POTRET KEGAGALAN KELUARGA KORBAN KAPITALISME


OLEH :HJ PADLIYATI SIREGAR,ST


Beberapa waktu lalu di Bandung geger kabar seorang anak tuntut ayah kandungnya sendiri dengan gugatan sebesar Rp 3 miliar

Sang anak yang diketahui bernama Deden ini tega menggugat ayahnya, Koswara (85) ke Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung, Rabu 20 Januari 2021.

kakek tua bernama Koswara itu digugat anaknya soal tanah seluas 3.000 meter persegi, yang notabene milik orangtua Koswara, di daerah Cinambo, Kota Bandung, Jawa Barat.

Lebih lanjut, tanah itu hendak dijual Koswara, namun anaknya bernama Deden mempersoalkan hal ini.

Selain itu, para tergugat, khususnya Koswara, digugat oleh Deden untuk membayar Rp 3 miliar serta ganti rugi material sebesar Rp 20 juta.

Gugatan ini diajukan Deden karenanya dirinya telah menyewa sebagian tanah milik orangtua Koswara di Cinambo. Selain merasa sah dalam melakukan sewa, Deden juga mendirikan toko untuk berjualan di tanah tersebut.(PIKIRAN RAKYAT)

Fenomena “anak durhaka” tak lahir dengan sendirinya. Alpanya orang tua dalam mendidik anak-anak mereka serta absennya mereka sebagai teladan bagi anak-anaknya, telah membidani lahirnya anak-anak yang tak hormat pada ibu bapaknya.

Ideologi sekularisme yang melahirkan perilaku liberal, telah mendogma setiap manusia untuk bebas bertingkah laku. Anak ataupun orang tua merasa bebas melakukan apa pun.

Pun standar perbuatannya yang berasaskan manfaat, telah melahirkan jalinan hubungan hanya sebatas materi. Kasus seorang anak yang melaporkan ayahnya hanya karena urusan tanah  warisan.

Begitulah kondisi keluarga muslim saat ini, seorang anak yang seharusnya berbakti kepada orang tuanya malah berbuat sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi semakin terkikisnya sikap berbakti dari diri seorang anak.

Mulai dari minimnya pemahaman agama seorang anak, orang tua yang tidak melakukan peran secara maksimal sebagai pendidik pertama anak-anaknya, kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk terciptanya pribadi yang sholeh, dan negara yang abai terhadap perannya dalam menjaga ketahanan keluarga.

Hal ini sangatlah wajar terjadi dalam sistem sekuler, interaksi setiap anggota keluarga  hanya bernilai materi, hubungan ibu anak diukur untung dan rugi belaka, tidak ada spirit keimanan dalam setiap peran dan interaksinya.

Allah SWT menyeru hambanya untuk berbakti kepada orang tua. Perbuatan ataupun perkataan yang menyakiti hati keduanya sangat dikecam dalam Islam. Bahkan, durhaka kepada orang tua termasuk kategori dosa besar. Anjuran untuk berbakti kepada orang tua terdapat dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا‏
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan mu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia...”. (QS: al-Isra` ayat 23)

Sungguh sistem kehidupan yang sekuler telah gagal menghadirkan ketahanan keluarga dan menjadi penyebab lahirnya “anak-anak durhaka”. hanya penerapan Islam secara kaffah yang akan melahirkan anak-anak berakhlak karimah, masyarakat yang mulia, dan umat yang terbaik. 

Wallahu 'alam bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post