SIKM Hilang, Nyawa Melayang

Oleh: Arinda Tymfani U.K 
(Aktivis Muslimah Papua)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah resmi meniadakan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) Jakarta per Selasa (14/7). Hal ini dikarenakan SIKM sejak masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi tidak berjalan efektif. Karena, banyak warga yang mengeluhkan cara pengajuan SIKM untuk syarat masuk ke Jakarta. Sejumlah persyaratan untuk mengurus SIKM kala itu juga tak sedikit. Warga yang mengajukan SIKM mesti mengunggah surat keterangan dari kelurahan, surat sehat, surat keterangan kerja, hingga surat jaminan sebelum mendapat persetujuan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait penerbitan SIKM (cnnindonesia.com, 17/07/20).

Setelah SIKM ditiadakan, kini sebagai gantinya, warga yang ingin keluar masuk Jakarta harus tetap mengurus izin dengan cara mengisi formulir di aplikasi Corona Likelihood Metric atau CLM. CLM mulanya adalah syarat untuk mengajukan SIKM, sebagaimana diatur dalam Pergub Nomor 60 Tahun 2020. Warga yang hendak masuk ke Jakarta kini diimbau untuk mengisi tes CLM untuk mengecek gejala Covid-19 secara mandiri. Saat seseorang mengikuti tes CLM, orang tersebut harus menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur. Di akhir tes, sistem akan memberikan skor berdasarkan jawaban; status kasus orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP) berdasarkan data kasus Covid-19 dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta (kompas.com, 17/07/20).

Kebijakan yang diputuskan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini tentu akan mendatangkan masalah baru. Ini bukannya menjadi solusi tetapi justru akan memperburuk keadaan. Perlu kita ketahui hingga saat ini korban covid-19 sudah diluar nalar. Berbagai upaya yang sudah atau sedang dilakukan belum mampu mengurangi atau mencegah penyebaran virus ini. Jumlah korban covid-19 yang meninggal kurang lebih 4.665 dan ada 95.418 jiwa untuk kasus baru.

Jika ada suatu solusi alangkah baiknya yang mempermudah dan tidak memberatkan rakyat dengan berbagai persyaratan. Apa bedanya solusi yang lama dengan yang baru ini? Mengingat kembali bahwa korban covid-19 saat ini semakin bertambah. Apakah ini solutif? Jika suatu penyakit di nyatakan hanya dengan pengisian formulir kejujuran, maka semua orang sudah pasti menginginkan terlihat sehat dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Padahal Kejujuran adalah barang mahal di negeri ini. Jadi, ini bukti nyata ketidakjelasan pemerintah dalam penanganan virus ini.

Pemerintah seakan tidak peduli lagi dengan korban covid-19. Yang hingga saat ini justru membuka peluang besar penyebaran virus tersebut dengan dicabutnya SIKM. Sehingga membuat rakyat tidak peduli lagi dengan nyawanya. Begitupun dengan pemimpin kita saat ini. Yang hanya berpangku tangan dan tidak mau melibatkan dirinya terjun langsung melihat keadaan rakyatnya. Saat ini yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang peduli dengan nyawa rakyatnya dan tegas dalam penanganan virus ini. Agar virus ini tidak terlalu lama menyebar dan bertambahnya korban covid-19 untuk kedepannya.

Seharusnya pemimpin kita dapat memberikan penanganan khususnya untuk para korban covid-19 dan pencegahan virus ini kepada rakyatnya. Penanganan tersebut tidaklah main-main. Seperti memberikan edukasi yang ekstra kepada rakyat dan kepastian yang jelas untuk satu aturan. Sehingga tidak ada lagi disetiap daerah yang nantinya akan mengambil alih atau memutuskan aturannya sendiri. Dan salah satu aturan itu dapat pula jelas dalam melayakkan para korban covid-19 yang sudah meninggal. Agar keluarga yang ditinggalkan merasa tenang.

Perlu kita ketahui bahwa didalam Islam satu nyawa seorang saja sangat berharga dibandingkan hilangnya dunia.

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Dan pemimpin yang dzolim dengan menelantarkan rakyatnya sehingga banyak yang kehilangan nyawanya akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala. 

Allah SWT berfirman:

“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim [14]: 42).

Sungguh berat menjadi seorang pemimpin. Karena jika ia lalai akan tanggungjawabnya maka akhirat taruhannya. Seperti sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam :

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga. ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk itu perlulah kita sebagai rakyat memperjuangkan hak layak hidup dari negeri ini. Apalagi dimasa pendemi seperti ini. Semoga pemimpin kita saat ini menjadi pemimpin yang hanya takut kepada Allah dan Rasulnya. Agar hidup rakyat menjadi aman, sejahtera, adil, dan makmur. Aamiin

Wallahualam Bish-Showab
Previous Post Next Post