Kemenangan Joe Biden & Peluang Kebangkitan Islam


Oleh : Rahmawati Ayu K., S.Pd
Pendidik

Hasil Pemilihan Presiden America Serikat (AS) telah keluar. Joe Biden menjadi pemenang dalam kontestasi Pilpres AS 2020. Ia mengungguli Donald Trump dengan meraih 306 suara. Sedangkan Trump mendapatkan 232 suara. Situasi ini membuat Biden menang telak dan menorehkan sejarah dalam Pilpres AS, yakni mendapatkan suara lebih dari electoral vote, 270 suara. (Republika.co.id)

Kemenangan Biden bakal menjadi  perubahan bagi situasi di AS. Kebijakan Biden akan sangat menentukan bagaimana AS kedepan. Keramaian publik dalam membicarakan hal ini tidak terhenti, sebab adanya dampak yang ditimbulkan  dalam aspek-aspek kehidupan, seperti dunia Islam.

Terdapat dua urgensi Pemilu AS, yaitu secara internal Pemilu tersebut  menentukan arah kebijakan AS, untuk masyarakatnya  dalam kurun waktu 4 tahun ke depan. Terlebih bagi masyarakat muslim yang tinggal di AS. Kemudian secara eksternal akan menentukan arah kebijakan  hubungan dengan negara-negara lain. Terlebih negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Sedikit banyak Biden telah berpengalaman dalam membaca situasi Timur Tengah (dunia Islam) dan upaya apa saja yang bakal dilakukannya selama ia menjabat sebagai Presiden AS.

Biden dan Dunia Islam
Mantan Wamenlu yang juga mantan duta besar Indonesia untuk AS, Dr. Dino Patti Djalal menilai Biden sangat peka terhadap kepentingan umat dan dunia Islam. Salah satu alasannya, karena Biden adalah wapres semasa pemerintahan Presiden Obama yang secara sistematis berusaha memperbaiki hubungan dengan dunia muslim dan Biden bagian dari itu. Biden berusaha  menggalang simpati dari umat Islam dengan mengatakan bahwa suara mereka penting.

Dalam kampanyenya Biden pernah menarik simpati umat Islam dengan mengatakan Sebuah Hadist Nabi Muhammad : “Siapapun diantara kamu melihat kesalahan, biarkan dia mengubah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika dia tidak bisa, maka dengan hatinya.” Tak hanya itu, Biden telah mengungkapkan janjinya untuk mengatasi kebutuhan dan keprihatinan komunitas muslim AS. Biden dengan ringan hati memuji Islam sebagai salah satu agama yang agung. Biden juga berharap sekolah di AS mengajarkan lebih banyak tentang Islam. Selain itu Biden berjanji akan mengangkat tokoh muslim dalam pemerintahan dan akan mengakhiri larangan perjalanan bagi warganegara muslim yang sebelumnya telah dilarang sejak 2017. (Minangkabaunews.com) 

Umat Islam tentu berharap adanya angin segar dari pendekatan baru kebijakan luar negeri AS terhadap dunia Islam dibawah kepemimpinan Joe Biden. Ini karena sebagai negara adidaya, pengaruh AS sangat signifikan bagi dunia. Apa yang terjadi di AS mempengaruhi negara-negara lainnya. Presiden sebagai penguasa tertinggi sangat menentukan arah kebijakan yang dibuatnya.  Bagi umat Islam, Presiden AS sebelumnya Donald Trump cenderung kurang mendapat simpati. Mengingat sikapnya yang kurang bersahabat dengan negara-negara muslim.
Apakah umat Islam layak berharap pada Joe Biden, presiden AS pengganti Donald Trump?

Bisakah Berharap Pada Biden ?
AS memiliki kekuatan ekonomi terbesar di dunia, juga kekuatan militer terkuat di dunia. Dengan segala kedigdayaannya, AS bertindak bak polisi dunia. Jika kita lihat catatan sejarah, baik presiden dari partai republik atau partai demokrat sama-sama menyulut peperangan di sejumlah negara, khususnya di negara-negara muslim seperti di Irak dan Afghanistan.
Berbagai strategi digunakan AS untuk mengamankan kepentingannya. Pada satu sisi, mereka menekan negara lain dengan menggunakan isu HAM. Tapi pada sisi lain, mereka membiarkan perilaku sekutunya yang tiran, tetapi memberi keuntungan secara ekonomi. Untuk itu, keberimbangan kekuatan global perlu diciptakan agar AS menghentikan kejahatannya.
Tidak sedikit orang berharap bahwa Biden akan mengubah politik luar negerinya terhadap dunia Islam. Persoalannya, Biden memimpin sebuah negara yang telah memilih sistem baku dalam politik luar negeri. AS merupakan negara kapitalisme demokrasi. Karena itu, Biden sebagai Presiden AS akan tetap berpijak pada ideologinya. 

Politik luar negeri AS dibawah Biden tidak akan mengalami perubahan, kecuali dalam hal strategi praktis (uslub) saja. Ini pernah ditegaskan Presiden Obama, pendahulu Biden dalam pidatonya, “Di setiap wilayah di muka Bumi ini, kebijakan luar negeri kita harus mendukung idealisme tradisional AS, demokrasi dan HAM, perdagangan bebas, adil, serta pertukaran budaya. Kesamaan kepentingan di dunia akan memulihkan pengaruh kita serta merebut hati dan pikiran demi mengalahkan terorisme dan menyebarkan nilai-nilai AS ke seluruh dunia.” (Lisa Rogak, Obama in His Own Words) 
Maka umat Islam harus waspada. Baik Trump maupun Biden sebenarnya memiliki kebijakan politik yang senada, yakni menancapkan hegemoni AS ke seluruh dunia. Mereka hanya berbeda dalam hal cara. Trump yang dari partai republik biasa menggunakan hard power, sementara Biden dari partai demokrat biasa menggunakan smart power.

Siapapun presidennya, AS mempunyai 4 P kerangka kerja utama politik luar negeri dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Keempat kerangka itu adalah: 1) power (kekuasaan); 2) peace (perdamaian); 3) prosperity (kemakmuran); 4) principles (prinsip). Walaupun setiap presiden memiliki kebijakan yang berbeda-beda, namun 4 prinsip diatas menjadi pedoman dalam menjalankan politik luar negeri.

Seperti misalnya, jika pada era Trump arah politik luar negerinya merupakan bentuk anti multilateralisme (lebih tertutup), pada era Joe Biden sepertinya lebih terbuka. Tapi keduanya memiliki tujuan akhir yang sama.


Adakah Peluang Islam Untuk Bangkit ? 
Untuk dapat mengalahkan AS, perlu kekuatan yang dapat menandinginya. Karena AS adalah negara ideologis, maka yang bisa mengalahkannya adalah negara ideologis pula. Namun tentu bukanlah negara ideologi sosialisme komunis. Sebab, walau pernah jadi lawan AS, pengemban utama sosialisme yakni Uni Soviet (US) akhirnya runtuh juga.

Karena itu, yang bisa diharapkan muncul sebagai kekuatan untuk mengalahkan AS adalah dunia Islam. Islam memiliki peluang besar untuk hal itu. Pasalnya, hanya dunia Islam saat ini yang memiliki seluruh potensi untuk menghentikan hegemoni AS. Dan hanya Islam satu-satunya peradaban yang ditakuti Barat, karena selama berabad-abad mampu mengalahkan peradaban Barat (Adian Husaini ; Wajah Peradaban Barat).

Saat menerapkan syariat Islam di bawah naungan khilafah, dunia Islam selalu menjadi negara adikuasa yang ditakuti bangsa-bangsa lainnya. Peradaban mereka menaungi 2/3 belahan dunia. Peradaban tersebut benar-benar telah menebarkan keadilan dan kesejahteraan bagi dunia. Hanya saja, umat ini kemudian dalam kondisi tertidur. Saat umat berhasil bangun dan bangkit, peradabannya insya Allah akan kembali memimpin dunia. 

Fakta yang menggembirakan saat ini umat Islam di belahan dunia manapun, sedang berada pada kesadaran yang mengagumkan tentang persaudaraan mereka, serta pentingnya untuk bersatu dalam satu kepemimpinan berdasarkan syariah. Fakta-fakta terhampar di depan mata. Penindasan makin menjadi terhadap umat Islam di Suriah, Rohingya, Uyghur, dll sehingga membuka mata umat. Adanya wabah Corona pun membuat banyak orang makin sadar akan kesalahannya yang tidak taat kepada syariat. Bahkan makin tampak nyata kejahatan ideologi kapitalisme demokrasi yang menilai segala sesuatu dengan materi.

Karena itu, bila faktanya sekarang umat Islam tidak memimpin tapi dipimpin, adalah keadaan yang tidak sesuai dengan nature umat ini. Jika melihat segala potensinya, umat ini mampu untuk bangkit dari tidurnya dan kembali mewujudkan kegemilangan sejarahnya. 


Rasulullah Dan Para Sahabat Adalah Inspirasi Kebangkitan
Rasulullah dan para sahabat adalah teladan terbaik bagi umat Islam yang ingin kembali meraih kejayaannya. Tercatat dalam tinta emas sejarah, bagaimana Rasulullah dalam kurun waktu hanya 23 tahun mampu membangun entitas peradaban baru yang luar biasa yang menjadi tandingan bahkan dapat mengalahkan negara adidaya saat itu, yakni Romawi dan Persia. Ini adalah suatu prestasi luar biasa, karena sebelumnya kekuatan bangsa Arab tidak diperhitungkan sama sekali di konstelasi percaturan politik dunia saat itu. Semangat inilah yang seharusnya menjadi inspirasi umat Islam saat ini, dalam upayanya membangkitkan kembali peradaban Khilafah Islamiyyah.

Pada perang Mu’tah (7 H), pasukan Islam yang hanya berjumlah 3000 orang mampu melawan pasukan Romawi yang berjumlah 200.000 orang. Sungguh suatu pertarungan yang tidak seimbang, apalagi waktu itu harus bertempur di medan lawan yakni di Syam yang masih dikuasai Romawi. Namun pasukan Islam saat itu tidak dapat dikalahkan.

Karena kekalahannya di Perang Mu’tah, Kaisar Romawi Heraclius ingin membalas dendam dengan menyerang langsung ke Madinah (Perang Tabuk 9 H). Mendengar pasukan Romawi sudah sampai daerah Tabuk dan mengistirahatkan pasukannya karena pada waktu itu sedang musim panas, Rasulullah tidak mau menunggu Romawi datang ke Madinah. Namun beliau bergegas langsung bersama pasukannya menyerang Romawi di Tabuk.

Mendengar pasukan Islam berangkat ke Tabuk dipimpin langsung oleh Rasulullah, menciutkan hati Kaisar Romawi dan memutuskan membawa pasukannya mundur. Tentu saja ketika pasukan Islam sudah sampai di Tabuk, mereka tidak menemui satupun pasukan Romawi disana. Bahkan walaupun ditunggu sampai hampir satu bulan, pasukan Romawi tidak nampak. Sehingga memberi kesan di mata dunia waktu itu bahwa Romawi adalah penakut. Ini adalah suatu strategi luar biasa Rasulullah, mengalahkan negara super power saat itu tanpa berperang.

Demikianlah, Allah akan menurunkan pertolongan jika kita tetap teguh di jalanNya. Kemenangan tidak ditentukan dari banyaknya jumlah dan kekuatan fisik, namun dari keimanan dan ketakwaan. Allah berfirman:
“...Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah : 249)

Jika Rasulullah dan para sahabatnya serta kaum muslimin setelahnya mampu menjadi kekuatan yang disegani dunia, maka dengan keimanan dan ketakwaan yang sama kaum muslimin saat ini layak kembali meraih kejayaannya. Marilah kita optimis menyongsong kebangkitan Islam dengan keyakinan penuh seperti Rasulullah dan para sahabatnya. Allahu Akbar !!!
Wallahu a’lam bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post