Muhasabah Akhir Tahun: Saatnya Umat Menggenggam Islam dengan Erat


Oleh : Reka 
(Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)

Tahun baru masehi sudah di depan mata. Dengan sederet yang terjadi kepada umat Islam di penggujung tahun 2020, tentu menjadi muhasabah diri bagi kita sebagai seorang muslim. Dimulai dari hilangnya enam nyawa warga negara Indonesia yang sebab dan musababnya belum jelas dan masih simpang siur, lalu dilanjutkan dengan ulamanya yang di bui karena dijerat pasal pelanggan protokol kesehatan, ditutup dengan dibubarkannya salah satu ormas Islam. Sederetan peristiwa yang seharusnya menjadi titik balik kita untuk merenung, sebenarnya apa yang terjadi?

Sehubungan dengan itu sebanyak 15 kyai muda  yang tergabung dalam Forum Kyai Muda se-Kabupaten Bandung menyatakan sikap mendukung pemerintah dalam penegakan hukum dan pembubaran ormas radikal. Ada 8 point yang dibacakan pada forum tersebut, point yang pertama adalah mendukung sepenuhnya pemerintahan yakni Presiden dan Wakil Presiden untuk menuntaskan perang terhadap kelompok maupun ormas intoleran, radikal, teror dan separatis yang telah mengusik ketentraman umat beragama dan merongrong keutuhan NKRI. Begitupun point selanjutnya yang kurang lebih sama, yakni meminta dukungan terhadap masyarakat terhadap pernyataan sikap ini dan juga mendukung Polri dalam memberantas kriteria ormas yang disebutkan di atas.
Pernyataan pada forum kyai muda diatas dengan apa yang terjadi seolah saling berhubungan. Dengan menarik kesimpulan bahwa ormas Islam yang dibubarkan merupakan ormas radikal, intoleran dan sebutan yang lainnya, yang juga hal itu sesuai dengan apa yang sudah dinyatakan sebelumnya oleh para kyai muda di kabupaten Bandung tersebut.

Radikal, intoleransi, teror dan saparatisme seolah menjadi pedang tajam yang mengarah hanya kepada umat Islam saja dan ormas Islam yang memiliki kesan bersebrangan dengan pemerintah saat ini. Padahal yang dilakukan ulama, aktivis dan ormas Islam adalah muhasabah lil hukam atau mengingatkan pemerintah atas apa yang menjadi ketetapannya agar kebijakannya selalu sesuai dengan koridor yang benar. Apabila kita melihat dari kacamata yang lain, bahwa tindakan warga negara yang selalu mengkritik untuk kebaikan negeri itu adalah hal yang baik dan diperlukan untuk pemerintah.

Namun di negeri demokrasi saat ini, menyampaikan kebenaran seolah mahal dan ancamannya adalah bui. Yang katanyanya demokrasi adalah sistem yang menjungjung tinggi kebebasan berpendapat, nyatanya hanya dalam teori dan faktanya tidak sesederhana itu.

Dari imam Al-Ghazali, rusaknya masyarakat disebabkan karena rusaknya penguasa, rusaknya penguasa karena rusaknya ulama dan rusaknya ulama karena dikuasai cinta harta dan ketenaran. Ulama seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga umat Islam agar selalu sesuai dengan syariat Islam, karena ulama adalah tokoh panutan umat yang akan di ikuti oleh banyak orang.

Muhasabah kaum muslim khususnya di Indonesia tahun ini adalah merenung atas apa yang terjadi, ketidakadilan yang dirasakan mungkin karena negeri ini jauh dari syariat Allah Swt., mungkin karena kita masih menjungjung tinggi sistem yang bukan berasal dari Islam dan mengabaikan Islam sebagai sistem kehidupan. Saatnya kaum muslimin menggenggam Islam dengan erat, agar Allah Swt. muliakan kita dan menjadikan negeri ini menjadi negeri baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. 
Wallahu a’lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post