Ilusi Demokrasi dan Fiktifnya Jaminan Kebebasan


Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Sebuah roda pemerintahan akan sukses jika seorang kepala negara menjalankannya dengan penuh keadilan dan kebijaksanaan. Pun halnya menjunjung tinggi akan nilai-nilai demokratis yang ada didalamnya. Dengan begitu masyarakat akan terjamin keberadaannya tatkala kebebasannya di lindungi.

Realita yang digambarkan hanyalah narasi yang tak sesuai dengan ekspetasi. Perundungan justru menjadi santapan setiap individu tatkala mengapresiasikan sebuah kebenaran ketengah publik. Padahal ada tiga pilar yang dijamin dalam demokrasi diantaranya menjamin kebebasan beragama, berekspresi/bertindak dan bersuara/ berpendapat.

Lantas tiga pilar yang dijamin oleh negara sebenarnya untuk siapa? Oligarki atau rakyat? 

Sebuah negara yang berprinsip menjalankan roda pemerintahan dalam  sistem pemerintahan demokrasi haruslah sesuai dengan semboyannya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apapun yang menyangkut hajat hidup orang banyak baik menyangkut kesejahteraan, keadilan, keamanan serta kenyamanan harus diperhatikan oleh negara. Tak boleh ada kesenjangan diantara masyarakat biasa dan pengusaha ketika dihadapkan pada hal tersebut.

Namun sayang, harapan yang inginkan hanyalah fatamorgana bahwa kenyataan itu hanyalah ilusi dalam demokrasi. Dengan kata lain hal tersebut bertolak belakang dengan nilai luhur yang terkandung dalam butir-butir Pancasila. Kenyataan ini tatkala menggambarkan paradigma pemerintah yang belum mencerminkan nilai-nilai demokratis dalam menjalankan roda pemerintahan.

Kenyataan pahit ini sudah terlalu sering kita dapati ketika sejumlah aktivis menyuarakan ajaran Islam namun justru berakhir dengan penangkapan. Bahkan ulama pun tak tanggung-tanggung dicekal dan didiskriminasi hingga aparat negara yang menunjukan kecintaannya kepada seorang ulama pun ditangkap dan diberi sanksi hukum.

Sementara para pengusaha yang hampir setiap saat menghisap kekayaan bangsa dianggap sebagai ladang investasi. Penguasa seolah tak berkutik ketika dihadapkan dengan kekuasaan oligarki. Nyata sudah bahwa jaminan kebebasan hanyalah fiktif belaka bagi rakyat jelata yang menuntut keadilan dan menyuarakan kebenaran.

Hal ini menjadi bukti bahwa negara sedang krisis dalam penerapan hukum yang adil. Semboyan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat hanyalah ilusi dalam demokrasi. Nyata bahwa kepentingan dalam demokrasi hanyalah bagi mereka yang memegang kekuasaan yaitu para oligarki. Mereka yang berkuasa, merekalah yang bebas bertindak dan bersuara tanpa di sanksi hukum.

Apa yang kita harapkan sejatinya hanyalah sebuah gambaran abstrak yang disajikan dalam sistem demokrasi. Lantas aturan siapa yang paling benar dan berhak untuk di ikuti?

Allah swt berfirman:
Ø£َØ­ْسَÙ†ُ Ù…ِÙ†َ ٱللَّÙ‡ِ Ø­ُÙƒْÙ…ًا Ù„ِّÙ‚َÙˆْÙ…ٍ ÙŠُوقِÙ†ُونَ
Artinya: Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman. Tidak seperti orang-orang yang haus kekuasaan dan mengikuti hawa nafsu yang tidak rela kecuali hukum yang sesuai dengan nafsu mereka meskipun itu bathil.

Dengan kata lain bahwa hanya hukum yang Allah yang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadist yang pantas untuk dijadikan rujukan dan diterpakan. Sebab, hukum yang bersumber dari Allah SWT merupakan hukum yang paling adil bukan hukum buatan manusia yang seenaknya mengikuti hawa nafsu mereka yang berkuasa.

Dalam hal ini pun jelas bahwa tidak ada kedaulatan ditangan rakyat kecuali kepada syara'. Bukan melalui rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat seperti halnya yang digambarkan dalam demokrasi. Karenanya, penting untuk diperhatikan secara saksama bahwa hukum yang adil dan jaminan kebebasan hanya bisa kita rasakan ketika diatur dalam Islam.

Inilah yang harus kita perjuangkan agar ilusi demokrasi tak lagi membayang-bayangi umat. Karena sejatinya hanya keberadaan Islam lah yang mampu menyelamatkan umat dari ketidakadilan penguasa zalim. Semoga umat semakin tersadar dan bergerak dengan ghiroh yang kuat dalam memperjuangkan tegaknya Islam.

Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post