Corona Menggila, New Normal Biang Keroknya

By : Titi Ika Rahayu, A.Ma
Aktivis dakwah dan pemerhati remaja

Laporan kasus virus corona dari hari ke hari terus menunjukkan peningkatan. Beberapa hari setelah terkonfirmasi kasus pertama virus corona Seorang ahli epidemiologi, Dicky Budiman memberi peringatan bahwa India, Brasil, dan Indonesia diprediksi menjadi lebih pusat penyebaran atau episentrum virus corona di dunia, setelah sebelumnya terjadi di China, Iran, dan Italia. Pihaknya menuliskan hal tersebut kepada seorang pejabat pemerintah di Jakarta setelah melihat perkembangan kasus dan sesuai bidang keilmuan yang dipelajarinya.

"India, Brazil, dan Indonesia memiliki kerawanan tersendiri dan berpeluang untuk menjadi epicentre mengingat tingginya kepadatan penduduk, faktor kesadaran penduduk terhadap pencegahan dan sistem kesehatan yang masih belum mapan," (kompas.com 23/06/2020).

Selain itu, Media Sydney Morning Herald (SMH) menyebut Indonesia mungkin akan menjadi episentrum baru virus corona di dunia. Prediksi itu bukan tanpa alasan. Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia telah mencatat lebih dari 1.000 kasus baru infeksi virus corona setiap harinya.

Berdasarkan keterangan dari Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Dr. Achmad Yurianti dalam konferensi pers live streaming di Gedung Graha BNPB, Jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Hari ini pasien positif bertambah 1.178. Totalnya, per hari ini, Kamis 25 Juni 2020 hingga pukul 12.00 WIB, orang dinyatakan positif corona menjadi 50.187.

Beberapa prediksi terkait perkembangan kasus virus corona yang akan semakin menggila harus menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Sejumlah pakar dan praktisi kesehatan menduga penyebab lonjakan kasus baru dalam jumlah yg sangat besar adalah dibukanya sembilan sektor ekonomi yang dan kebijakan new normal biang keroknya. 

" inilah resiko pembukaan sektor-sektor tersebut kita sekarang mengalami kenaikan kasus secara konsisten diatas 1000 per hari tanjakan ini terjadi di berbagai wilayah seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah yang cukup signifikan", kata Hermawan melalui pesan suara kepada Bisnis, Jakarta, pada Minggu 21/6/2020.

Namun, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menjelaskan tingginya kasus baru virus Corona adalah karena pelacakan yang dilakukan secara agresif terutama oleh Dinas Kesehatan Daerah (kompas.com/20/6/2020).

Lonjakan kasus yang semakin besar terus terjadi seiring diberlakukan kebijakan new normal oleh pemerintah. Dengan dalih pemulihan ekonomi, pemerintah membuka beberapa sektor ekonomi seperti mall dan tempat wisata di. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk keluar rumah sehingga pergerakan virus semakin tidak terkendali. Pelaksanaan new normal kembali terkesan dipaksakan ditengah masyarakat yang belum siap dan angka positif virus corona masih tinggi. Ditambah lagi tingkat kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan masih rendah. 

Adapun mengenai adanya tes dan pelacakan, merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memastikan individu yang terinfeksi tidak menularkan ke yang sehat. Agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Akan tetapi, pemerintah seharusnya menyediakan tes tersebut secara gratis, sebagai bentuk riayah dan tanggung jawab akan keselamatan nyawa rakyat. 

Sistem kapitalisme yang diterapkan di negri ini terbukti gagal dalam mengayomi masyarakat. Dengan dalih ekonomi, kebijakan new normal justru beresiko mengancam nyawa rakyat karena lonjakan kasus yang akan semakin menggila. Demi kepentingan pelaku ekonomi raksasa, keselamat rakyat dikorbankan. Inilah watak sistem ini, penguasa dijadikan sebagai boneka para korporasi.

Sangat berbeda dengan sistem Islam. Khalifah, sang penguasa Islam,mempunyai kesadaran penuh bahwa ia memiliki tugas sebagai raa’iin (pengatur dan pemelihara) dan junnah (pelindung).

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw
“Seorang imam adalah raa’in (pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya), dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Khalifah menyadari penuh bahwa pengurusan dan penjagaan terhadap rakyatnya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah di hari akhir kelak.

Hanya solusi Islam yang tepat dalam mengatasi masalah pandemi. Yaitu dengan dilakukan kebijakan lockdown pada awal ditemukannya wabah penyakit, sehingga wabah tidak menyebar ke daerah lain. Selain itu Khalifah akan selalu menjaga stabilitas ekonomi, serta memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat selama pandemi.
Previous Post Next Post