Sistem Sekuler Abai Atasi Covid-19


Oleh: Ratna Nurmawati 
(Komunitas Muslimah Peduli Umat)

Seluruh kecamatan di kota Bandung, Jawa Barat, dinyatakan masuk kedalam zona merah Covid-19, berdasarkan data yang ditampilkan dalam situs resmi Pusat Informasi Covid-19 (Pusicov) kota Bandung.

Koordinator Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis Gugus Tugas kota Bandung, Ahyani Raksanagara. Menjelaskan sekarang di 30 kecamatan kota Bandung terdapat kasus aktif positif Covid-19.

Sejauh ini sudah ada 978 kasus positif komulatif, dengan rincian 717 orang sembuh dan 51 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Belum ada vaksin atau pengobatan anti virus khusus untuk penyakit ini.

Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi, simtomatik dan suportip. Adapun langkah pencegahan sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah yakni, mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan melakukan isolasi diri untuk orang yang dicurigai bahwa mereka terkena virus tersebut.

Sikap pemerintah dalam menangani pandemi corona memunculkan banyak perdebatan, tak terkecuali di dunia maya. Mayoritas masyarakat tampaknya sepakat memandang bahwa pemerintah negara +62 ini terlalu lamban, bahkan terkesan meremehkan.

Tengok saja, saat dunia ramai-ramai melakukan berbagai upaya maksimal termasuk kebijakan lockdown, pemerintah negeri ini malah membuka pintu lebar-lebar untuk para wisatawan, terutama asing.

Pemerintah saat itu bahkan rela membayar buzzer dan influencer demi menarik sektor pariwisata yang diharapkan bisa menambah pundi-pundi kas negara yang menipis sejak lama. Seraya bersikukuh menyebut bahwa Indonesia akan aman dari Corona.

Beberapa kasus pun awalnya ditutupi. Tak perlu waktu lama, hari ke hari catatan kasus corona di Indonesia meningkat secara eksponensial. Bahkan Indonesia pun langsung jadi juara dunia untuk kasus kematian tertinggi sebagai dampak Corona.

Tampaknya banyak hal yang membuat pemerintah galau dan sangat gagap menghadapi kasus wabah corona. Buruknya kualitas kepemimpinan, parahnya kondisi keuangan negara serta kuatnya ketergantungan kepada asing menjadi alasan utama.

Bahkan kesehatan di negeri ini sudah lama menjadi bagian sektor industri yang diperjual belikan. Hingga rakyat kebanyakan sulit mendapat akses layanan yang layak kecuali harus membayar dengan mahal.

Semua ini dampak dari sistem hidup yang diterapkan penguasa. Mulai dari politik, ekonomi, sosial dan lainnya yang terbukti telah sukses menjatuhkan Indonesia pada multi krisis. Sehingga anugrah yang Allah Swt. beri mulai dari SDM, SDA, posisi geopolitik dan geostrategis tak berhasil membuat negeri ini kuat dan berdaya. Malah jadi sasaran empuk penjajahan.

Posisi rakyat di negeri ini pun mirisnya luar biasa. Jauh dari kata sejahtera. Karena kesehatan, pendidikan, keamanan semua serba mahal. Rakyat bahkan harus membeli haknya kepada penguasa.

Padahal pemerintah harusnya tak boleh main-main dengan nyawa rakyat. Saat wabah penyakit menular terjadi, jelas negara harus turun tangan mengatasinya. Ini sudah diajarkan dalam Islam, bahwa jiwa seorang manusia dipelihara dan dicukupkan kebutuhannya oleh negara.

Berbeda dengan paradigma kepemimpinan dan watak sistem Islam. Dalam Islam, kepemimpinan dinilai sebagai amanah berat yang berkonsekuensi surga dan neraka. Dia wajib menjadi pengurus dan penjaga umat. Menjamin kesejahteraan umatnya.

Inilah realitas sistem khilafah yang pernah terwujud belasan abad lamanya. Sistem yang tegak diatas landasan keimanan sangat berbeda jauh dengan sistem yang tegak diatas landasan kemanfaatan segelintir orang.

Sistem ekonomi akan membuat negara punya otoritas terhadap berbagai sumber kekayaan untuk mengurus dan membahagiakan rakyatnya. Diantaranya menerapkan ketetapan Allah Swt. bahwa kekayaan alam yang melimpah adalah milik umat yang wajib dikelola oleh negara untuk dikembalikan manfaatnya kepada umat.

Dengan demikian, negara akan mudah mewujudkan layanan kebutuhan dasar baik yang bersifat individual dan publik bagi rakyatnya, secara swadaya tanpa bergantung sedikitpun pada negara lain. Bahkan negara lainlah yang bergantung kepada negara khilafah.

Inilah yang pernah terjadi di masa saat sistem khilafah ditegakkan. Beberapa wabah yang terjadi bisa diatasi karena adanya peran aktif dan serius dari negara, sekaligus didukung oleh rakyatnya yang menaati arahan-arahannya.

Dengan demikian, amat jauh berbeda antara sistem sekuler yang sekarang diterapkan dengan sistem khilafah ajaran Islam. Wajar jika hari ini makin banyak orang merindukannya.
Wallahu'alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post