Moderasi Melenggangkan syariah Islam ?


Oleh :  Sasmin
 (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Buton)

Moderasi Islam akan selalu menjadi pembahasan dari petinggi pemerintah hingga masyarakat. Sebagaimana yang terjadi ada pergantian tahun 2021 ke tahun 2022, dimana moderasi agama menjadi topik utama. Atas nama toleransi beragama, moderasi agama di gembor-gemborkan kepada masyarakat.

Seperti yang dilakukan oleh Menag Sulsel mengimbau strukturnya agar memasang spanduk  ucapan Hari Natal dan Tahun baru disetiap Satuan Kerja, pasalnya kemenag adalah kementrian semua agama bukan hanya satu kementrian satu agama, kementrian agama berkewjaiban mengayomi, menjaga dan melayani seluruh agama termaksud merawat kerukun umat beragama (republika.co.id, 14/12/2021).

Beredarnya surat Menag timbul polemik yang mengecam keras agar Menag mencabut surat edaran sebagai bentuk ketaatan hamba kepada Allah SWT. Dan tanpa memaksakan jajaran Menag Sulsel memajang spanduk selamat hari Natal apabila beragama islam. Sayangnya tetap dilanjutkan.  Disisi lain MUI dan ormas Islam mendukung mengucapkan selamat hari natal kepada kaum nashrani dalam konteks menghormati dan toleransi pada perbedaan, asal tidak kontribusi melakukan ritual upacara atau rangkaian kegiatan perayaan natal.

Perlu kita ketahui menghargai sangat di anjurkan baik sesama muslim maupun muslim kepada non muslim, sikap toleran membawa ketenangan tanpa ada pertikaian antara dua bela pihak menjaga solidaritas sesama manusia ciptaan Allah. Namun Islam mengatur sikap toleransi kepada non muslim dalam aspek ritual seperti perayaan hari natal dan tahun baru hukumnya haram karena maksud dari Selamat Natal adalah Selamat Beribadah Kepada Salib.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Adapun mengucapkan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran secara khusus, maka hukumnya haram berdasarkan kesepekatan para Ulama.  Hal ini meskipun yang mengatakan tidak sampai jatuh pada kekufuran, akan tetapi perkataan tersebut adalah haram.

Mengucapkan selamat Natal kepada orang Nasrani sama saja dengan mengucapkan selamat atas sujudnya kepada salib. Maka itu lebih besar dosanya dan kemurkaannya di sisi Allah, daripada mengucapkan selamat minum Khamr, membunuh jiwa, berzina dan dosa besar lainnya (Ahkam Ahlidz Dzimmah 1/441).

Namun sangat disayangkan kebanyakan orang masih terjebak dengan gaya barat sampai lupa selain perbuatan, lisan pun akan dimintai pertanggung jawabnya, maka perlunya kehatia-hatian dalam mengucapkan sebelum mengetahui hukumnya.

Tetapi jebakan barat telah berhasil menghasut dan membungkus umat muslim dengan pemahamannya, yang sering digaung-gaungkan oleh para sekuler yakni moderasi beragama.

Moderasi beragama ialah sikap toleran dan rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Saat ini moderasi ramai dipersoalkan oleh masyarakat sebab moderasi bertujuan menghindari Islam kaffah dalam kehidupan umat cukup berislam netral yang sedang-sedang saja, bila umat terikat oleh aturan Islam kaffah maka dinilai radikal dan intoleran.

Padahal Allah telah berfirman kepada orang-orang yang beriman agar mereka berpegang dan berislam secara sempurna dengan mengikuti tuntunan  Al-Qur'an dan As-Sunnah.

"Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan sungguh ia musuh yang bagimu" (QS Al-Baqarah:208). Kita tidak boleh berislam model transmanan memilih yang disukai meninggalkan yang tidak disukai.

Moderasi beragama berbaju toleransi sebagai pemersatu  merupakan taktik barat untuk menyandingkan aturan Islam dengan barat, tidak anti oleh hukum-hukum barat bahkan dijadikan sebagai pengatur hidup manusia disetiap lini, alhasil kebebasan menjadi tolak ukur perbuatan.

Arus moderasi ini terus digencarkan dinegeri ini berbagai implementasi program dan kebijakan terus diarus utaman untuk menyukseskan agenda besar ini. Dimaksudkan untuk tidak fanatik dengan agama akan terbentuk pribadi yang radikal bahkan sulit menerima perbedaan maka cukup mengambil jalan tengah dan memposisikan semua agama sama.

Ide moderasi beragama ini sebenarnya ingin menghilangkan Islam yang sempurna, melenyapkan klaim kebenaran sebab pluralisme mampu menjembatani hubungan perbedaan ajaran agama, biar terkesan urgen maka di buatlah wacana demi persatuan, agar masyarakat makin yakin moderasi beragama  menjadi solusi dari perpecahan umat beragama.

Bila kita telusuri ide moderasi ini justru menjadi problem ditengah umat muslim, wajib ditolak sebab Allah telah menjamin kebenaran tersapat di QS Al-Imran ayat 19, Allah Berfirman: "Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah ialah Islam".

Jelas bahwa Allah menafikkan agama selain Islam meski bersifat humaniter, Moderasi beragama sangat berbahaya sebab muslihat barat menghilangkan ajaran Islam dengan mempengaruhi mindset generasi muslim agar jauh dari Islam dan tidak menginginkan Islam kembali bangkit maka berbagai usaha untuk memojokkan syariat.

Persatuan itu tidak harus menyatukan makanan faforite, toh  cara pembuatannya berbeda apabila disatukan maka rasa akan berbeda, cukup membiarkan tak perlu ikut serta. Keyakinan yang berbeda tidak berarti menghilangkan kemanusiaan.

Wallahu a'lam Bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post