Untuk Mu Bunda yang Lelah dengan Ayah yang 'Bisu'

Oleh : Sri Rahmawati

“Hai Ayah, sibuk nih ye, sini dong bantuin bunda menjadi guru buat anak-anak kita” Sering muncul di benak saya pengen banget ngomong begini, tapi rasanya mulut terkunci. Apa pantas saya sebagai seorang istri bicara begitu sama suami. Dia kan sebagai kepala sekolah di rumah, mana mungkin dia mau jadi guru. Terus saya dibiarkan sendirian pontang panting menjadi guru bagi anak-anak? Oh rasanya tidak adil,  mestinya suami dong yang bikin kurikulum, plus ikutan mengajar walaupun paruh waktu. Bukannya bunda terus yang ngoceh di depan anak ngajarin ini dan itu, belum urusan dapur, beres-beres rumah, nyuci, menerima tamu-tamu yang datang, dan segudang tugas lainnya. Sementara suami sibuk dengan pekerjaannya mencari nafkah sambil sesering mungkin tengok handphone dan senyum-senyum sendiri, padahal dari tadi ayah melihat bunda yang super sibuk mengasah otak, hati, juga tenaga. Kalau sudah begini, emosi sudah nyampe di ubun-ubun, pengen banget meledakan amarah kepada semua orang di dunia ini. Aduh jangan sampai Yaa Alloh, lindungi saya yang lemah ini.

Setiap pasangan suami istri selalu mendambakan kondisi ideal dalam rumah tangganya. Segala kekurangan suami ataupun istri selalu mengganggu pikiran apabila diantara mereka masih ada perasaan egois. “Saya yang lebih baik, saya yang lebih mampu, saya yang lebih aktif mengurusi masalah rumah tangga,” Bila perasaan ini tidak bisa hilang, maka kita akan stres hingga menyulut pertengkaran dalam rumah tangga, pengennya marahin pasangannya terus.

Marah adalah kunci (yang membuka pintu) seluruh keburukan, jadi alangkah baiknya jika kita belajar untuk menjadi pribadi yang bisa menahan amarah. Setiap orang pasti punya sifat amarah, tapi kita bisa menahan dan mengendalikan sifat amarah kita. memaafkan bisa membuat kita menahan amarah. Wahai bunda, tahanlah amarahmu, maka bagimu Syurga.

“Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Saw : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “jangan menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : “janganlah menjadi orang pemarah” (HR. Bukhari)

“Barang siapa yang dapat menahan marah ketika dia harus marah maka Allah akan memanggilnya bersama para pemimpin mahluk sehingga dia disuruh memilih bidadari yang dia mau” (HR. Tirmidzi)

“Sesungguhnya marah-marah dari Setan, dan sesungguhnya setan diciptakan dari api, dan sesungguhnya api dimatikan dengan air. Maka ketika salah satu kalian marah-marah maka hendaklah berwudhu” (HR. Abu Dawud)

Bersabarlah wahai bunda, ujian kita memang berada di dalam rumah, yang ada di rumah ya anak-anak dan suami, mereka lah syurganya bagi para bunda semua. Sabar itu adalah menahanan diri agar tidak mudah marah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, berkeluh kesah, melatih diri agar selalu melakukan ketaatan dan membentengi diri untuk tidak melakukan perbuatan keji.

Wahai bunda, banyaklah berdoa kepada Alloh SWT agar selalu dikaruniai hati yang sabar.

Rosululloh bersabda :
 “Barangsiapa yang sabar akan disabarkan Allah, dan tidak ada pemberian Allah yang paling luas dan lebih baik daripada kesabaran“. (Hadist Riwayat . Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Malik dan Ad-Darimi)

Ketika hati mulai dihinggapi rasa lelah mendidik anak dan mengurusi rumah tangga, perbanyaklah istighfar. Ibnu Katsir rahimahullaah pernah mengatakan, “Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak kalimat istighfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya.”

Dengan memperbanyak istighfar, maka segala kelemahan yang kita rasakan akan terangkat, tergantikan oleh rasa kuat. Bahwa Allah terasa begitu dekat, dan kita merasakan bahwa Allah akan menguatkan kita, karena Allah tak pernah memberi suatu beban pada hambaNya melebihi kemampuan hambaNya tersebut. Saat seseorang sakit, baik sakit badannya, hati, dan pikirannya, maka perbanyaklah mengucapkan kalimat istighfar. Karena dengan memohon ampun pada Allah SWT, maka Allah akan mengangkat segala penyakit sekaligus segala dosa dan khilafnya. Ibnul Qayyim rahimahullaah pernah mengatakan, “Bila engkau berdo’a, sementara waktu begitu sempit, padahal di dalam dadamu dipenuhi oleh begitu banyak (hajat) kebutuhan, maka jadikan seluruh isi do’amu berupa permohonan maaf kepada Allah. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi olehNya tanpa engkau memintanya”. Alloh Maha tahu dan akan memudahkan ujian atau masalah kita, menggantinya dengan kelapangan.

Hati yang galau, stres, sedih, marah adalah hati yang mengalami keresahan tak wajar, yang diakibatkan oleh menumpuknya dosa dan maksiat dalam diri kita, serta adanya kerenggangan hubungan kita dengan Allah SWT.

Kita bisa kita ambil sebuah pelajaran berharga, bahwa Allah akan mengangkat segala kekalutan atau kebingungan, yang ada di hadapan kita akibat banyaknya dosa yang kita timbun, dan menggantinya dengan sebuah petunjuk berupa kekuatan iman kepadaNya, ketika kita selalu memohon ampun kepadaNya.

Terimalah kondisi suami apa adanya, sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh SWT, dengan bersyukur maka Alloh akan menambahkan terus kenikmatan dan keberkahan dalam rumah tangga.

Sibukkan diri kita memperbaiki diri sebagai hamba Alloh, dengan bertaubat, memperbaiki kekhusyuan dalam sholat, memperbanyak ibadah shaum, dzikrulloh, mengkaji ilmu Islam, sedeqah, dan lain-lain. Sibukkan juga diri kita untuk memperbaiki diri sebagai seorang istri, memenuhi apa yang dibutuhkan suami, selalu ramah dan hormat di hadapan suami,  menjaga dan melembutkan lisan. Sibukkan juga dengan memperbaiki diri sebagai seorang ibu, berusaha menunjukan sikap teladan di hadapan anak, mau menjadi sahabat yang siap mendengarkan, berbagi cerita, memberi solusi, memotivasi dan meredam emosi anak dalam keadaan sulit.

Wahai bunda cobalah ngobrol santai dari hati ke hati, dengan penuh kelembutan kepada suami perihal anak-anak dalam keseharian dan aktifitas mereka. Bunda bisa mengawali dengan bercerita kelucuan, keseruan tingkah polah anak-anak, kekurangan hingga kenakalan mereka, lika liku dalam mendidik mereka. Cobalah ajal berdiskusi, akan dibawa kemana anak-anak nantinya, angkat hati suami dengan meminta nasehatnya bagaimana cara bunda memperbaiki pengasuhan dan pendidikan kepada anak, dengan begitu suami pun akan berpikir bahwa saatnya dia turun tangan, bunda sudah kerepotan tidak bisa berjuang sendirian, inilah ayah datang siap menjadi pahlawan bagi bunda.

Insyaa Alloh dengan banyak bertaubat dan memperbaiki diri dengan sering berkomunikasi dengan suami karena Alloh, maka Alloh pun akan memperbaiki suami dalam segala hal. Namun jangan berharap instan, menunggu doa terkabul pun perlu kesabaran, kita tidak bisa memaksakan kehendak dihadapan Alloh, karena hanya Alloh yang maha tahu kapan waktu yang terbaik untuk mengabulkan doa kita.

Yuuk bunda, perbanyak bersimpuh di hadapan Alloh, mendoakan suami agar segala aktivitas ibadah diridhoi Alloh, agar Alloh memperbaiki akhlaknya, ilmunya, lisannya, rizkinya, sholatnya, bacaan qurannya, melembutkan hatinya, agar ayah menjadi pemimpin keluarga yang mampu membimbing keluarganya menuju syurga, dan menjaga dari siksa kobaran api neraka.
Wallohu a’lam bish showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post