Adakah Solusi Solutif Terhadap Polemik Sistem Zonasi?

Oleh : Firda Umayah 
(Penulis Buku Antologi "Catatan Hati Muslimah Perindu Surga")

Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021 jalur zonasi di Jakarta sempat menuai aksi protes dari para wali siswa. Aksi protes ini dilakukan di depan Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Senin, 29 Juni 2020. Aksi dilakukan mengingat banyaknya siswa yang tak mendapatkan sekolah lantaran kriteria usia yang ditentukan dalam PPDB.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menjelaskan ada jalur baru dalam PPDB untuk masalah tersebut. Jalur baru itu adalah zonasi bina RW sekolah. Menurut Nahdiana, PPDB jalur zonasi untuk bina RW sekolah akan dibuka setelah proses seleksi jalur prestasi selesai dilakukan pada 4 Juli ini (kompas.com/01/07/2020).

Penambahan kuota siswa tiap kelas juga akan ditambah dari 36 siswa menjadi 40 siswa. Sejak awal ditetapkan, sistem zonasi dalam pendidikan memang selalu menuai konflik. Sistem yang diharapkan oleh Kemendikbud mampu meningkatkan kualitas peserta didik ini nampaknya tak berjalan semudah yanh dibayangkan.

Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah siswa yang tidak mendapatkan sekolah meskipun berprestasi.  Permasalahan lain nampak dari perbandingan jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, guru yang tidak kompeten, sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, alokasi dana yang minim untuk pendidikan, hasil pendidikan yang tidak sesuai harapan, dan yang lainnya.

Kalaupun ada orang tua yang memasukkan anaknya kedalam sekolah swasta,mereka mengeluhkan mahalnya biaya yang harus disiapkan. Ini bukanlah hal yang aneh mengingat bahwa pendidikan saat ini dapat dijadikan sebagai komoditas yang dapat dikomersilkan. Penyebabnya adalah karena sistem ekonomi kapitalistik telah menjadi tumpuan negara. Di negara-negara pengemban sistem ekonomi kapitalistik, adalah hal yang dibenarkan jika pemerintah bersaing dengan swasta dalam hal kesehatan, pengelolaan sumber daya alam dan manusia, bahkan dalam hal pendidikan. 

Padahal, pendidikan merupakan salah satu pembentuk karakter manusia. Adalah sebuah keharusan jika negara memberikan pendidikan bagi rakyat dalam rangka membangun bangsa. Akan tetapi, jika sistem sekulerisme yaitu sistem yang menjadikan aturan agama dipisah dengan aturan kehidupan adalah yang diterapkan oleh negara, maka pendidikan bukanlah prioritas yang harus diutamakan. Faktanya, alokasi dana yang disediakan pemerintah dalam bidang pendidikan masih sangat minim. Lantas, adakah solusi yang dapat ditawarkan?

Bagi seorang Muslim, agama Islam bukanlah agama spiritual belaka. Islam merupakan pandangan hidup yang berisi seluruh aturan kehidupan manusia.Islam memandang pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara disamping kebutuhan akan pangan, papan, sandang, kesehatan dan keamanan. Islam mewajibkan kepada seluruh Muslim agar melakukan upaya menuntut ilmu. Allah SWT juga akan memuliakan dan meninggikan derajat para alim (orang yang memiliki ilmu). 

Dalam pandangan negara Islam yaitu yaitu negara yang menerapkan syariat Islam secara total  (Khilafah Islamiyah),pendidikan merupakan hak bagi seluruh wargaa negara. Pendidikan akan diberikan secara percuma dan merata diseluruh wilayah negara. Aqidah Islam dijadikan sebagai landasan dari kurikulum pendidikan. Pendidikan yang pertama dan utama adalah menancapkan aqidah Islam. Kemudian memahamkan seluruh syariat Islam (tsaqafah Islam). Para guru akan diseleksi dan diberdayakan sesuai keahliannya. Pendidikan yang dijalankan diarahkan dalam rangka membentuk kepribadian Islam. Sehingga setiap muslim memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami.

Pengembangan sains, ilmu pengetahuan dan teknologi diarahkan berlandaskan keimanan untuk meraih ridha Allah SWT, menjadi amal sholih dan ilmu yang bermanfaat. Sistem pendidikan Khilafah juga akan didukung oleh sistem lain seperti sistem ekonomi, hukum, sosial, dan kesehatan. Khilafah juga telah menunjukkan pada dunia bahwa sistem pendidikan Islam mampu membawa peradaban manusia menjadi manusia-manusia yang berakhlak mulia dan memiliki wawasan yang luas. 

Para ilmuwan muslim juga telah memberikan kontribusi besar bagi peradaban manusia hingga saat ini. Seorang Sejarahwan Barat, Jacques C. Reister mengatakan, "Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi." Bahkan seorang orientalis Barat dari Britinia Raya, Montgomery Watt mengungkapkan, "Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan Islam yang menjadi 'dinamo'-nya, Barat bukanlah apa-apa."
Previous Post Next Post