KHILAFAH, Siapa Bisa Bantah?

By : Tari

Di bulan Muharram ini ada film dokumenter yang menjadi perbincangan di tengah masyarakat yaitu Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN). Lahirnya film ini didasarkan riset ilmiah yang cukup panjang dan isinya mengungkapkan adanya jejak Khilafah di Nusantara dari sisi sejarah. Diantaranya terungkap dalam sambutan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Konggres Umat Islam di Indonesia (KUUI)VI, 9 Februari 2015 di Yogyakarta bahwa Raden Patah dikukuhkan oleh utusan Sultan Turki Utsmani sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawi (Perwakilan Khilafah di Tanah Jawa).  Hal ini diperkuat oleh Sejarahwan UIN Bandung, Dr.Moeflich Hasbullah  yang mengatakan bahwa Khilafah waktu itu adalah negeri adidaya yang sangat besar sehingga logis jika Nusantara mempunyai hubungan dengan Khilafah (Mediaumat.news, 24/8/20).                                   
Dari sumber di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan Khilafah Islam adalah fakta sejarah.  Dimana Khilafah pernah eksis selama 13 abad dan hampir menguasai 2/3 dunia.                               

Namun demikian fakta sejarah Khilafah tidak bisa dijadikan dalil atas kewajiban menegakkan kembali Khilafah tapi bisa mengungkapkan satu hal, yaitu bahwa sebagai suatu kewajiban, Khilafah pernah di praktikkan kaun Muslim selama berabad- abad,tidak kurang dari 14 abad. Sejak Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, hingga Khilafah Utsmaniyah yang akhirnya tahun 1924 dibubarkan oleh Mustafa Kemal Attaturk. Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam sebagaimana shalat, puasa, zakat, haji dan yang lainnya. Makna Khilafah menurut Imam al- Mawardi adalah Imamah (Khalifah) diposisikan untuk menggantikan kenabian dalam hal memelihara agama dan mengurus dunia ( Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm.3) 

Nabi saw. memerintahkan agar umatnya tidak hanya memegang teguh sunnah Beliau, tetapi juga sunnah Khulafaur Rasyidin. Nabi saw. bersabda : 
"Kalian wajib berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham ( HR Abu Daud dan at-Tirmidzi).                                                  
Sedangkan dalil Kewajiban Khilafah berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat. Dari al-Quran, Allah SWT Berfirman : " Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat," Sungguh Aku akan menjadikan di muka bumi Khalifah.. " (QS al-Baqarah : 30).        
            
Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat ini merupakan hukum asal tentang kewajiban mengangkat Khalifah. Dalil al-Quran lainnya antara lain QS an-Nisa ayat 59, QS al- Maidah ayat 48, dll.                                                                 
Dalil as-Sunnah diantaranya sabda Rasulullah saw.: Siapa saja yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada Imam/Khalifah), maka ia mati jahiliah (HR Muslim). Nabi juga mengisyaratkan bahwa sepeninggal Beliau harus ada yang memelihara agama ini dan mengurus urusan dunia. Mereka adalah para Khalifah. Nabi saw bersabda : Bani Israil dulu telah diurus oleh para nabi. Ketika seorang Nabi wafat, dia akan digantikan oleh nabi yang lain. Sungguh tidak ada seorang nabi pun setelahku. Yang akan ada adalah para Khalifah sehingga jumlah mereka banyak (HR Muslim).                                                                         
Kemudian Ijmak Sahabat, dimana Imam al-Haitami menegaskan : Sungguh para sahabat, - Semoga Allah meridhai mereka - telah berijmak bahwa mengangkat seorang imam ( Khalifah) setelah zaman kenabian berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan upaya mengangkat imam/khalifah sebagai kewajiban paling penting. Faktanya, mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban itu dengan menunda (sementara) kewajiban menguburkan jenazah Rasulullah saw. (Al-Haitami, Ash-Shawa'iq al-Muhriqah, hlm. 7).                              
Berdasarkan dalil dalil diatas dan masih banyak dalil lainnya yang sangat jelas, seluruh ulama Aswaja, khususnya empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hanbali), sepakat bahwa adanya Khilafah, dan menegakkan Khilafah ketika tidak ada, hukumnya wajib. Begitu juga ulama Nusantara, Syaikh Sulaiman Rasyid dalam kitab berjudul Fiqih Islam mencantumkan bab tentang kewajiban menegakkan Khilafah. Bahkan bab tentang Khilafah juga menjadi salah satu materi di buku-buku madrasah (MA/MTs)di Tanah Air.WalLahu a'lam bi ash-shawab
Previous Post Next Post