Islam Menjadi Inspirasi, Aspirasi dan Solusi


Oleh: Nurhalidah, A.Md.Keb

"Kalau politik dipisahkan dari agama, politik menjadi kering dari nilai-nilai kebaikan, akan jadi beringas, akan jadi eksploitatif". (Prof. Dr. M. Amien Rais).
Demikianlah, keadaan politik ketika dipisahkan dari agama. Dan, hal ini sudah terjadi di negeri kita tercinta. Terjadi kekacauan tanpa ujung dan solusi. Walaupun telah ditimpa oleh berbagai permasalahan, para penguasa boro-boro mengupayakan pengembalian kedudukan agama di tengah kehidupan. Yang ada tindakan mereka malah semakin ingin memisahkan politik dari agama.

Dikutip dari Viva.co.id, 24/12/2020, Yaqut Cholil Qoumas, selaku Menteri Agama, menegaskan bahwa agama hanya sebagai inspirasi yakni penenang manusia dikala kesulitan serta hanya melekat pada hati tiap-tiap individu. Bukan aspirasi serta tidak menjadikan agama sebagai alat untuk membentur kelompok satu dengan yang lainnya dan kendaraan dalam berpolitik.

Sikap penguasa seperti ini dalam demokrasi bukan lagi sesuatu yang mengagetkan. Pasalnya, demokrasi memang pada dasarnya memisahkan agama dengan kehidupan. Agama diterima hanya sepintas di lingkup ibadah mahda saja. Sedangkan aktivitas kehidupan lainnya diatur oleh aturan yang dibuat sesuka hati manusia, dan juga penguasa yang menduduki kursi kekuasaan juga  penguasa yang berlagak layaknya tuhan.

Namun, karena dipoles sedemikian apiknya sehingga demokrasi terdengar bagus di pendengaran rakyat. Serta didukung dengan jargon kedaulatan ada di tangan rakyat. Lagi dan lagi jargon hanyalah kata tanpa makna bagi rakyat. Sebab, faktanya rakyat tidak diberikan kedaulatan, bahkan untuk menjalankan keyakinannya dalam berbagai aktivitasnya rakyat tiada daya. Akan ada saja pencegahan dari penguasa, seperti halnya yang ditegaskan oleh Menteri Agama bahwa agama tidak boleh dibawa-bawa dalam hal politik.

Maka dari itu, demokrasi sekuler merupakan sistem yang hadir untuk menipu dan menindas rakyat serta mengarahkan rakyat untuk membangkang pada Al-Khalik. Tidak ada secuil pun kebaikan yang dibawa oleh demokrasi. Maka wajar terjadi kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, agar tidak lagi terjadi kerusakan di tengah masyarakat serta memperoleh keberkahan hidup. Mengembalikan posisi agama dalam setiap aktivitas kehidupan merupakan tiket akhir yang harus diambil.

Karena, memang betul Islam merupakan agama inspirasi atau ilham yang satu-satunya diridhai di sisi Al-Khalik, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ali-Imran: 9, yang artinya : 
"Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (TQS. Ali-Imran : 19)
Sehingga, wajar saja jika jiwa yang gundah gulana ketika menjadikan Islam sebagai tumpuannya otomatis merasakan ketenangan, karena jiwa tersebut berada dalam genggaman pemilik jiwa. Yakni Al-Khalik.

Namun, Islam tidak bisa dipersempit ruang lingkupnya hanya sebagai agama inspirasi saja. Melainkan, Islam juga sebagai aspirasi. Yaitu harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Di tengah kerusakan akibat dari demokrasi sekuler kapitalisme, harapan/aspirasi satu-satunya hanyalah pada Islam. Maka, jika Islam hanya dijadikan sebagai agama inspirasi kerusakan akan tetap subur di dunia ini. Oleh karena itu, sudah seyogyanya manusia mengambil Islam secara keseluruhan tanpa memilah sesuai dengan keinginan semata.

Maka dari itu, penenang, harapan dan solusi atas segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupan kita hanyalah Islam semata. Tidak ada agama yang sempurna selain Islam. Allah Swt berfirman:
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kaliandan telah kucukupkan untuk kalian nikmat-Ku." (TQS. al-Maidah: 3).

Oleh karena itu, dengan kesempurnaan Islam telah kita ketahui bersama sudah seharusnya dijadikan sandaran di setiap ranah kehidupan. Dan sangat keliru ketika melepaskan aturan yang luarbiasa sempurna hanya untuk memungut aturan sampah demokrasi sekuler kapitalisme. Wallahu a’lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post