Normalisasi Saudi dengan Israel, AS Makin Untung


Kiki Andini (Mahasiswi, Komunitas Annisaa Ganesha)

Setelah UEA dan Bahrain yang diketahui telah menjalin normalisasi diplomatik sejak beberapa bulan lalu, mereka telah menerima pasokan senjata dan jet tempur guna menekan Iran. Hal ini juga berdampak pada keuntungan besar bagi Israel seperti kemudahan dalam akses ke Tel Aviv serta mendapatkan sokongan militer dari negara-negara Arab yang menyetujui normalisasi. Keuntungan tersebut akan berhubungan dengan industri persenjataan milik AS dalam memasukkan pasokan senjata ke negara-negara teluk. Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk menjadikan AS sebagai hegemoni militer regional sehingga dapat mengontrol atau memperkuat kekuasaan pada wilayah tersebut.

Dari kesepakatan itu, angkatan udara Israel juga otomatis akan mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan dan mengembangkan jet tempurnya dari AS. Adapun industri penerbangan Israel mendapat jatah untuk andil dalam memproduksi dan memasangkan beberapa onderdil untuk jet tempur tersebut.

Tentu saja normalisasi ini akan memudahkan Israel memperkuat pasukan militer dalam menduduki tepi barat Palestina. Normalisasi ini hanya untuk menahan bukan mengahiri ketidakstabilan di seluruh kawasan seperti perjanjian berkali-kali yang pernah dilakukan antara pan-Arab dan Israel/AS sebelumnya yang tidak pernah menuntaskan masalah Palestina hingga ke akarnya.

Setelah beberapa negara Teluk Arab, kini Saudi yang hendak menuju normalisasi dengan Israel. Menteri luar negeri Arab Saudi secara terbuka akan menjalin normalisasi dengan Israel dengan syarat perdamaian antara Israel-Palestina. Hubungan ini diperkuat dengan pertemuan secara rahasia antara Putra Makota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dengan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pada 23 November 2020 lalu di Neom, sebuah kota di Laut Merah

Hubungan Saudi dan Israel akan selalu menjadi sandera bagi perhitungan kelangsungan rezim monarki Saudi sehingga memaksa Saudi bereaksi secara simbolis terhadap Palestina.

Normalisasi ini hakikatnya merupakan wujud penghianatan terhadap ummat Islam. Bukan untuk menolong ummat tapi sebagian besar hanya untuk kepentingan strategi, militer, dan materi (materialistik).

Sebagai ummat muslim sudah selayaknya kita tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai peringatan dari Allah sebagaimana firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS.Ali-Imran:118).

Terbukti bahwa dengan adanya negeri-negeri Islam yang terpecah belah tidak akan menyelesaikan permasalahan ummat Islam. Mereka secara nyata mempermainkan nyawa ummat demi kepentingan negeri mereka sendiri. Bahkan menjadikan ummat sebagai alat untuk meraup keuntungan. Inilah akibat jika negeri-negeri muslim ini menginggalkan syariat Allah. Maka sudah sepantasnya kita harus berjuang mengembalikan dan melanjutkan lagi kehidupan Islam yang pernah digariskan oleh Rasulullah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah dalam naungan khilafah islamiyyah.


Post a Comment

Previous Post Next Post