HIDUP MULIA, PERSEMBAHKAN JIWA TERUNTUK DAKWAH


Oleh: Atikah Syuhada

Dalam merajut penghidupan kita belajarlah berwakaf diri ke jalan Dakwah meski tidak sekuat peri dan tak sehebat seperti yang lainnya, meskipun belum mampu menorehkan peraga yang terbaik, atau sayu kerana dakwah belum maksimal sebagaimana dugaan hati kita ketika memperjuangkan agama Allah. Tidak perlu khawatir terlebih menjadi beban, segalanya butuh proses untuk melewatinya. Bukankah Rihlah seseorang yang hebat itu akan tergores jejak berupa proses? Akankah mereka dikatakan seorang pejuang sejati jika ia belum mampu bertahan sejak awal hingga akhir dari marhalah perjuangan ini? Benarkah?

Sahabatku, jika kita merasa lelah maka rehatlah sejenak, karena Allah akan merayumu agar tegar kembali, tetapi jangan sampai kita lelah karena tergoda fantasi dunia dan akhirnya futur dan memutuskan untuk berhenti atau keluar dari jama’ah dakwah ini. Ingat, sesungguhnya dakwah itu tidak pernah kehabisan pejuang. Kereta Dakwah akan terus melaju menghancurkan semua penghalang yang berada dihadapannya dan akan berhenti di penghujung kemenangan. Karena dakwah bukan sesuatu yang sesuai dengan kondisi perasaan kita atau masalah yang sedang kita alami. Akan tetapi dakwah adalah salah satu kewajiban bagi setiap umat Muslim. Berdakwalah karena Islam bukan karena kelompok tertentu atau karena ingin dipandang hebat dan pintar. Tetapi berdakwahlah karena Lillah. Persembahkan semua apa yang kita miliki dan janjikan bahwa semua yang kita lakukan hanya teruntuk-Nya. Bukankah kita berdakwah itu untuk kebaikan diri kita juga? Sebagaimana dijelaskan didalam Al- Quran yaitu:

Allah SWT berfirman:

“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi  dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (TQS. Al-Israh [17]: 7).

Sahabatku pejuang Islam kaffah, sungguh Allah telah membeli Kaum Muslim dengan bayaran surga. Marilah kita semua bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan kembali kebangkitan Islam, karena kemenangan adalah janji Allah yang sudah pasti bagi seluruh umat Islam diseluruh jagat raya. Selangkah lagi kebangkitan dan juga kemenangan Islam akan tiba menghampiri kita. Subhanallah.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka (yang dibayar) dengan syurga untuk mereka”. (TQS. at-Taubah [9]:111).

Allah Swt. telah membayar Kaum Muslim dengan surganya. Barangsiapa ingin mewaqafkan diri maka Allah bisa saja menempatkannya di istana kenikmatan, begitu pula sebaliknya, jika kita tak sudi menerima tawaran itu maka Allah bisa saja menjerumuskan kita ke dalam penjara neraka. Atau memakaikan baju hina kepada kita hingga membuat diri kita nyaris telanjang. Pilihan kita adalah mati dalam keadaan terbaik disisi-Nya ataukah mati sia-sia?

Tidaklah kita mendengar tentang apa yang telah terjadi pada singa Allah dan singa Rasulullah? yakni Hamzah Bin Abdul Muthalib r.a, perutnya dibelah. Hatinya dikeluarkan, ia pun dicincang (H.R. Ahmad, dari penuturan Ibn Mas’ud, dalam Musnad Ahmad, 1/463). 

Demikian pula para sahabat Nabi saw. yang gugur sebagai syuhada di medan Peran Uhud; mereka diperlakukan oleh orang-orang kafir seperti itu. Perut mereka dibelah. Telinga dan hidung mereka dipisahkan dari tubuhnya. Sehingga Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy menjadikan hidung dan telinga para sahabat sebagai gelang kaki dan tangan mereka. Hindun binti Utbah lalu menghadiakan gelang kaki, gelang tangan dan anting-antingnya kepada budak bernama Washyi, sang pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, sebagai imbalan atas ‘prestasinya’ membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. (HR Ibnu Ishaq, dari penuturan Shalih bin Kisan, dalam sirah Ibn Hisyam, II/91).

Tidaklah kita juga melihat problematika umat yang terjadi? Sebagaimana musuh-musuh Allah dan para algojo mereka kuat dari hari ke hari serta memiliki senjata tercanggih untuk menghadapi kaum mukmin. Mereka bertambah tangguh, mereka bebas berkeliaran kemana-mana serta mengendalikan manusia sesuai dengan kemauan mereka dan memperbudak manusia lain. Di satu sisi kita melihat wali-wali Allah yang dijebloskan kedalam penjara, yang kondisinya seperti lemari es yang sangat dingin, dan tempat pembakar pada musim panas. Di sisi lain mereka tidak mempunyai makanan, pakaian, minuman, selimut bahkan udara cukup untuk bernafas. Ini benar-benar terjadi bagaimana kita melihat rezim sekuler hidup bergelimang dalam kenikmatan dan buah kemewahan; merekapun terlindungi dan kuat padahal karena hanya faktor-faktor keduniaan saja. Bagaimana para algojo (orang yang menjalankan hukuman mati) itu bisa tertawa dan bercanda setiap pagi dan sore? pada saat yang sama, mereka menempatkan aktivis Islam di hadapan mereka seperti hewan sembilihan; mereka menjerit akibat penyiksaan hingga sering tak sadarkan diri.

Telah kita saksikan pula banyak sekali aktivis dakwah yang berguguran, memilih jalan untuk keluar dari barisan dakwah ini. Tak lain hanya karena ada problem keluarga, kepentingan pribadi, pekerjaan, interaksi pria dan wanita yang tidak dijaga, karena itu timbulah penyakit merah jambu, atau karena ada masalah lain. hingga mereka memilih jalan untuk keluar dari barisan jama’ah dakwah ini.

Setan saja berjuang untuk hal keburukan lalu mengapa kita tidak mau membela kebenaran? Sebagai aktivis Islam hendaknya memiliki himma pada dirinya, “Silahkan saja orang-orang mengambil perhiasan dunia, cukuplah bagiku hanya Allah dan Rasul-Nya.” 

Suatu waktu Ust. Ismail Yusanto berpesan; “Kemenangan Islam adalah janji Allah, dengan atau tanpa kita. Jika kita tidak mengambil peran perjuangan, Pasti akan ada yang lain. Bukan Islam yang membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkan Islam[] 

Wallahu a'lam bissawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post