapus produk India, melakukan boikot terhadap produk-produk negara bollywood tersebut. 

Tidak cukup hanya dengan kecaman dan boikot saja untuk menghentikan berbagai bentuk kekerasan dan penghinaan terhadap kaum muslimin. Umat membutuhkan hukum yang mampu menyelesaikan berbagai problem kehidupan yakni hukum yang bersumber pada syara, berlandaskan pada halal dan haram sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt.

Sebab, faham islamofobia akan terus merebak bukan hanya terjadi pada umat muslim minoritas bahkan hal serupa kerap kali terjadi pada umat muslim mayoritas sekalipun. Dimana posisi islam sering dianggap sebagai pemecah belah dengan menggaunkan isu radikalisme. Tidak lain adalah upaya musuh-musuh islam untuk menjauhkan umat muslim dari agamanya  sendiri.

Umat membutuhkan perisai yang mampu menjadi pelindung dari berbagai serangan musuh-musuh islam. Dan  hanya dengan penerapan  kembali hukum-hukum islam dalam bingkai khilafah yang mampu melindungi kaum muslimin dan seluruh umat manusia. Dalam penerapan  hukum syara' yang berlandaskan Al-Qur'an dan sunnah. Pemmpin atau khalifah akan mengambil hukum tegas dan mampu memberikan efek jerah terhadap musuh-musuh islam. Apa lagi terhadap pelaku kekerasan dan penghinaan terhadap nabi yang mulia.

Islam memandang haram hukumnya menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa tanpa udzur syar'i.   Sebagaimana Firman Allah Swt dalam QS. Al-Isra' ayat 33 yang artinya: "Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar."  dan Rasulullah saw bersabda “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Tirmidzi 1455).

Dalam kepemimpinan Islam, khalifah akan berlaku sebagai perisai bagi setiap kaum muslim. Darah mereka akan dilindungi. Namun, semua ini hanya bisa terealisasi jika pemimpin muslim mengambil Islam sebagai  dasar negara.

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Dengan demikian, jalan satu-satunya untuk membungkam musuh-musuh Islam hanyalah dengan mempersatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan. Tidak akan lagi ada kaum muslim yang bersimbah darah sebab ada Khalifah yang berperan sebagai junnah (perisai). Wallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post