RENTAN TERPAPAR MUSIBAH

Oleh ; Indah

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti tak luput dari musibah, musibah yanga ada tidak terlepas dari apa saja perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri, balasan akibat dosa-dosa yang telah dilakukan.

 ya.. sekarang kita berada d tengah – tengah musibah yaitu wabah pandemik yang hampir menyentuh semua belahan negara di bumi Allah, dan di detik inipun juga belum menemui titik cerah penyundahan. Lantas apakah makna dari musibah itu sendiri.

Kata “musibah” yang dimaksudkan disini adalah bencana sebagai suatu peristiwa menyedihkan yang menimpa, namun demikian ada beberapa pengertian berkenaan dengan kata musibah yang berarti fitnah (fitnah dalam pengertian bahasa arab) , musibah berarti bala, dan musibah yang berarti azab.

 Dalam terjemahan al-Qur’an surat an-Nisa ayat 79, disebutkan bahwa:“Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”.

Dari pengalan ayat diatas sangat jelas menyatakan “apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Lantas kesalahan-kesalah apa saja yang dilakukan yang mengantarkan kita sehingga kita rentan terpapar musibah. Berikut ini merupakan penyebab manusia rentan terhadap musibah

Pertama, dosa yang sangat besar. Dalam surah Yassin ayat 19 dijelaskan dengan jelas bahwa kemalangan demi kemalangan, musibah yang susul-menyusul, semua itu terjadi karena dosa keterlaluan kita kepada Allah.

Kedua, karena kedurhakaan dan kezaliman. Surah al-Qasas ayat 59 menerangkan, Allah tidak akan menghancurkan suatu daerah, kecuali para penduduknya yang berbuat zalim. Anak durhaka kepada orang tua, istri berani kepada suaminya, banyak perampokan, pembunuhan, dan perzinaan. Kezaliman dan kedurhakaan yang tak bertepi ini pengundang cepat bala bencana.

Ketiga, karena pemimpin maksiat dan zalim kepada rakyatnya QS. Al-'Isra' [17] : 16 “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Ingat azab yang dialami sejumlah kaum sebelum Nabi Muhammad SAW, antara lain, kaum Adh, kaum Samuth, kaum Luth, dan kaum Nuh. Mereka Allah hancurkan sehancur-hancurnya. Lalu siapa orang-orang yang hidup mewah itu? Para pemimpin kita yang disumpah Alquran di kepalanya.

Mereka bersumpah Demi Allah tidak korupsi, lalu korupsi. Siapa lagi? Hartawan atau orang-orang kaya yang dengan hartanya berfoya-foya, sombong, maksiat dengan kekayaannya di tengah banyak orang yang menderita. Siapa lagi? Ulama yang menjual ayat-ayat Allah dengan murah.

Keempat, perusakan alam. Surah Ar-Rum ayat 41 mengingatkan, telah tampak kerusakan di daratan dan lautan karena ulah tangan-tangan jahil manusia, agar mereka merasakan akibat perbuatannya dan mereka kembali kepada-Nya.

Kelima, orang baik yang diam. Bukannya tidak ada orang baik. Banyak orang baik di negeri ini. Tapi mereka lebih memilih diam. Dan melakukan pembiaran terhadap kejahatan dan kemungkaran.

Alquran Surah al-Anfal ayat 25, "Takutlah kalian dengan musibah yang tidak hanya menimpa orang yang maksiat, orang yang berbuat zalim, tapi juga kalian yang shaleh." Maka, masa bodoh dengan kemaksiatan bukanlah sikap seorang Mukmin. Amar ma'ruf nahi mungkar adalah amal cerdas orang yang beriman.

Keenam, teguran agar tetap bersabar. Musibah pun dapat dijadikan pelajaran agar semakin giat beribadah dan berbuat baik. Bagaimana yang maksiat tapi selamat? Mereka tenang-tenang saja. Yang berbuat zalim, malah sukses? Di mana keadilannya?

Allah Mahaadil, "Barang siapa mencari kemenangan dunia lalu dia menghalalkan semua cara, apa kata Allah? 'Kami beri, tapi di akhirat tidak mendapatkan secuil pun kenikmatan, malah nikmat di dunia yang menjadi bahan bakar. Azab untuk dirinya. Itulah istidraj, orang beriman menjadikan peristiwa apa pun sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah," (QS Hud, 15-16).

Ketujuh, rahmat Allah. Musibah katanya sebuah peringatan agar manusia kembali ke jalan-Nya. Dengan musibah Allah hadirkan mahkamah kesadaran kita bahwa ini adalah sebuah jalan untuk kembali (baca QS al-Baqarah, 2: 155-157).

Penjelasan di atas tentu telah nyata-nyata terjadi di sekitar kita. Kita semua rentan terpapar musibah, karena sistem yang kita emban bukanlah Sistem Islam. Hal-hal di atas tidak akan pernah akan kita temui jika sistem yang di terapkan di Negara kita adalah Sistem Islam dimana jelas Sistem Islam melahirkan Khilafa. Kita hidup di bumi Allah, tentu Hukum yang diterapkan pun dari Allah, Islam amat koplex mengatur segala hal dari bangun tidur hingga kembali tidur. Lantas pantaskah kita mengemban sistem selain Sistem Islam untuk mengatur kehidupan kita?!. Sistem yang mengikuti manjhat kenabian, serta al-qur’an dan as-sunnah sebagai pedoaman hidup, agar hidup di bumi Allah mendapatkan keridhoan serta berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Post a Comment

Previous Post Next Post