Kurikulum Industri, Mampukah Mencetak Generasi Gemilang?

Oleh: Nur Arofah

Aktivis Dakwah-Pena Muslimah Jagakarsa

 

Kemajuan teknologi pada era industri 4.0, membuat bidang pendidikan negeri ini ikut menyesuaikan perkembangannya. Sehingga perguruan tinggi diwacanakan untuk kolaborasi antara pendidikan dan  industri. Tak ayal sejak dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, semakin mengokohkan kolaborasi lembaga tersebut.

Pada  Juli 2020 dalam acara Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) yang diselenggarakan virtual, Nadiem menegaskan bahwa ia telah menjalankan program Kampus Merdeka untuk menghasilkan mahasiswa yang unggul dan bisa menjadi pendisrupsi revolusi industri (RI) 4.0. progam ini sudah mendapat dukungan dan juga menjadi arahan pemerintah.

Presiden Joko Widodo pun beranggapan di era yang penuh disrupsi kolaborasi antara dua lembaga tersebut sangat penting. “Ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata,” kata Jokowi dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia yang ditayangkan YouTube Universitas Gadjah Mada, Selasa, (kompas.com 27/7/2021).

Begitulah kapitalisme sekuler, merambah ke semua lini kehidupan. Dampaknya bisa dirasakan dari sistem pendidikan dalam negeri, sistem yang tidak mengenal halal haram. Orientasi kapitalisme adalah materi dan modal menjadi acuan kemajuan.

Dalam sistem sekuler mahasiswa sengaja dicetak sebagai agen pekerja demi kepentingan industri. Mereka kuliah dengan memakai kurikulum industri, harapannya ketika lulus akan langsung diterima kerja. Sehingga akan mengurangi pengangguran yang ada. Karena jika menganggur akan menjadi beban negara dalam menghidupi warganya.

Kurikulum industri, mampukah mencetak generasi gemilang? Tentu saja tidak. Tanpa sistem pendidikan Islam, peserta didik tidak diarahkan kepada fokus pendalaman  materi. Mereka digiring untuk memikirkan bagaimana menghasilkan materi.

Kurikulum industri ini sangat berbahaya, sebab generasi akan menjadi tidak punya pemikiran intelektual untuk mengembangkan ilmunya demi kemaslahatan umat. Hanya memiliki kemampuan bagaimana menjalankan mesin mesin industri (pekerja), dalam mendapatkan materi.

Islam memandang, belajar adalah fardhu ain bagi seluruh Muslim tanpa melihat jenis kelamin. Karena dengan ilmu manusia punya jalan menuju kesempurnaan dan menggapai keridhoan Allah SWT. Pendidikan Islam berciri khas membangun kepribadian Islam dan penguasaan ilmu dalam kehidupan seperti matematika, sains, teknologi dan rekayasa peserta didik.

Ketika murid atau mahasiswa dididik dengan basis pendidikan Islam, maka akan menghasilkan generasi yang takut kepada Allah SWT dan akan senantiasa terikat pada hukum-Nya. Sehingga akan berdampak pada tegaknya amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat. Juga melahirkan generasi ulama dan mujtahid dalam berbagai disiplin ilmu.

Sejarah mencatat generasi gemilang lahir dari sistem pendidikan Islam, yang menjadi dasar disiplin ilmu sampai sekarang masih dirasakan. Di antara ilmuwan dan cendikiawan Muslim ada,  Al Khawarizmi pakar matematika dan aljabar, Ibnu Sina, Al Haitsami pakar fisika, Ibnu Sina, Ibn Rusyd, Al Farabi pakar kedokteran, Al Biruni pakar geodesi dan banyak lagi ilmuwan yang lahir.

Hanya dengan sistem pendidikan Islamlah, generasi cemerlang akan lahir dan semua itu dengan satu poros sistem yaitu sistem khilafah ala minhajinnubuwah  yang mampu memfasilitasi kemajuan dibidang pendidikan. Kami mengajak bersama umat wujudkan Kegemilangan peradaban Islam.[]

 

 


Post a Comment

Previous Post Next Post