Tidak Ada Kata Damai Bagi Isr4elp

Oleh : Fithriyati Ummu Tsabita

Israel kembali berulah.  Pengajuan gencatan senjata yang diajukan dan disepakati sendiri oleh Israel, ternyata dikhianati oleh mereka sendiri. Padahal belum ada satu hari gencatan senjata itu dibuat.

Pada Jum'at, 21 Mei 2021 terjadi gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Peristiwa ini disambut gembira oleh rakyat Palestina sebagai sebuah kemenangan. Sayangnya, euforia itu tidak berlangsung lama.

Dalam hitungan jam, Israel kembali menyerang orang-orang Palestina yang akan melaksanakan ibadah di masjid Al Aqsa.  Seolah tiada artinya sebuah perjanjian dengan  Israel.

Tengoklah sejarah semasa Rasulullah masih hidup saja mereka berani melakukan pengkhianatan. Adalah Yahudi Bani Qainuqa' yang menyebabkan terjadinya perang Ahzab/Khandaq. Ataupun pengkhianatan Yahudi Bani Quraidzah yang berakhir pada eksekusi para laki-lakinya, sedangkan yang anak anak dan wanita ditawan.

Di masa kini bisa kita lihat sepak terjang Yahudi khususnya kepada kaum muslim di Palestina.

Belajar dari sejarah kaum Yahudi adalah kaum terusir dari tanah Eropa. Kebaikan hati dari daulah islamlah yang menjadikan mereka diterima di negeri negeri wilayah Islam termasuk Palestina. 

Kaum Yahudi mencoba menawar tanah Palestina untuk dibeli dan dijadikan tempat tinggal. Namun ditolak mentah-mentah oleh Sultan Hamid ll karena beliau menyadari bahwa Palestina adalah tanah wakaf kaum muslimin, dan juga tanah yang diberkahi.

Setelah junnah kaum muslimin hilang, yaitu khilafah. Mereka dengan  leluasa dan seenaknya mencaplok tanah Palestina hingga hanya menyisakan sedikit wilayah.

Kaum Yahudi meyakini bahwa Palestina adalah "tanah yang dijanjikan" sang mesias. Sehingga pendiri Zionist T. Herzl memiliki cita-cita ingin mendirikan negara diatas tanah terjanji tersebut.

Mirisnya lagi, meskipun dikelilingi oleh negeri-negeri Islam seperti Mesir, UEA, Yordania,Turki, nampaknya Palestina masih harus berjuang sendirian untuk membebaskan diri dari penjajahan Israel.

Walaupun negeri-negeri tersebut mempunyai potensi militer yang memadai, namun belum juga menggerakkan hati para pemimpin Islam di negeri tersebut untuk menolong Palestina secara militer.

Andaipun membantu, mereka lebih memilih jalur diplomasi yang hasilnya selama ini tidak mampu menghilangkan penjajahan Israel atas Palestina.

Solusi yang parsial dengan melakukan diplomasi, hanya akan melanggengkan penjajahan. Buktinya penjajahan Israel atas Palestina sudah berlangsung sejak tahun 1948. Namun sampai saat ini belum mampu membawa kemerdekaan bagi rakyat Palestina. 

Tentunya ini harus menjadi perhatian kita. Kenapa negeri-negeri Islam belum bergerak untuk menolong Palestina? 

Padahal Rasulullah sudah bersabda" Umat Islam itu ibarat satu tubuh, jika yang satu sakit, yang lain akan merasakan sakit"(H.R.Muslim).

Seandainya setiap pemimpin negeri Muslim menyadari makna hadits ini, pasti akan berlomba-lomba untuk menolong Palestina dengan mengirimkan militernya.

Pengabaian terhadap masalah Palestina sama saja mengundang azab Allah Swt. Apalagi Palestina berdiri diatas tanah wakaf bagi muslimin, yang seyogyanya harus dilindungi.

Jangan sampai juga masuk ke dalam golongan orang yang tidak diakui oleh Rasulullah sebagaimana hadits riwayat Hakim dan Al Khatib dari Hudzaifah r.a" Barang siapa yang bangun di pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka ( kaum muslimin."

Maka disini perlunya dakwah menyampaikan kebenaran kepada umat khususnya penguasa untuk segera mengambil tindakan dengan mengirimkan pasukan militernya untuk membebaskan Palestina. Dengan kembalinya Palestina ke pangkuan Islam, menunjukkan marwah Islam sebagai sebuah ideologi dan bukan sebagai agama belaka.

Karena penjajahan Israel atas Palestina hanya bisa diselesaikan dengan mengangkat senjata untuk memeranginya dan dilakukan oleh sebuah negara. Bukan dengan jalan diplomasi atau gencatan senjata. Wallahu a'lam bisshawab 

Post a Comment

Previous Post Next Post