Tempat Rekreasi Pembunuh Anak Dimana Peran Negara?

Oleh: Kharimah El-Khuluq

Tidak sedikit orang melakukan rekreasi untuk melepas penat, menghilangkan stres dan memunculkan rasa bahagia. Demikian pula terhadap anak-anak, mengajak mereka rekreasi merupakan kebahagiaan tersendiri bagi anak. Namun, naasnya sejumlah orang yang melakukan rekreasi di Waterpark Kenpark, Kenjeran, Kota Surabaya bukan mendapatkan kebahagiaan akan tetapi duka yang mendalam.

Pasalnya, sembilan dari seluncuran kolam renang Kenjeran Park (Kenpark) Jalan Kenjeran, Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jatim, ambruk. Insiden ini mengakibatkan 16 orang cedera, (medcom.id, 07/05/2022).

Berdasarkan keterangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya, dugaan sementara terkait ambruknya seluncuran kolam renang Kenprak yaitu karena sudah lapuk.

Namun, pengelola kolam renang Kenprak mengatakan bahwa ambruknya perosotan karena diduga overload. Mereka juga mengklaim bahwa selalu rutin melakukan perawatan.

Ketika tragedi telah terjadi antara penguasa dan swasta akan saling menduga. Mereka akan saling mengklaim bahwa mereka telah melakukan yang terbaik untuk memberikan pelayanan. Namun, fakta lapangan membuktikan bahwa itu semua omong kosong. Seandainya mereka telah melakukan perawatan lalu kenapa hal itu bisa roboh.

Kemudian, para pemegang kekuasaan yang dimandatkan oleh rakyat mereka hadir setelah tragedi terjadi. Seyogyanya, ketika sudah dimandatkan oleh rakyat maka persembahkan lah pelayanan yang terbaik untuk rakyatnya. Bukan malah setelah tragedi baru sibuk menghimbau untuk mengecek kelayakan fasilitas umum seperti halnya tempat pariwisata. Jangan menunggu tragedi, tetapi harus ada upaya pencegahan. Nyawa rakyat bukan tumbal untuk keegoisan dan keserakahan.

Tragedi tumbal nyawa rakyat akan terus berlangsung selama pengelolaan dilakukan ala kapitalisme. Sebab, sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika pengelolaan fasilitas umum ala kapitalisme tujuan utamanya adalah keuntungan. Terpenuhinya ketebalan dompet para pemilik modal dan kawan-kawannya lah yang digenjot habis-habisan. Soal keselamatan rakyat berada pada rentetan lembaran akhir, itupun kalau ada. Buktinya pun terpancar jelas di hadapan kita jika kita melihat fenomena yang terjadi.

Negara sebagai penanggungjawab penuh atas kehidupan rakyat harus berada di garda terdepan. Mengayomi, memberikan rasa aman dan keselamatan terhadap rakyatnya. Akan tetapi, sekuat apapun sebuah negara dan selama apapun telah merdeka ketika masih mengadopsi sistem demokrasi sekuler pada hakikatnya negara tersebut masih terjajah.

Kendati demikian, jika menginginkan sebuah negara menjadi negara super power dan kemaslahatan rakyat menjadi perhatian utamanya. Maka, harus ada sistem yang super power juga yang mengokongnya. Tentu, sistem yang memiliki kekuatan super power itu hanya Islam. Dan sistem Islam akan bernilai ketika tidak diterapkan oleh sebuah negara. Negara yang menerapkan sistem Islam disebut dengan Khilafah.

Di dalam negara Islam atau Khilafah itu sendiri tempat pariwisata walaupun bisa menjadi salah satu sumber devisa negara. Tetapi tidak akan dijadikan sumber perekonomian negara. Sebab, negara Islam mempunyai sumber perekonomian yang tetap yaitu pertanian, perdagangan, industri, dan jasa. Selain itu ada juga dari pintu jizyah, kharaj, fai, ghanimah, hingga dlaribah. Semua ini mempunyai kontribusi yang tidak kecil terhadap pembiayaan perekonomian negara Islam.

Sedangkan, keberadaan sektor pariwisata dalam negara Islam sebagai sarana dakwah dan propaganda. Misalnya, objek wisatanya adalah keindahan alam, maka kesadaran yang harus ditanamkan adalah kesadaran akan kebesaran Allah swt. Sang Pencipta. Kemudian, jika objeknya adalah peninggalan bersejarah maka kesadaran yang harus ditanamkan adalah kehebatan Islam dan umatnya yang mampu menghasilkan produk madaniah yang luar biasa.

Keuntungan bagi wisatawan muslim bahwa objek-objek ini bisa digunakan untuk mengokohkan keyakinan mereka kepada Allah, Islam dan peradabannya. Sedangkan, bagi wisatawan nonmuslim bisa digunakan sebagai sarana untuk menanamkan keyakinan mereka terhadap kemahabesaran Allah. Juga sarana untuk menunjukan kepada mereka akan keagungan, kemuliaan Islam dan peradaban Islam yang luarbiasa.

Sedangkan, jika ada peninggalan sejarah dari peradaban lainnya, Khilafah mengambil dua kebijakan. Pertama, jika objek tersebut tempat ibadah kaum kafir dan masih digunakan maka akan dibiarkan. Namun, jika tidak digunakan lagi maka akan dihancurkan. Kedua, jika objek-objek tersebut bukan merupakan tempat ibadah maka akan dihancurkan. Misalnya, dunia fantasi yang di dalamnya terdapat berbagai patung makhluk hidup. Tempat seperti ditutup atau dihancurkan atau bisa diubah agar tidak bertentangan dengan peradaban Islam.

Wallahualam Bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post