Islam : Solusi Tuntas LGBT

Oleh : Khaulah
Aktivis BMI Kota Kupang 

Bagaimana mungkin akar yang kokoh tak memengaruhi batang dan komponen lainnya? Tentu sangat berpengaruh. Begitu halnya kehidupan kita di sistem kapitalisme hari ini. Terlihat nyata kerusakannya di berbagai lini. Semua itu disebabkan sekularisme yang dengannya kapitalisme tegak. Dengannya pula lahirlah berbagai kebebasan, salah satunya kebebasan berekspresi sebagai jalan munculnya LGBT.

LGBT seolah menjadi topik yang tak ada ujungnya. Apalagi dengan jumlah pelaku yang bertambah kian harinya, tentu menuai aneka pro-kontra. Tak hanya di kota-kota besar, di pelosok pertiwi pun sudah terjamah. 

Berdasarkan informasi yang disuguhkan pada channel youtube,  BBC News Indonesia, 3 Agustus 2020, seorang  transpuan asal Maumere justru terpilih menjadi wakil rakyat pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Habi, Kabupaten Sikka, NTT pada Maret 2020 lalu. Ia bahkan mengalahkan enam calon lainnya.

Banyak yang setuju akan hal ini. Apalagi transpuan tersebut memiliki kemampuan memimpin. Walau agak risih dipimpin oleh waria, juga dinilai kurang pantas tetapi ia dinilai memiliki poin pentingnya (punya potensi memimpin).

Dalam bingkai 'Hak Asasi Manusia' semuanya terasa lazim. Bahkan, para transpuan pun tengah berikhtiar membentuk stigma positif mereka dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ikhtiar mereka diperkokoh dengan sistem hari ini. Bahkan, dapat dilihat dari pendapat pemuka agama Islam di Sikka, bahwa kita tentu harus menerima mereka. Apalagi transpuan sudah menjadi takdir Allah.

Seiring memanasnya isu terkait LGBT terkhusus transpuan/waria justru makin banyak menarik simpati pendukung. Mengapa demikian? Semua itu disebabkan oleh HAM yanh setia menjamin kebebasan setiap individu dalam bertingkah laku. Sehingga, dijadikan perisai oleh pelaku LGBT.

Ide HAM lahir dari rahim kapitalisme yang saat ini menaungi negeri kita. Setiap individu boleh bertindak sebebas-bebasnya asalkan tidak mengganggu kebebasan orang lain. Boleh menyerupai lawan jenis dan semisalnya. Diperkokoh dengan akidah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan maka terlihat gamblang akan kerjasamanya memperkuat eksistensi LGBT. 

Pandangan ini tentu keliru. Sebab, LGBT merupakan sebuah penyimpangan dari fitrah manusia. Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam QS. al-Hujurat ayat 13  "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan." Berpijak pada fitrah penciptaan, hanya ada pria dan wanita. Tidak ada waria atau sejenisnya.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Terkait waria/transpuan, Rasulullah dengan tegas menyatakan laknatnya. Hal ini seperti dinyatakan dalam hadits riwayat Ibn ‘Abbas yaitu "Nabi Saw telah melaknat orang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki." (HR. Bukhari). Dari sini terlihat jelas akan keharamannya. 

Lantas bagaimana solusi tuntas menghilangkan transpuan? Islam adalah satu-satunya solusi tuntas yang dapat menyelesaikan persoalan ini. Islam juga mengatur tentang interaksi laki-laki dan perempuan, sesama perempuan juga sesama laki-laki. Misalnya terkait menutup aurat meskipun dihadapan sesama jenis, larangan mandi bersama, tidur bersama dan lainnya.

Namun, dapatkah diwujudkan dalam naungan negara yang menumbuhsuburkan LGBT? Tentu saja tidak. Semuanya hanya dapat diwujudkan dalam naungan khilafah islamiyah. Sebab, dengan khilafah semua syariat Islam dapat diterapkan secara menyeluruh. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengeliminasi faktor penyubur LGBT dan menerapkan sistem Islam, solusi atas tiap persoalan yang terjadi.

Wallahu a'lam bishshawab.
Previous Post Next Post