Apa Salahnya Ajarkan Islam Sejak Dini?


Oleh : Rahmawati 
(Mahasiswi Universitas Halu Oleo)

Salah satu akun sosial media bercentang biru @dw_indonesia milik Deutsche Welle (media asal Jerman) yang berada di Indonesia, kali ini menjadi sasaran warganet karena mencoba untuk “mengusik” persoalan pelajaran akidah kepada anak-anak perempuan yang menggunakan jilbab oleh orang tua mereka.

DW Indonesia membuat video yang mengulas sisi negatif menggunakan jilbab sejak kecil. Tidak hanya itu, DW Indonesia juga mencoba mempertanyakan, apakah pemakaian jilbab tersebut atas pilihan anak itu sendiri ataukah tuntutan dari orang tua.

Bahkan untuk memperkuat pernyataan dan pertanyaan mereka, dalam video tersebut disambungkan dengan pendapat beberapa orang psikolog yang justru lebih berpihak pada postingan dan tujuan DW Indonesia. Mereka tidak menyertakan pendapat dari alim ulama dan cendekiawan muslim yang mumpuni.

Akibat dari postingan tersebut, DW Indonesia diserang warganet karena mencoba untuk bertindak secara sepihak. Disisi lain, mereka juga tidak memperlihatkan “niat” yang baik. Walaupun DW Indonesia sempat menjawab beberapa komentar dengan bertindak seolah-olah bijaksana, namun tetap saja menjadi incaran warganet.

Apa yang dilakukan oleh media DW Indonesia bisa dibilang merupakan bagian dari serangan kaum Liberal terhadap ajaran Islam. Kali ini, topik pembahasan tentang orang tua yang mengajarkan anaknya terkait nilai-nilai keislaman. Hal ini dipersoalkan dengan dalih anak tidak boleh dipaksa, dikekang, bahkan harus dibiarkan untuk memilih apakah mau terikat dengan hukum Islam ataukah tidak.

Narasi-narasi terkait islamofobia sengaja disematkan oleh kaum liberalis untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama serta menjadikan Islam memiliki gambaran yang buruk agar generasi Islam menjauh dari syariat yang seharusnya dijadikan sebagai pandangan hidup. 

Tentu saja, ini menguntungkan kaum liberal. Karena dengan mudah mereka mengajak kaum muslimin menganut paham liberalisme. Padahal telah nampak jelas bahwa kehidupan liberal yang ditawarkan oleh orang-orang barat membawa kerusakan seperti jaminan kebebasan yang justru merusak pergaulan generasi muda, gaya hedonis yang membuat kesenangan atau kenikmatan sebagai tujuan hidup dan tindakan manusia, dan berbagai kerusakan lainnya. 

Dalam sistem saat ini, mendidik anak sesuai tuntunan dan tuntutan Islam jelas tidak mudah karena rumah dan sekolah sebagai tempat mendidik anak harus menghadapi tantangan dari lingkungan dan pemerintahan. Apalagi, sistem sekulerisme yang digaungkan sekarang berlandaskan pada kebebasan dengan alasan agar tidak dianggap mengekang.

Alhasil, terdapat perbedaan antara anak didikan versi ajaran Islam dengan sistem saat ini. Anak-anak yang dibiasakan sejak dini mengenal syariat Islam tentu pada saat dewasa tidak “kaget” saat diminta untuk menjalankan syariat Allah. Sedangkan anak dengan didikan selain ajaran Islam akan merasa asing pada orang-orang yang menjalankan syariat seperti perempuan yang memakai kerudung dan bercadar. Maka dari itu, aturan Islam harus dipupuk sedini mungkin kepada anak agar menyatu dalam dirinya nilai-nilai islam serta mengetahui sejak kecil bahwa dirinya adalah muslim yang wajib taat pada Rabb-Nya. 

Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Karena dengan penerapan sistem sempurna dalam bingkai negara inilah yang dapat menyediakan tempat, suasana dan masa terbaik. Juga akan memberikan visi dan misi didikan terbaik bagi si buah hati. Selain itu negara juga akan menangkal ide-ide yang bertentangan dengan Islam, seperti paham liberal misalnya. Sehingga kaum liberal tidak akan memiliki kesempatan untuk menyerang pemahaman Islam kaum muslim. Wallahu a’lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post