Ukhuwah Islamiyyah dalam Sistem Khilafah, Solusi bagi Rohingya


Oleh: Ghozia Al-Ayyubi
Milenial Muslimah

Terpisah, tercerai-berai bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Merupakan gambaran sejati umat Islam yang semestinya bersatu dalam bingkai sistem khilafah.  Terkotak-kotak sekat nasionalisme yang melemahkan kualitas kekuatan dan ketahanan negara. Sehingga, ketika  kezaliman datang di satu wilayah, yang lainnya hanya bisa mengecam dan menyaksikan penuh haru. Tanpa sedikitpun mampu melakukan perlawanan. 

Sebagaimana derita minoritas muslim yang melarikan diri dari kekerasan negara tetangga Myanmar pada tahun 2017 silam, kini dipindahkan Bangladesh ke pulau terpencil tak layak huni. Sebanyak tujuh kapal angkatan laut yang membawa lebih dari 1.600 pengungsi Rohingya dari camp pengungsi Cox's Bazar berangkat ke pulau Bhasan Char pada (Jum'at, 4 Desember lalu (Okezone.com, 5/12/2020)

Ironi, Bangladesh sebagai Muslim terbanyak semestinya mampu melindungi dan menjaga pengungsi Rohingya dengan penuh keikhlasan. Sebab, sesama kaum muslimin adalah bersaudara. Harusnya mampu bertindak keras untuk melawan kekejaman Myanmar terhadap saudara muslim Rohingya.

Pulau Bhasan Char Tak Layak untuk Dihuni! 

Selain itu, perlu kita ketahui, kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) telah lama berpendapat. Bahwa pulau Bhasan Char yang terbentuk secara alami oleh lumpur Himalaya di teluk Banggala, sekitar 60 kilometer dari daratan. Ternyata rentan terhadap bencana alam dan tidak cocok untuk pemukiman manusia. Humman Rights watch, Amnesty International dan fortify Rights pun sangat menentang relokasi) ke pulau itu. (Okezone.com, Sabtu 05/12/2020)

Meski ada yang menentang, relokasi itu tetap berjalan. Untuk menanggapi hal ini,  Islam melarang Bangladesh  memindahkan Rohingya. Karena haram hukumnya menzalimi saudara sendiri. Baik dengan memindahkan ke tempat berbahaya seperti Bhasan Char. Atau dengan melakukan pembantaian dan sebagainya. Hal ini, seperti sabda Rasulullah Saw. dalam sebuah hadist riwayat Bukhori No:2262

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat."

Atas dasar ini, perlakuan kita terhadap muslim Rohingya sebagaimana kepada saudara sendiri. Baik ada hubungan darah atau tidak. Misal, menghilangkan kesusahannya, membantunya ketika butuh pertolongan serta tidak membiarkan terzalimi. Semua sikap tersebut, harus terealisasi dalam kehidupan umat Islam. 

Sekat Nasionalisme Penghalang Tegaknya Ukhuwah Islamiyah 

Maka benarlah, bahwa penerapan nasionalisme dalam kapitalisme demokrasi, telah berhasil mewujudkan lemahnya negara mayoritas muslim seperti Bangladesh, Malaysia, Indonesia dan lain-lain.  

Buktinya seluruh negara bungkam atas tindakan biadab tentara Myanmar terhadap minoritas Rohingya. Kekejaman itu bukanlah tidak terlihat oleh pasang mata negara terbanyak Muslim. Melainkan karena sekat nasionalisme yang tak mampu mewujudkan ukhuwah/persatuan bagi umat ini.  

Dengan demikian, perlu perubahan mendasar dan menyeluruh bagi sistem kepemimpinan negara agar mampu mewujudkan ukhuwah Islam. Sebab, bersatu layaknya saudara yang saling melindungi akan menjadikan Islam dan kaum muslimin memiliki kekuatan hakiki. Kezaliman pun terusir dan pada akhirnya problem ini akan segera teratasi ketika ukhuwah persaudaraan terwujud.

Seperti pengungsi Rohingya dengan Bangladesh. Ketika persatuan di antara keduanya terwujud, maka terbentuklah kesadaran bak satu tubuh. Anggota badan seluruhnya akan merasa sakit, bila salah satu anggota badannya terluka. Derita pengungsi Rohingyapun akan terasa sakit juga oleh Bangladesh. Maka, Bangladesh akan menyambut kedatangan saudaranya. Kemudian, menyambutnya sebagai saudara dan siap untuk memberikan bantuan serta perlindungan penuh tanpa pamrih. 

Dan satu-satunya cara untuk keluar dari permasalahan ini, hanya dengan menegakkan ukhuwah Islamiyah. Sebab, syariah Islam akan mengganti ikatan nasionalisme dengan penerapan hukum Islam yang menyatukan Muslimin sejagad raya. Karena hanya Islamlah penegak kitabullah yang menyejahterakan umat dan rahmat bagi seluruh alam. 

Jika diteliti, ukhuwah umat tak pernah bisa ada pada kepemimpinan apapun. Kecuali pada penerapan syariah-Nya, dalam bingkai khilafah Islamiyah. Karena hanya sistem  khilafah yang menjadikan Alquran dan As-sunnah sebagai  sumber peraturan untuk mengurusi segala lini problematika kehidupan.

Wallahua'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post