Harga Cabai Makin Pedas, Rakyat Makin Tertindas


Oleh : Luluk Kiftiyah
(Muslimah Preneur)

Menjelang akhir tahun sejumlah komoditas hortikultura seperti cabai meroket tinggi. Bulan lalu minyak goreng yang meneror kebutuhan dapur emak-emak, kini disusul harga cabai yang terus meroket.

Harga cabai rawit hijau menjadi 49.900 per kg, melejit 53,3% dalam sebulan.  Tidak hanya cabai rawit hijau, cabai rawit merah per 6 Desember juga melejit dengan harga 65.100 per kg, ada juga yang sampai tembus 80.000 per kg. Meroket 82,86% selama sebulan terakhir. (cnbcindonesia.com, 6/12/2021)

Tentunya itu harga yang fantastis, dan cukup merogoh kocek pengeluaran dapur. Mirisnya, naiknya harga cabai rawit ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga Januari 2022. 

Naiknya cabai rawit diduga akibat pasokan cabai dari petani yang terbatas. Mengingat tidak banyak petani yang menanam cabai, khususnya jenis cabai rawit. Hal ini disebabkan sulitnya menanam cabai yang membutuhkan perawatan ekstra. Sebab fakta di lapangan, untuk bisa memanen cabai yang sampai merah itu sangat sulit di musim hujan. Cabai yang baru hijau saja sudah berguguran. Sedangkan untuk bisa memanen hasil yang maksimal butuh obat cabai yang harganya selangit.

Sudah harga pupuk mahal, harga obat juga mahal. Belum lagi, jika mengalami gagal panen akibat banjir atau terserang hama. Terkadang biaya pengeluaran tidak sebanding dengan hasil panen. Hal ini disebabkan ketidakstabilan harga, yang membuat petani cabai mengalami kerugian. Bisa juga karena adanya tengkulak nakal yang bermain harga, sehingga terjadilah permainan harga yang merugikan petani.

Rentetan masalah ini terjadi karena ketidakhadiran peran pemerintah dalam mengayomi kesejahteraan petani. Apalagi bertani di negeri ini dianggap pekerjaan yang rendahan.

Sedangkan pejabat, bak raja yang diagungkan. Padahal, pejabat adalah pelayan umat, yang harus siap sedia ketika umat membutuhkan.

Dalam hal ini, seharusnya negara hadir sebagai upaya mewujudkan ketahanan komoditas negara. Dengan memperhatikan beberapa prinsip yaitu, 

1. Optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan.  Di sinilah peran berbagai aplikasi sains dan teknologi, mulai dari mencari lahan yang optimal untuk benih tanaman tertentu, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.

2. Manajemen logistik, dimana masalah pengelolaan beserta yang menyertainya (irigasi, pupuk, anti hama) sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang.  

3. Prediksi iklim, menganalisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrem dengan mempelajari fenomena alam seperti curah hujan, kelembaban udara, penguapan air permukaan serta intensitas sinar matahari yang diterima bumi.

4. Perlindungan atas produk lokal, pemerintah harus tegas dan bijaksana untuk tidak melakukan impor dari luar negeri jika ketersediaan komoditas cabai atau pangan meningkat dan tidak melakukan kerjasama maupun perjanjian dalam bentuk apa pun kepada asing. Karena hal ini justru akan merusak dan melemahkan kebutuhan pangan negara.

Namun hal ini akan terwujud jika didukung oleh negara dengan penerapan sistem pertahanan Islam. Melalui pelaksanaan hukum Allah inilah kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat dapat diwujudkan.

Selain itu, didukung dalam bentuk pembinaan dan permodalan dengan menerapkan sistem ekonomi dan keuangan Islam. Kondisi ini akan berubah menjadi baik manakala hukum Islam ditegakkan. Tentunya dimulai dengan mendakwahkan kepada masyarakat akan pentingnya perubahan ke arah Islam dan memahamkan Islam sebagai solusi persoalan hidup.

Inilah contoh sistem pemerintahan Islam terbaik, yang pernah dijalankan di masa yang panjang kekhilafahan Islam. Sistem yang mampu memberikan kesejahteraan dan keberkahan hidup bagi umat, dan tetap relevan hingga masa-masa mendatang.

Sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi, 
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf [7]: 96)

 Wallaahu a'lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post