Tenaga Medis Sayang Tenaga Medis Malang

Oleh : Baiq Famila Hendrawati 
(mahasiswi penerima BCB)


Memilukan kondisi tenaga medis yang berjuang menjadi garda terdepan dalam menangani pasien yang terkena covid 19.

Tangan ini tak kuasa menuliskan derita mereka, mereka bekerja siang malam,meninggalkan keluarga sanak saudara, demi menjalankan tugas.

Namun kerja keras mereka tak sebanding dengan kesiapan dari pemerintah dalam memperhatikan nasib mereka.

Problem korban tenaga medis mulai dari perawat hingga dokter semakin berjatuhan, di tambah lagi dari segi finansial banyak tenaga medis yang mengeluhkannya.

Perawat dirumah sakit penyakit infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono,hingga kini belum menerima insentif sebesar 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah.
Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang intensive care unit(ICU) menangani pasien covid-19.Tempo.co,jakarta.

Banyak THR perawat honorer yang dipotong, bahkan ada juga yang dirumahkan karena RS daerah kesulitan dana.

Alih2 memperhatikan tenaga medis justru Arus pemecatan tenaga medis kian deras, berawal dari aksi mogok kerja yang dilakukan mereka karna Alasan APD yang tidak memadai.

Nasib mereka tak mujur hidup dalam sistem ini,sistem demokrasi kapitalisme, tidak mampu memberikan kesejahteraan bahkan memberikan solusi atas problem yang terjadi.

Hal ini tentu berbeda dengan sistem Islam yakni Khilafah, negara Islam akan menjamin segera fasilitas kesehatan yang memadai seperti APD dan masker dengan optimal.

Tenaga kesehatan tentu saja akan mendapatkan jaminan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Baik ketika ada wabah ataupun tidak ada wabah.

Karna kesejahteraan mereka merupakan prioritas negara, semuanya dapat berjalan dengan baik, karna negara akan mengambil di Kas Negara (Baitul mal).

Dengan basis pos pemasukan bukan dengan cara membebankan pajak terhadap rakyat, atau dengan cara berhutang.

Begitulah kehidupan dalam sistem Islam.
Waulahua'lam bi showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post