Dunia Teater Adaptif Dalam Ruang Virtual


MENTAWAI, (NUSANTARANEWS. NET)  - Dunia Teater Adaptif Dalam Ruang Virtual
Adanya Kebiasaan seumur hidup akan berubah. Pada titik tertentu, dorongan akan diperlukan. Jika guncangan gangguan virus corona tidak cukup bagi kita untuk mengkalibrasi ulang semuanya.

Pandemi ini benar-benar mampu mengganggu berbagai kegiatan masyarakat, tak terkecuali kegiatan kesenian, khususnya teater. Apakah ini sebuah momen kalibrasi ulang Teater?

Sebelumnya berbagai ruang perbincangan maupun praktik seni, khususnya seni teater, baik dalam teater komunitas, teater kampus maupun teater berbasis studi kota, muncul beragam pertanyaan: mengejar wacana masyarakat industri 4.0.

Sore jam 16.00 saya sudah sampai di Taman Budaya Sumatera Barat. Diskusi petang yang sejuk dihadiri oleh pembicara penting dalam dunia teater Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Ada Syarifuddin Arifin Dua, penyair Asia Tenggara. Ada Dr. Endut Ahadiat pembina UKM Seni/penyair/Dosen FIB Universitas Bung Hatta Padang. Ada Dr. Hermawan An, penyair/Dosen STKIP Rokania, Riau. Ada Dr. Zurmailis penggiat teater/akademisi Fak. Sastra Unand.

Kegiatan ini terselenggara oleh Dra. Fitri Adona penyair/penulis/Dosen Politeknik Negeri Padang. Sebagai pemantik/moderator/yang mengurus diskusi sore yang sejuk. Di panggung gala-gala. Taman Budaya, Sumatera Barat.

Kegiatan diksusi ini juga dihadiri oleh para mahasiswa dari Universitas Bung Hatta, Padang. Mahasiswa Politeknik Negeri Padang. Mahasiswa Unand Padang. Mahasiswa ASKI Padang Panjang. 

Dan saya sebagai undangan khusus yang ikut juga joint sore tadi dalam diskusi tersebut. Dalam pengayaan ilmu dan wawasan dalam mengisi ruang virtual lebih menarik dan interaktif-komunikatif. Dalam proses pembalajaran.

Setelah pembukaan oleh Dra. Fitri Adona. Dilanjutkan oleh Bang/Uda (If) Syarifuddin Arifin sebagai pembicara yang pertama tampil dalam diskusi tersebut.

Dunia teater dunia seni. Dalam teater semuanya ada. Di mana mata semua penonton dapat diwakili oleh kemampuan "kameramen" yang mendokumentasikan semua tampilan para pemain teater diatas panggung. 

Sudut pengambilan harus pas. Tata cahaya harus baik. Latar belakang panggung juga harus sesuai. Di dukung oleh arensemen musik yang sesuai.

Sebenarnya dunia teater sudah lama beradaptasi dalam dunia virtual atau dunia maya. Seperti menonton sebuah film atau sebuah pementasan teater yang dilakukan dalam ruangan tanpa penonton. 

Lalu dipindahkan oleh kameramen dan sutradara ke dunia virtual yang dapat di tonton oleh semua mata dunia.

Sekarang dunianya you tube, online, virtual, daring. Dunia teater tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dalam era pandemi ini. 

Karena sudah berjalan puluhan tahun lalu. Salah satunya melalui dunia pertelevisian di Indonisia (TVRI).

Bicara dan tampil tanpa ada penonton. Dalam ruangan yang ditata dan disetting dengan baik. Serta diiringi dengan musik yang sesuai. 

Didukung oleh pemaian yang berkarakter. Sesuai dengan naskah yang dibaca, dihapal dan latihan oleh seorang pemain untuk menjadi seorang tokoh yang diperankannya di atas panggung.

Sekarang tinggal memanfaatkan dunia virtual yang sudah tidak asing lagi bagi para penggiat teater di Sumatera Barat. Harus memulai membuat film teater pendek yang dapat mengedukasi masyarakat luas.

Juga untuk para dosen dalam menyampaikan ilmunya kepada mahasiswanya harus didokumentasikan dengan baik. 

Memang perlu waktu dan sedikit belajar dengan pengalaman dunia teater dan dunia filmgrafis. Juga dunia penyutradaraan sebuah naskah (catatan/bahan kuliah/power point) yang dipindahkan ke dunia film. Dunia maya. (Raja/Harfiandri).

Catatan Harfiandri Damanhuri, 04 Oktober 20
Penyuka Seni dan Penulis Puisi Pesisiran
Pascasarjana Univ Bung Hatta.

Post a Comment

Previous Post Next Post