KASUS COVID MELONJAK, BUKTI AMBRUKNYA SISTEM KAPITALIS


Penulis : Hayunila Nuris

Melonjaknya kasus COVID-19 di tanah air Indonesia semakin mengkhawatirkan dan tidak terkendali, fasiltas layanan kesehatan melaporkan peningkatan pasien yang tinggi dalam beberapa hari terakhir. Bahkan beberapa RS dan Puskesmas sudah lelah menampung pasien Covid-19. Hal ini menunjukkan sistem kesehatan yang diterapkan oleh kepemimpinan kapitalistik sudah kolaps.

Belum lagi permasalahan ketidakpatuhan masyarakat terhadap prokes yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini, menunjukkan ketidakmampuan negara dalam meriayah rakyat sekaligus menunjukkan hilangnya wibawa kepemimpinan mereka di mata rakyat. Tentunya, ini menjadi PR yang cukup serius bagi pemerintah.

"Pemerintah harus radikal. Opsinya ada dua, mau PSBB seperti semula, atau lockdown regional terbatas pada pulau besar. Opsi paling radikal tentunya lockdown regional, radikal, tapi paling logis," kata Hermawan dalam Konferensi Pers 'Desakan Emergency Responses: Prioritas Keselamatan Rakyat di Tengah Pandemi' dalam YouTube, Minggu (20/6). (Dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/ . Minggu, 20/06/2021 16:48)

Negara memang sudah salah sejak awal dalam menerapkan sistem PSBB dan Lockdown. Pasalnya, ketika kasus Covid-19 ini baru ditemukan, pemerintah tak langsung mengambil kebijakan lockdown. Hal itu dilakukan karena pertimbangan ekonomi. Dengan kondisi saat ini, negara tak mampu membiayai kebutuhan di saat lockdown. Sebagaimana yang dilakukan beberapa negara yang memutuskan lockdown. Mereka menanggung kebutuhan masyarakat saat isolasi itu dilakukan. Diperparah bisnis menjadikan pertimbangan ekonomi dalam mensikapi wabah serta kebijakan-kebijakan lainnya yang kian menjauhkan jarak antara Pemerintah dengan rakyatnya.


Dalam Islam, sistem kesehatan bagi seluruh rakyat itu digratiskan , pengelolaan sumber dana berasal dari Baitul Mal. Sehingga, baik rakyat dan tenaga kesehatan tidak merasa terzolimi. Rakyat akan terfasilitasi tanpa memandang kaya ataupun miskin, tua ataupun muda. Sistem penerapan dari awal untuk mengatasi pandemi yaitu sistem Lockdown dan sudah menjadi tanggung jawab Negara memfasilitasi masyarakat selagi penerapan Lockdown. 

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Dari sini kita sadar, bahwa dalam menghadapi kasus COVID ini perlu adanya peran Negara dan Pemimpin yang amanah yang perduli kepada rakyatnya. Tanpa harus adanya embel-embel kepentingan lainnya, Seperti di sistem kapitalis saat ini. Maka, menghadapi pandemi berbahaya seperti ini Sama halnya dengan mengahadapi perang. Dalam QS Al Anfal ayat 60 artinya:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah, niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya”.

Menjadi seorang pemimpin di tengah wabah harus berani mengambil risiko. Tanpa adanya pertimbangan antara untung ataupun rugi. Karena standar kebahagiaan seorang muslim adalah ridha Allah, maka pemimpin muslim akan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan. Oleh karena itu, ia akan langsung memutuskan lockdown agar wabah tak meluas menyerang masyarakat.

Post a Comment

Previous Post Next Post