Tema Kompetisi Menulis Artikel Ala BPIP Bikin Kisruh

Oleh Eti Setyawati

Dalam rangka memperingati Hari Santri, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan kompetisi Penulisan Artikel Tingkat Nasional, yang mengusung tema:
1. Hormat Bendera Menurut Hukum Islam
2. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam.

Kontan saja tema ini menuai kritikan dari berbagai kalangan. Sudah 76 tahun Indonesia merdeka, baru kali ini hal tersebut dipermasalahkan. Lembaga sebesar BPIP mengurusi hal seperti ini, hingga menimbulkan pertanyaan apa sebenarnya tujuan yang hendak dicapai? Karena pada dasarnya hukum Islam itu jelas tentang halal, haram, makruh atau mubah.  Bila tidak mengerti tinggal menanyakan kepada ulama atau orang yang paham tentang syariat Islam. 

Sekalipun ada perspektif lain dari sebagian kecil kaum muslim tentang tema tersebut, tak perlu dibesar-besarkan. Apalagi oleh lembaga terhormat seperti BPIP yang ujung-ujungnya malah memperburuk citra lembaga itu sendiri. Karena akan dicap sebagai lembaga yang gemar memprovokasi rakyat.

Ustaz kondang Adi Hidayat pun buka suara bahwasanya tema yang diajukan dalam lomba menulis BPIP tidak tepat. Meskipun tujuannya untuk meningkatkan rasa cinta negara atau penguatan keagamaan dalam konteks kebangsaan. UAH mengusulkan agar BPIP membuat tema lain yang selaras dengan santri. (republika.co.id, 15/08/2021).

Masih banyak tema lain yang bisa diangkat ketimbang mengajak santri berpikir sempit. Misalnya bagaimana penanganan covid yang efektif agar pandemi segera berakhir, pengelolaan sumber daya alam agar bisa berfungsi sebagai sumber masukan bagi negara, atau strategi yang bisa dilakukan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan lain sebagainya.

Menanggapi kekisruhan yang terjadi, Ketua PP Muhamadiyah, Anwar Abbas mendesak Presiden Jokowi membubarkan saja BPIP. Pasalnya, BPIP kerap membuat masalah dan memecah belah bangsa. Mestinya memikirkan langkah-langkah guna keberlangsungan dunia pendidikan dalam mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat bisa terlaksana. Bukan sekadar dengan lomba-lomba semata. (liputan6.com,15/08/2021).

Miris bila di negeri yang berpenduduk mayoritas Islam, justru Islam banyak disudutkan. Dianggap sebagai agama monopolitik (tunggal, kaku tanpa variasi) dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan berbagai realitas baru. Bahkan dianggap tidak memiliki nilai-nilai yang sama sebagaimana ajaran agama-agama besar lainnya.

Inilah pemahaman Barat yang telah merasuki sebagian besar para pemimpin negeri-negeri kaum muslim. Takut terhadap nilai-nilai dan hukum Islam hingga membuat kompetisi penulisan artikel dengan tema dimana Islam menjadi sasaran.
Mestinya mereka menyadari bagaimana Islam menjaga umat dari terjangkit sistem kufur, seperti masuknya paham kapitalisme-liberalisme, pluralisme atau gaya hidup hedonisme. Menjaga akidah, akhlak dan moral generasi penerus hingga kelak bisa memimpin negeri dengan baik.

Penerapan sistem demokrasi tampaknya telah menggeser sisi spiritual penganutnya. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai pilar demokrasi bisa saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) di tangan rakyat dan cenderung menggunakan hukum buatan manusia dengan segala keterbatasannya. 

Islam adalah agama rahmatan lil 'aalamiin. Karena itu, penting untuk memahami dan mencontoh sikap pemimpin-pemimpin terdahulu. Ketiadaan pemimpin Islam memang menimbulkan Islamofobia manakala berpikir pemimpin negeri sudah terjangkit virus kapitalisme-liberalisme.

Tak ada jalan yang lebih baik selain kembali pada hukum Islam yang bukan sekadar teori, tetapi_ sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di seluruh sendi kehidupan. Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan terutama pada aspek agama yang seringkali membuat perselisihan di antara umat.

Islamlah satu-satunya yang mampu menuntun umat pada jalan cahaya, keluar dari kegelapan. Sebagaimana firman Allah: 
"Allah pelindung orang-orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Sebaliknya, orang-orang kafir dan para pelindungnya yaitu setan, mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan (kekafiran).”
QS. Al-Baqarah 257
Wallaahu a'lam
 bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post