KONFLIK HORISONTAL DI TENGAH PANDEMI


Oleh : Ummu Nadzif

Pandemi covid telah menyisakan banyak sekali permasalahan. Baik kesehatan ekonomi dan jugaditambah lagi permasalahan konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat. 

Pada akhir Juli 2021 terjadi tindak pemukulan, pelemparan dan pembantingan terhadap tim pemakaman jenazah pasien covid-19. Kejadiannya di Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, yang melakukan penganiayaan terhadap tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 meminta maaf. (www.kompas.com) Meskipun ujungnya para pelaku minta maaf, namun permasalahan ini patut untuk mendapatkan perhatian serius. Pasti ada penyebab yang krusial sehingga sampai terjadi kejadian seperti itu.

Peristiwa tersebut dipicu karena warga hendak merebut jenazah yang seharusnya dimakamkan dengan protocol kesehatan. Padahal keluarga sudah setuju untuk dilakukan pemakaman dengan protocol kesehatan. Peristiwa ini menunjukkan ketidak percayaan masyarakat terhadap petugas pemakaman yang melakukan pemakaman dengan protokol kesehatan. Ketidak percayaan ini bisa jadi dipicu hoaks yang banyak beredar di tengah pandemic ini. Atau bisa juga disebabkan fakta-fakta yang memang terjadi sehingga memicu ketidak percayaan masyarakat. Misalnya ditemukannya jenazah yang sudah terlanjur dimakamkan dengan protocol Covid-19 namun setelah keluar hasil swab nya negative. 

Sebenarnya hal ini bisa diantisipasi dengan tes swab antigen yang bisa segera keluar dalam waktu 30 menit sehingga kemudian pemakaman disesuaikan dengan hasil swab antigen tersebut. Namun tidak jarang memang ada oknum yang memanfaatkan hal ini karena ada anggaran terkait pemulasaraan jenazah covid. Hal – hal semacam ini jika ditangani dengan baik, niscaya akan meminimalisir bahkan menghilangkan kasus-kasus serupa.

Kasus konflik horizontal lain adalah kasus yang menimpa Salamat Sianipar (45), warga Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Keponakan korban, Jhosua mengatakan, kejadian berawal saat pamannya dinyatakan positif Covid-19 bersama dengan rekan kerjanya. Karena kondisinya dianggap hanya memiliki gejala ringan, oleh pihak petugas kesehatan lalu diminta melakukan isolasi mandiri di rumah. "Karena gejala ringan, jadi dianjurkan petugas kesehatan untuk isolasi mandiri di rumah. Dan tulang saya menurutinya," ujar Jhosua, Namun, aparat desa yang mengetahui informasi itu tidak berkenan korban melakukan isolasi mandiri di rumah. Aparat desa bersama warga kemudian memaksa korban untuk melakukan isolasi mandiri di sebuah gubuk di dalam hutan yang lokasinya jauh dari desa. Saat itu, korban menuruti permintaan aparat desa tersebut. Tapi setelah beberapa hari menjalani isolasi di tengah hutan itu korban tidak betah dan merasa depresi. Akhirnya korban pulang dengan harapan dapat melanjutkan isolasi mandiri di dalam rumahnya. Warga yang mengetahui hal itu geram. Lalu korban dianiaya secara membabi buta seperti binatang. "Rupanya dia tidak tahan dan depresi, makanya kembali ke rumah. Nah, saat itulah masyarakat setempat datang dan memaksa tulang saya dan terjadilah aksi yang sangat tidak manusiawi itu," kata Jhosua.

permasalahan ini lagi-karena adanya mis informasi dan komunikasi mengenai wabah covid ini kepada masyarakat. Banyak sekali dijumpai masyarakat yang tidak paham mengenai apa saja gejalanya, bagaimana cara penularan virus ini, bagaimana penanganan ketika sudah terjangkit serta bagaimana pemulasaraan jenazah dengan protocol covid. Ditambah lagi tidak dipungkiri ada oknum-oknum yang berusaha memanfaatkan kondisi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Permasalahan-permasalahan serupa akan bisa diminimalisir atau jika bisa dihilangkan sama sekali, jika penanganan wabah covid dilakukan secara cepat dan tepat sejak awal pandemi, sehingga pandemi tidak berkepanjangan yang berpotensi banyak sekali permasalahan ikutan muncul. Hal-hal yang memicu adanya konflik horizontal juga dihilangkan semaksimal mungkin. Misalnya adanya hoaks dan juga memberikan edukasi yang gencar kepada masyarakat mengenai virus ini. Meskipun pengguna media social banyak, namun masih banyak juga masyarakat yang membutuhkan sosialisasi dan edukasi secara manual. Dengan mobil penerangan dan sejenisnya. Dengan demikian penanganan covid-19 bisa lebih konsentrasi tanpa tercampur dengan permasalahan-permasalahan lain termasuk permasalahan konflik horizontal ini.

Post a Comment

Previous Post Next Post