Adab Sebagai Representasi Ilmu



Islam sangat memuliakan ilmu dan orang-orang yang berilmu, bahkan mewajibkan semua penganut ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap Muslim (baik perempuan maupun laki-laki.” Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah

akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai
kehidupan akhirat.

Kompetensi keilmuan seseorang menjadikannya lebih mulia dari orang lain yang hanya bersandar kepada kepemilikan harta maupun nasab kebangsawanan yang terwarisi. Coba bayangkan jika semua profesi dan segala bentuk pekerjaan sesuai dengan keilmuannya, maka akan  dapat menghasilkan produk yang berkualitas, semakin tinggi bobot keilmuannya, maka semakin berkualitas produk yang dihasilkan. Tetapi Islam juga mensyaratkan adab untuk kesempurnaan sebuah ilmu. Seorang yang berilmu harus merealisasikan bentuk adab yang baik,  orang yang berilmu tinggi tidak akan mulia tanpa disertai dengan adab yang tinggi. Justru akan menurunkan harkat dan martabatnya sebagai orang yang berilmu, kualitas diri seseorang memang dilihat dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi itu pun dilihat dari bagaimana adab nya dalam memanfaatkan ilmunya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mulia akhlaknya.”Adab menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan sendiri, keluarga, maupun sosial. Dengan adab, seorang Muslim yang sejati akan menjadi mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya serta sesama manusia.

Saat ini banyak orang yang pintar tapi tidak tawadhu, sombong dan merasa paling benar, mudah menyalahkan dan mencaci orang yang menurutnya salah, kekerasan fisik maupun kekerasan verbal yang terjadi di tengah masyarakat banyak diawali oleh postingan status atau komentar di medsos baik secara tertulis maupun dalam bentuk video, ucapan, atau simbol tertentu. Pelakunya bukan hanya orang yang berpendidikan rendah, tetap juga berpendidikan tinggi. Bukan hanya orang miskin, tapi juga orang kaya. Bukan hanya orang biasa, tapi juga oknum pejabat dan penguasa. 

Banyaknya ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi sia-sia jika tidak memiliki adab atau akhlak dalam dirinya. Ia akan kesulitan menemukan jalan yang semestinya, karena adab dan akhlak lah yang menjadi pembatas serta memberikan arahan bagaimana menyikapi ilmu tersebut. Di sinilah pentingnya adab sebagai representasi ilmu. Mungkin seseorang tahu tentang ilmu bertutur kata yang baik, tapi belum tentu mengamalkannya, belum  sampai tahap internalisasi dan aksi. Gelar pendidikan dan jabatan yang tinggi tidak menjamin seseorang memiliki adab yang mulia. Ilmu memang penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah implementasi dari ilmu yang terefleksikan dalam adab dalam kehidupan sehari-sehari.

Mia Fitriah Elkarimah 
el.karimah@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post