Generasi Durhaka, Buah Kapitalisme Sekulerisme


Oleh : Sumarni
Praktisi Pendidikan

Setiap anak pasti memiliki rasa kasih dan iba kepada kedua orang tuanya. Pun secara fitrah orang tua (ibu) memiliki rasa cinta dan kasih kepada anak-anaknya.

Suatu keharusan seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Bahkan padanya birul walidayn harus diberikan. Apa jadinya jika rasa iba dan bakti kepada orang tua telah lenyap, sudah tidak terpatri lagi dalam sanubari.

Maka kita bisa melihat betapa mudah muncul mental yang rapuh pada anak. Sehingga, menyebabkan rusaknya hubungan antara anak dengan orang tua. Padahal sejatinya secara fitrah anak memerlukan kasih sayang dan perlindungan dari orang tuanya (ibu). Dan anak memiliki rasa hormat untuk tidak menyakiti ibu.
 
Akibat tidak baiknya hubungan antara anak dan ibu ini pun dapat menyebabkan tindakan menyakiti ibu. Sungguh sangat disayangkan, apa yang terjadi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, seorang anak tega memenjarakan ibunya hanya karena cekcok soal baju (Detiknews, 09/01/2021).

Tak hanya itu, kasus serupa juga terjadi  di NTB, Lombok Tengah, seorang anak berusia empat puluh tahun ingin penjarakan ibu kandungnya gara-gara sepeda motor (Tribunnews.com 06/09/2020).

Astagfirullahal'adzim. Miris! Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi. Masa iya karena hal-hal sepele tersebut sampai tega menggadaikan jiwa ibu hingga berada dibalik jeruji besi. Dari dua kasus ini menunjukan betapa rapuhnya hubungan antara anak dan ibu.

Kapitalis-Sekular Penyebabnya!

Hiidup di alam kapitalis-sekular amat gampang menemukan kejadian-kejadian semacam ini. Generasi tumbuh dengan ketidakjelasan. Visi misi kehidupan mereka yang cenderung hanya memperhatikan urusan materi, sangat jauh dari panduan agama.

Sistem kapitalisme telah menjadikan hubungan diantara keluarga bernilai materi. Sistem materialistik ini telah sukses menjadikan hubungan antara anak dan ibu diukur berdasarkan untung rugi. Meskipun harus memenjarakan orang tua hingga menghabisi nyawa mereka karena rebutan harta dan persoalan materi lainnya.

Oleh karena itu, sistem rusak ini tidak dapat dipisahkan dari asas yang mendasarinya. Yakni sekulerisme yang memojokan urusan agama hanya sebetas urusan individu serta tidak boleh mengatur kehidupan. Akibatnya, kita bisa melihat manusia-manusia yang terbentuk dari sistem ini berbuat sesuka hatinya. Tanpa memperdulikan benar dan salah menurut standar Islam.

Sehingga, inilah yang melahirkan paham liberalisme. Suatu paham kebebasan yang dalam melakukan segala hal. Paham liberal ini telah gagal menaruh penghormatan pada ibu. Gagal pula menghadirkan ketenangan pada ibu dan bahkan hanya melahirkan generasi durhaka.

Sampai kapan kita akan mempertahankan sistem rusak ini! Terlebih telah sukses mengobrak-abrik keluarga muslim menjadi kian terpuruk. Apakah kita akan membiarkan generasi muslim semakin jauh dari nilai-nilai agama bahkan menjadi generasi durhaka.

Islam Menjaga Ketenangan Keluarga

Islam telah menempatkan rumah sebagai tempat bernaung dan melindungi keluarga yang ada di dalamnya. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan menjadi tempat pertama tumbuhnya generasi. Bertukar cerita, saling menjaga serta menjadi tempat memperoleh ketenangan dan kebahagiaan.

Dalam sejarah penerapan Islam kita dapat membaca bahwa bagaimana hubungan keluarga khususnya hubungan antara anak dan ibu amat begitu harmonis. Sebab, hubungan keluarga di dalam Islam terbentuk dari tiga pilar yang selalu hadir membersamainya. Pertama, pilar ketakwaan individu. Kedua pilar adanya kontrol masyarakat. Ketiga, pilar peran negara.

Pada pilar pertama, sejak awal terbentuknya keluarga seorang ibu telah ditempatkan sebagai madrasatul u'la (pendidikan awal) yang harus didapatkan anak. Kemudian ditempah mengenalkan keimanan kepada Allah sehingga anak terbentuk ketakwaanya.
 
Alhasil, anak-anak tumbuh dengan kepribadian yang Islami. Generasi yang tumbuh pun adalah generasi yang taat pada Allah. Menghormati ibunya sebagai orang yang dimuliakan karena sudah mendidiknya sedari kecil.

Kisah yang paling poluler kita bisa belajar dari Uwais Alqarni. Bagaimana beliau mengajarkan cara berbakti dan menghormati ibu. Untuk mewujudkan hajat ibunya yang ingin naik haji, Uwais Alqarni sampai rela naik-turun bukit sambil menggendong kambing hanya untuk berlatih agar bisa kuat berjalan.

Semua itu dilakukan Uwais untuk mewujudkan permintaan ibunya yang ingin berhaji. Sementara itu, sang ibu lumpuh tidak bisa berjalan. Oleh karena itu, Uwais menggendong ibunya dari tempat tinggalnya di Yaman ke Makkah dengan berjalan kaki tanpa kendaraan. Jarak yang sangat jauh. Luar biasa. 

Namun, itulah cara terbaik memuliakan ibunya, menghormatinya, bahkan hubungan diantara keduanya sangat harmonis. Sehingga, keluarga muslim terutama anak sebagai generasi penerus harus belajar ketulusan hati dari Uwais Alqarni.

Kemudian berikutnya tidak cukup dengan ketakwaan individu. Ketahanan hubungan keluarga juga didukung oleh adanya masyarakat yang bertakwa pula. Dimana amar makruf nahi mungkar terus dilakukan di tengah-tengah masyarakat. Jika terdapat sebuah keluarga cekcok atau terjadi keributan, maka tetangga muslim yang lain akan mencoba memberikan nasehat dan mengurai persoalannya.

Terakhir, untuk membuat utuh hubungan ketahanan keluarga jelas peran negara amat besar. Negaralah yang memberikan sokongan pada keluarga-keluarga muslim agar hidup dalam ketenangan. Negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan warga negaranya, berupa jaminan sandang, pangan, dan papan. Bukan cuma itu saja, negara menjamin pula keamanan, kesehatan, bahkan sampai pada jaminan pendidikan. 

Sinergisitas dari semua itu akan dapat menciptakan hubungan harmonis di antara keluarga muslim. Begitu pula dengan generasi yang dihasilkan. Dari keluarga muslim akan lahir generasi emas yang memiliki ketakwaan tinggi sebagaimana dulu terjadi. Bukan seperti generasi pada sistem hari ini, melahirkan generasi yang durhaka.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan Islam untuk diterapkan di semua lini kehidupan. Sebab hanya asas Islam saja yang mampu mengatasi semua persoalan kehidupan termasuk persoalan ketahanan keluarga. Wallahu 'alam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post