Aksi Densus 88 Berujung Kematian, Umat Islam Jadi Sasaran?




Oleh Sri Ayu Juma Ela S.M
(Aktivis Dakwah)

Penembakan yang dilakukan densus 88 di Sukoharjo Jawa tengah memunculkan banyak protes. Sebab penembakan tersebut berujung kematian yaitu seorang dokter kemanusiaan yang bernama Sunardi. Korban diduga teroris dari jamaah islamiyah.

Hal ini sangat mengkhawatirkan masyarakat, bagaimanatidak? karena penembakan dilakukan pada saat korban masih dalam dugaan sementara belum ada bukti jelas terlibat teroris.

Akhirnya kuasa hukum Sunardi sekaligus tim advokasi islamic study and Action Center (ISAC) Eudro Sudarsono mengatakan pihaknya akan mengadu persoalan ini ke Komnas HAM, komisi 111 DPR. Hingga kompolnas " Dia mau agar penangkapan berujung kematian ini bisa diinvestigasi. Kabaghanops densus 88 anti teror polri Kombes Aswin Siregar, menyampaikan Sunardi merupakan tersangka teroris." Dia bilang Sunardi coba melawan dan mengancam petugas saat mau ditangkap. (viva.com,12/03/2022) 

Melihat kejadian ini Wasekjen PA2 212 Novel Bamukmin menilai gerakan densus 88 sudah lepas kontrol dan menjadi mesin pembunuh bagi umat Islam.

Ini yang sangat disayangkan karena tindakan penembak dilakukan pada saat korban pulang dari kerja dan dihadang di jalan. Sementara dalam keadaan panik, korban melakukan perlawanan dengan cara melarikan diri dan membawa mobil. Korban membela diri karena dikejar oleh mobil yang tidak dikenal, namun dengan alasan penyelamatan agar tidak membahayakan banyak orang akhirnya densus 88 melakukan penembakan mati ditempat. Kalau melihat cerita ini sungguh sangat ironis. Mengapa densus melakukan penembakan mati sementara densus 88 bisa dengan cara melumpuhkan sementara korban tanpa harus dengan penembakan mati.

Secara fakta seorang yang terduga teroris ini adalah seorang dokter kemanusiaan di Sukoharjo dengan memiliki latar belakang yang jelas dan juga tempat tinggal serta tempat kerja yang jelas pula. Tim densus 88 bisa melakukan penjemputan di rumah korban tanpa harus dihadang saat pulang kerja.

Inilah potret penegakan hukum di negara kita, rakyat seolah tidak diberi ruang untuk membela diri dan keadilan seolah dikaburkan dengan ide teroris ala densus 88. 

Kita semua sepakat bahwa tindakan terorisme harus diberantas, ajaran manapun apalagi Islam tidak pernah mengajarkan terorisme. Namun, dalam penanganannya jangan sampai menimbulkan teror baru di tengah masyarakat. 

Maka patut diduga densus 88 menyasar umat Islam dan menjadi mesin pembunuh bagi Muslim. Padahal jika menilik jauh tugas densus 88 yaitu sebagai penyidik bukan sebagai eksekusi mati begitu terduga maupun tersangka kejahatan. Sekalipun densus 88 diberi kebebasan untuk menembak namun bukan ditembak mati secara langsung.

Hampir dalam setiap penangkapan terduga teroris densus 88 melakukan tindakan extra judicial killing yaitu membunuh tanpa melalui proses pengadilan terhadap orang-orang yang baru diduga melakukan tindakan terorisme. Jelas saja tindakan ini tidak akan bisa menghentikan tindakan terorisme sebagaimana tujuan dibentuknya densus 88 oleh penguasa. Namun, yang ada hanya menimbulkan ketakutan pada masyarakat, menumpuk dendam yang tak berkesudahan bagi keluarga dan simpatisan terduga teroris serta refleksi "hard power" pada "law enforcement" yang tidak adil.

Jadi ketika sistem demokrasi kapitalisme ini masih eksis maka tindakan pembunuhan tanpa melalui proses peradilan ini akan terus berlanjut yang korbannya tidak lain adalah kaum Muslim.

Maka saatnya kaum Muslim bangkit dan sadar akan politik Islam serta tidak ikut terjerumus dalam narasi terorisme. Karena itu semua adalah tipu muslihat Barat untuk mempropaganda kaum Muslim untuk menerangi terorisme, radikalisme dan deradikalisasi. Itu semua adalah strategi Barat agar umat Islam jauh dari ajaran agamanya sendiri yaitu Islam kafah.

Maka kesadaran ini akan terwujud jika umat Islam mau untuk bergabung dalam kajian-kajian Islam yang membahas secara menyeluruh mulai dari akidah, ibadah, syariah, khilafah dan jihad. Kemauan berjuang ini untuk sama-sama menyadarkan umat bahwa hanya khilafah yaitu bentuk kekuatan politik umat Islam yang berwujud negara untuk menghadapi propaganda musuh Islam.

Saatnya umat Islam harus fokus memperjuangkan tegak kembalinya khilafah agar kekuatan politik umat Islam mampu mengalahkan hegemoni Barat. Sehingga tidak ada lagi kaum Muslim yang menjadi korban kejahatan dari musuh-musuh Islam dan ajaran Islam bisa di emban diseluruh penjuru dunia.

Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post